Oktober 2006
"Ta, bantuin aku dong ketemu sama kak Mario, plissss!!!" Rengek Dinda.
"Kenapa?"
"Dia ngga mau terima telponku Ta. Aku benar-benar ingin balikan sama dia."
"Tapi,bukannya kamu kemarin sudah punya pacar lagi?"
"Iya, karena aku capek Mario nyuekin aku terus. Aku pacaran cuma ingin buat dia cemburu. Pacarku itu juga teman kampusnya."
"Trus?"
"Ternyata ngga ngaruh apa-apa. Memang sih aku jadi bisa sering liat Mario, karena sering diajak pacarku ngumpul bareng Mario. Tapi dia ngga pernah merhatiin aku sedikit pun."
"Trus pacarmu sekarang bagaimana?"
"Dia ngajakin aku nikah Ta. Tapi ya ogah lah aku nikah sama dia yang belum mapan. Kerja saja masih ngga jelas statusnya, beda dengan Mario yang langsung diangkat jadi karyawan tetap di perusahaan ternama."
"Kamu punya persaan ngga sama pacarmu?"
"Ya ngga punya lah Ta. Aku macari dia benar-benar supaya bisa dekat dengan Mario. Ayolah Ta, tolong telpon Mario. Bilang aja kamu yang mau ketemu."
"Aku harus bilang apa untuk ngajak dia ketemuan?" Lolita berusaha menolak.
"Bilang aja kalau kamu ada perlu sama dia! Aku yakin dia ngga akan nolak. Aku dengar kamu dan teman-temanmu cukup dekat dengan Mario."
Lolita terkejut mendengar pernyataan Dinda tentang kedekatannya dengan Mario. "I.. Iya baik aku telpon." Lolita mengambil ponsel nokia 3315 miliknya dan menghubungi Mario. Tanpa panjang lebar Mario langsung setuju bertemu setelah dia pulang kerja. Mereka akan bertemu di taman Van Der Pijl Banjarbaru.
Mario menunggu di bawah pohon taman Van Der Pijl Banjarbaru. Banyak pengunjung sore ini. Para pedagang yang membuka lapaknya pun juga banyak.
Dinda memarkir mobil Honda Jazz miliknya di parkiran taman. Lolita duduk di samping sebagai penumpang. Mereka keluar dan mencari Mario. Mata mereka tertuju pada laki-laki berpakaian rapi yang duduk di bawah pohon.
"Itu Mario Ta." Ucap Dinda. Mereka melangkah menuju Mario.
"Dinda?!" Mario terkejut. "Apa-apaan ini Ta?" Mario meninggikan nada bicaranya.
"Maaf Kak." Jawab Lolita menunduk.
"Aku yang minta dia menghubungi kamu."
"Tidak ada lagi yang perlu kita bahas!" Mario melangkah meninggalkan Lolita dan Dinda. Tapi Dinda mencengkram pergelangan Mario.
"Berhenti!!! Beginikah setelah apa yang pernah kita lewati bersama? Beginikah cara kamu mencampakan aku setelah kamu berhasil merebut keperawananku?"
"Bisa-bisanya kamu mengada-ngada seperti ini Dinda? Ini tempat umum, apa kamu tidak malu?!!!" Mario sangat kesal dan melepaskan cengkraman tangan Dinda. Sementara Lolita hanya diam terpaku. "Lolita, Aku tidak pernah melakukan yang diucapkan Dinda, dengar itu baik-baik!!!" Mario membela diri. Kemudian dia berlalu.
*****
"Ta, kamu apa-apaan? Aku sudah melamarmu, tapi kamu tidak bisa menghargai perasaanku." Marah Mario kepada Lolita di telpon."Maaf Kak. Lolita tidak bermaksud seperti it." Lolita menangis.
"Sudah lah. Percuma cintaku ke kamu. Aku hanya memperjuangkannya sendiri." Mario menutup telponnya. Lolita langsung buru-buru menelpon balik, tapi Mario tidak mengangkatnya. Akhirnya Lolita mengirimkan pesan, kalau dia sangat memohon agar Mario memaafkannya.
*****
Satu Minggu berlalu, Mario mengirmkan pesan pada Lolita."Maaf, mungkin lebih baik aku pergi dulu, aku tidak ingin ada di dekatmu jika itu membuatmu tidak nyaman. Jangan pernah cari aku kalau kamu belum siap untuk aku nikahi."
Lolita meneteskan air mata membaca pesan dari Mario. "Kak, Lolita janji akan selalu menunggu Kakak." Balas Lolita. Tapi tidak ada respon dari Mario.
Belakangan Lolita tau kalau Mario meninggalkan Kalimantan, hanya saja dia tidak tau kemana perginya. Tidak ada info lebih detail.
Hari-hari Lolita terasa hampa, hampir setiap hari dia menangis. Mario tidak bisa dihubungi, itu membuat Lolita sangat terpukul. Tidak ada nafsu makan, bahkan dia lebih sering mengurung dirinya di kamar. Sampai akhirnya dia harus dibawa ke Rumah Sakit dan di opname selama seminggu.
Lolita seperti kehilangan semangat hidupnya. Susah payah ibu, bapak dan teman-temannya memberinya semangat untuk tetap melanjutkan hidup.
"Ayolah Ta, jangan begini! Aku yakin Kak Mario akan sedih kalau tau keadaan kamu seperti ini Ta." Bujuk Ratih. Air mata Lolita jatuh, tak ada kata yang dia ucapkan. "Ta, kami semua sayang kamu, kami ngga mau kamu seperti ini." Ratih menggenggam erat tangan Lolita. Lolita langsung memeluk Ratih dan menumpahkan tangisnya. "Menangislah Ta kalau itu bisa mengurangi bebanmu." Tangis Lolita semakin keras. Dia terisak. Ratih mengusap-ngusap punggung Lolita. Badan Lolita sangat kurus sejak kepergian Mario. "Cepatlah sembuh! Semua orang sangat merindukan kehadiran kamu. Kehadiran Lolita yang ceria." Lolita semakin erat memeluk tubuh Ratih. Ditumpahkannya semua sesak di dadanya.
"Aku sangat merindukannya Tih." Ucap Lolita pelan diiringi dengan tangisnya. "Kenapa Kak Mario setega ini. Pergi tanpa aku tau keberadaannya."
"Sudahlah Ta, Kak Mario pasti tau apa yang dilakukannya. Mungkin dia tidak ingin kamu ada masalah sama Dinda. Aku yakin Kak Mario pasti kembali."
"Kembali? Kapan dia akan kembali? Bahkan aku tidak tau harus kemana menghubunginya. Sakit Tih... Sakit." Lolita menangis histeris.
*****
Mohon kritik dan sarannya
Jangan lupa vote!
Terima kasih banyak :)
![](https://img.wattpad.com/cover/140269615-288-k890997.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Centeng Cinta (Tamat di Youtube : Mitha MDN Channel)
RomanceLolita ( 32 tahun ), gadis cantik yang memiliki mata indah, hidung mancung, rambut panjang, dengan tinggi 160cm dan berat badan 60kg. Namun, masih betah sendiri, karena menunggu cinta pertamanya. Mario (34 tahun), cinta pertama Lolita yang pergi me...