Part. 14 Pertemuan Tak Terduga

46 1 0
                                    

2018

Lolita yang sudah berumur 32 tahun, bersama Ratih, dan Yana santai di foodcourt Duta Mall. Minggu siang yang ramai.

"Aku ke toilet dulu ya." Ucap Lolita beranjak meninggalkan Ratih dan Yana.

Lolita merapikan bajunya dan riasannya di depan cermin lebar yang terpajang di toilet. Dengan pakaian casual, t-shirt berwarna abu-abu dan jeans hitam Lolita tetap terlihat cantik.

Lolita keluar dari toilet, dia beriringan dengan laki-laki yang baru keluar dari toilet pria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lolita keluar dari toilet, dia beriringan dengan laki-laki yang baru keluar dari toilet pria. Laki-laki itu menoleh ke arahnya, sementara Lolita terus melangkah meninggalkan laki-laki itu.

"Lolita!!!" Panggil laki-laki itu. Lolita spontan menoleh. Dia terhenyak. Hanya diam mematung, sementara laki-laki itu semakin mendekatinya. Laki-laki itu langsung meraih tangannya. "Kamu... Apa kabar?" Tanya laki-laki itu. Lolita masih bergeming, detak jantungnya begitu kencang. "Aku minta maaf." Ucap laki-laki itu lembut. Bulir-bulir bening jatuh dari mata Lolita. Dia masih tak mengatakan sepatah kata pun. "Apa kamu masih menungguku?"

"Papah, dicari mamah!" Ucap seorang anak laki-laki berusia lima tahun datang menghampiri. Lolita langsung menatap ke arah anak laki-laki itu. Dilepaskannya genggaman tangan laki-laki itu, dia berlalu dengan air mata mengalir di pipinya.

Disekanya air mata di pipinya, kemudian dia kembali duduk ditempat duduknya. Hanya diam tanpa sepatah kata. Jantungnya masih berdetak kencang. Dia mencoba menata hatinya.

"Ta, kamu kenapa?" Tanya Ratih. Lolita hanya tersenyum dan menggeleng.

"Sejak pulang dari toilet kamu kok diam aja?  Ada apa?" Kali ini Yana yang bertanya. Lolita tetap diam. "Kita balik aja yuk!!!" Ajak Yana.

*****
Lolita

"Ya Allah, apa ini? Setelah sekian lama, kenapa harus bertemu dengannya dengan rasa sakit seperti ini?" Ucap Lolita sembari memandangi foto Mario yang disimpannya. "Ternyata benar dia sudah menikah dan punya anak. Apa ini jawaban untukku agar tidak menunggu dia lagi?" Lolita menarik napas panjang. Air matanya terus mengalir. "Sepuluh tahun aku menunggumu Kak. Bahkan rasa ini tidak luntur sedikit pun."

*****
Mario

"Ma'afkan aku centeng cintaku. Aku tau pasti saat ini kamu sedang menangis dan terluka. Tidak ada niatku sedikit pun untuk menikah dengan perempuan selain kamu." Bathin Mario. Matanya menatap ke luar jendela kaca kantornya. "Aku kembali ke Kalimantan untuk mendapatkan cintamu kembali. Aku tau, kamu menungguku sekian lama. Walau pun aku tidak pernah memberi kabar tapi aku selalu ingin tau tentang kamu. Aku tau kamu begitu setia menungguku hingga saat ini. Aku tau berapa banyak laki-laki yang kamu tolak demi cintamu kepadaku. Tapi aku hanya menorehkan luka di hatimu. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di situasi yang tidak baik. Padahal aku sudah menyiapkan pertemuan yang indah. Aku ingin memberimu kejutan. Aku ingin memelukmu erat-erat dan tidak akan pernah aku lepas lagi." Mata Mario berkaca-kaca.

*****
"Bu, Ibu ditunggu di ruang seminar!" Ucap Lili salah seorang receptionist yang shift pagi.

Lolita sekarang menjadi Front Office Manager Hotel Bintang Empat.

"Ada meeting ya? Kok  saya ngga dapat kabar?"

"Saya juga kurang tau Bu."

"Ya sudah saya ke atas. Terima kasih ya Li."

"Sama-sama Bu."

Lolita melangkah mendekati pintu ruang seminar. Dia tidak mendengar apa-apa. Tidak satu pun karyawan berada di luar ruang seminar. Lolita mendorong sedikit pintu seminar yang ternyata tak terkunci. Dilihatnya ruangan gelap tidak ada satu pun orang. Dia masuk ke dalam. Tiba-tiba terdengar suara pintu di kunci dari luar. Lolita langsung berbalik ke arah pintu. Dicobanya menarik gagang pintu untuk membuka, tapi gagal. Lampu di ruangan menyala remang-remang. Dilihatnya tulisan "Happy Birthday Lolita" di dinding, tapi dia tak menemukan satu karyawan pun. Mawar putih di susun berbentuk hati ada di lantai. Lolita tersenyum karena memang hari ini adalah hari Ulang Tahunnya, dan Mawar putih ada lah kesukaannya. Namun, senyum itu berubah.

"Kak Mario!" Lolita tercekat melihat sosok laki-laki yang dikenalnya melangkah mendekatinya. Tak ada yang berubah dari fisik laki-laki tersebut. Dia terlihat sangat keren dengan balutan hem tangan panjang berwarna biru muda dan dasi berwarna biru tua. "A... Apa yang Kakak lakukan?"

Mario langsung memeluk erat Lolita. Lolita mencoba berontak, tapi Mario semakin erat memeluknya. Wajah Lolita terbenam di dada bidangnya. "Aku mencintaimu." Ucap Mario lembut.

"Kak, apa pantas seorang laki-laki yang beristri dan punya anak memeluk erat perempuan lain seperti ini?!!! " Protes Lolita.

"Aku tidak peduli. Sudah sangat lama aku merindukanmu centeng cintaku."

"Kak, cukup aku saja yang terluka, jangan ada lebih banyak orang yang terluka Kak!!! " Air mata Lolita mengalir. Dilonggarkan Mario pelukannya. Lolita langsung menjauh. Namun, kali ini Mario memeluknya dari belakang. Pipinya ditempelkan ke pipi Lolita.

"Dengar baik-baik! Walau pun aku sudah menikah, tidak sedikit pun berkurang rasa cintaku kepadamu."

"Sejak kapan Kak Mario jadi seorang buaya? Bisa-bisanya kakak berucap seperti itu, padahal sudah punya anak."

Mario membalik badan Lolita, kini mereka berhadapan. Lolita hanya menunduk tidak mau menatap Mario. "Apa pun yang terjadi aku akan menikahimu." Dikecupnya paksa kening Lolita. Tubuh Lolita gemetar.

Lolita berlari ke pintu dan menggedor-gedor pintu supaya dibukakan. Mario mendekat. "Mau apa lagi?" Lolita ketakutan. Mario membukakakn pintu dengan kunci yang ada di tangannya. Lolita pun berlari meninggalkan Mario sendiri di ruangan.

*****

Mohon kritik dan sarannya
Jangan lupa vote ya!
Terima kasih banyak

Centeng Cinta (Tamat di Youtube : Mitha MDN Channel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang