(S)pain

1.4K 196 54
                                    

Berada di hari ke lima mereka menghabiskan waktu sebagai pasangan pengantin di salah satu negara impian, yaitu Spanyol. Berhari-hari mengelilingi isi dari negara Spanyol tidak menyurutkan semangat mereka untuk menjelajahi lebih jauh lagi. Kalau bisa, Jennie ingin sekali pergi ke seluruh penjuru Spanyol tanpa melewatkan satu pun. Tapi sayangnya dengan waktu tujuh hari, mereka tidak akan berhasil. Mungkin lain kali.

Hari ini, sekaligus menikmati cerahnya cuaca, mereka berencana untuk pergi ke Museo Del Prado. Sebuah Museum yang berlokasi di madrid dan juga sudah berumur dua abad lamanya. Di dalamnya terdapat benda-benda yang kuno dan dipajang beberapa karya seni dari seniman-seniman terkenal di Spanyol. Jika kalian bertanya siapa yang mengusulkan untuk mengunjungi Museum ini maka jawabannya adalah Jennie. Wanita itu begitu menyukai sebuah lukisan. Tidak jarang Jennie meminta Rosé untuk melukis sesuatu mengingat tupai itu memiliki bakat juga dalam bidang melukis.

Pertama kali menginjakkan kaki di kawasan Museum itu, baik Jennie maupun Rosé dibuat terpana dengan bentuk bangunan yang sangat mewah bak istana. Mereka berdiam di depan Museum sembari mengambil beberapa foto dengan kamera Leica M6 yang setia menggantung di leher Rosé.

Dari kejauhan tepatnya berada di depan pintu Museum, terdapat dua orang laki-laki berbadan besar dan satu wanita dengan pakaian elegan. Mata wanita itu memicing sebentar, memastikan penglihatannya kali ini sedang tidak bermasalah. Meneliti sepasang pengantin dari Korea yang menjadi tamu spesial mereka hari ini.

*"¿Es él el indicado?" Tanyanya sembari menunjuk seseorang yang mengenakan kemeja putih dibalut jaket denim dengan bawahan celana panjang berwarna hitam, dan jangan lupakan beanie abu yang dipakainya juga. Orang tersebut nampak sedang sibuk memotret wanita yang memakai one-shoulder berwarna hitam sebagai atasan dan celana panjang kulot berwarna cokelat sebagai bawahan.
(*Apa dia orangnya?)

*"Según esta foto, ahí está," jawab salah satu pria yang bersamanya.
(*Menurut foto ini, memang dia orangnya.)

Wanita itu mengangguk ringan sebagai respon. Sedetik kemudian, ia tersenyum lebar menyambut kedatangan sepasang pengantin yang sejak tadi diperhatikannya, bersiap untuk menyambut.

"Selamat datang Tuan Roséanne Park dan Nyonya Jennie Park. Apa perjalanan kalian cukup menyenangkan?" Rosé dan Jennie serempak membulatkan matanya. Merasa tersanjung ketika wanita di hadapannya ini bisa berbahasa korea secara fasih.

"Oh-! Wah! Anda sangat fasih. Terdengar seperti orang korea sungguhan," ucap Rosé.

"Terima kasih atas pujiannya. Saya Lucia, kepala bagian Museum ini yang akan menemani kalian selama satu jam kedepan."

Setelah memperkenalkan dirinya, Lucia membungkuk sedikit dan kembali menatap Rosé dengan senyuman. Mengabaikan adanya tatapan tidak suka dari Jennie sebab Lucia hanya menatap Rosé sejak tadi. Kemudian, Jennie menoleh ke arah Rosé dan semakin geram ketika tupainya juga membalas senyuman Lucia. Tidak rela dan tidak dapat dibiarkan lagi, Jennie dengan sedikit kencang menyikut perut Rosé membuat Rosé meringis dan langsung mengelus bagian perutnya. Ia sedikit menunduk, dan langsung dihadiahi tatapan maut dari Jennie.

Mengerti akan tatapan Jennie yang berupa peringatan, Rosé merubah ekspresinya menjadi sedikit cemberut. Kata orang senyum itu ibadah, tapi kenapa yang dia dapatkan justru sebuah sikut?

Setelah berbincang ringan seputar perkenalan, mereka akhirnya memulai perjalanan mereka mengelilingi Museum tersebut. Lucia dengan setia mendampingi mereka dan menjelaskan arti dari setiap seni yang ada di sana. Alih-alih menikmati setiap karya seni yang terpajang di sana, Jennie justru sibuk memberikan jarak antara Rosé dan Lucia. Ia selalu berdiri di tengah-tengah mereka, menarik tangan Rosé ketika menurutnya tupai itu terlalu dekat dengan Lucia, dan memberikan peringatan kecil ketika Rosé melayangkan senyuman untuk Lucia. Jangan ganggu Jennie, dia sedang amat sibuk sekarang.

P R A G M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang