Consience

1.6K 233 43
                                    

Suara gonggongan anjing jenis pomeranian terdengar di seluruh penjuru rumah, menyambut kepulangan sang pemiliknya yang tidak lain adalah Jennie dan Rosé. Melihat bagaimana anjingnya meloncat-loncat tanda kegirangan membuat Jennie tidak memiliki pilihan lain selain menggendongnya, membawanya ke dalam pelukan dan memberikan sebuah ciuman.

Berbeda dengan Jennie, Rosé hanya mengelus sebentar kepala Kuma dan memberikan ciuman kecil sebelum masuk ke dalam kamarnya. Seharian ini mereka sudah berada di luar rumah, membuatnya ingin cepat membersihkan tubuh karena merasa sangat lengket.

Sekitar sepuluh menit bermain bersama Kuma, Jennie akhirnya menyusul Rosé untuk masuk ke dalam kamarnya. Matanya mengedar sebentar untuk mencari sosok yang dicintainya itu ketika dia belum dapat melihatnya karena yang dicari masih berada di dalam kamar mandi.

Jennie mendekati meja riasnya, menyimpan tas mahal miliknya sekaligus melepas aksesoris yang ia kenakan hari ini seperti anting, jam tangan, kalung, bahkan cincin pernikahannya. Jangan salah paham, ia bersiap untuk mandi dan tidak ingin cincin sakral miliknya dan Rosé terkena air. Setelah semua terlepas, tanpa perlu menunggu Rosé keluar dari kamar mandi, Jennie masuk begitu saja ke dalam kamar mandi. Pemandangan yang ia lihat saat masuk adalah Rosé yang mengenakan piyama berwarna putih dengan banyak gambar kura-kura sedang sibuk dengan alat pengering rambut.

Melihat Jennie datang lewat pantulan cermin, Rosé tersenyum senang. Ia tahu apa yang akan dilakukan istrinya itu. Ini adalah semacam kebiasaan romantis mereka semenjak menikah.

Sesuai dugaannya, Jennie langsung mengambil alih alat pengering rambut itu dan Rosé langsung memutar tubuhnya agar berhadapan dengan Jennie. Dan agar Jennie bisa menggapai puncak kepalanya, Rosé dengan sengaja duduk di tepian wastafel. Membuat tubuhnya jadi sedikit lebih rendah.

Begitu alat pengeringnya sudah menyala, Rosé langsung menarik pinggang Jennie untuk lebih dekat dengannya bahkan sampai menempel. Memeluk pinggang Jennie sambil sedikit menunduk. Tersenyum manis kemudian ketika menyadari debaran itu tidak pernah hilang untuk orang yang sama selama kurang lebih tujuh tahun ia mengenal Jennie. Sementara Jennie juga merasakan hal yang sama. Detak jantung mereka seolah bertautan, seperti memang diciptakan hanya untuk berdebar bersamaan. Beruntung saja mereka dapat menemukan satu sama lain, entah bagaimana cerita akan tertulis jika saja Jennie tidak kembali pada Rosé saat itu.

Namun ada hal lain malam ini. Ada sesuatu yang sangat mengganggu pikiran Jennie sehingga tatapan wanita itu terlihat kosong. Siapapun yang melihatnya pasti akan tahu jika Jennie sedang menyimpan sesuatu dan ragu untuk berbagi. Sesuatu yang besar, sesuatu yang ia pendam sendirian.

Dan sebagai orang yang mencintai dan dicintai Jennie, Rosé pun menyadarinya.

Rosé hendak bertanya saat itu juga namun terbesit di dalam pikirannya untuk memberikan Jennie sedikit waktu lagi. Apalagi dengan Jennie yang belum mandi, tentu saja pikirannya akan lebih berantakan jika Rosé tetap memaksa untuk membahasnya bersama Jennie saat ini. Biarlah istrinya mendinginkan kepala terlebih dahulu dengan mandi. Siapa tahu setelah mandi pikirannya bisa menjadi lebih fresh 'kan?

Meski Rosé memilih untuk membahasnya nanti, bukan berarti dia akan diam saja. Ia perlu mengalihkan pikiran Jennie saat ini.

Entah dengan alasan untuk mengalihkan perhatian Jennie atau memang ingin, Rosé mengecup bibir Jennie cukup lama kemudian melepasnya untuk melihat wajah terkejut Jennie karena tindakan Rosé yang tiba-tiba. Sedangkan Rosé terus memberikan senyumnya untuk Jennie, berharap hal itu mampu memberikan setidaknya sedikit ketenangan di hati Jennie. Berhasil, Jennie sekarang sudah membalas senyuman Rosé lebih manis.

Melihat Jennie yang sudah meresponnya, Rosé semakin menarik pinggang Jennie. Wajah mereka terlihat begitu dekat, hampir tidak memiliki jarak. Karena hal tersebut, tatapan keduanya saling mengunci. Menyalurkan rasa cinta dari tatapan mereka. Hingga di detik berikutnya, Rosé adalah orang pertama yang memutuskan kontak mata mereka karena tidak tahan untuk tidak menatap bibir Jennie. Warnanya masih merah, lipstik yang tadi pagi dipakainya belum terhapus dari bibirnya, membuatnya terlihat lebih menggoda.

P R A G M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang