"Jennie— Hei!"
Dalam satu jentikan jari, Jennie tersentak dan langsung mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menatap seseorang yang duduk di hadapannya. Tersenyum canggung dan menyamarkan kegugupannya dengan meminum segelas greentea sekaligus membasahi kerongkongannya yang mendadak terasa kering.
"Maaf," ucap Jennie pelan.
"Kau baik-baik saja? Kau terlihat lelah," balas Ji Yong— seseorang yang duduk di depan Jennie.
Jennie menggeleng pelan. Entah mengapa ia tidak ingin banyak bicara saat ini. Rasanya terlalu lelah bahkan untuk sekedar mengangkat bibirnya. Bukan tanpa alasan, tapi semenjak pertengkaran singkat yang terjadi di rumahnya kemarin, mood Jennie seketika menjadi sangat hancur.
"Maafkan aku," ucap Ji Yong yang mampu menarik perhatian Jennie untuk kembali menatapnya.
Wajah cantik itu terlihat mengerut di bagian kening, tanda sang empunya tengah kebingungan dengan permintaan maaf yang mendadak diterimanya. Mengerti akan kebingungan itu, Ji Yong tersenyum sebelum kembali melanjutkan.
"Aku minta maaf atas sikapku kemarin yang membuat Chaeyoung begitu murka. Aku tahu sikapku sudah melebihi batas, tapi aku sungguh tidak bermaksud untuk tidak menghargai Chaeyoung," ucapnya dengan senyum canggung.
Jennie mengalihkan pandangannya sebentar, menatap segelas greentea dan memainkan sedotannya. Mengaduk isi greentea tersebut dan menghela napas sebentar.
"Kuakui kau memang sedikit berlebihan. Kau tahu? Secara hukum dia masih pasanganku," balas Jennie tanpa menatap Ji Yong.
Mendengar itu, Ji Yong semakin merasa bersalah. Bahu tegapnya bahkan terlihat melemas sekarang.
"Caraku menunjukkan perasaan sebagian besar adalah melalui sentuhan. Aku terbiasa merangkul orang lain tapi aku tahu hal ini tidak dapat membenarkan apa yang sudah kulakukan. Hanya saja, aku ingin kau tahu jika aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu."
"Ya dan kau tidak dapat melakukannya pada seseorang yang sudah menikah," ucap Jennie terdengar tegas. "Maksudku.. Walaupun kami akan bercerai sebentar lagi, tapi tetap saja.." Lanjutnya pelan dan berakhir menggantung. Ia hanya berharap Ji Yong dapat mengerti maksudnya.
"Aku mengerti, Jennie. Maafkan aku."
Beruntung, suasana restoran yang lumayan ramai ini berhasil menyelamatkan mereka dari keheningan sebab tak ada lagi yang bicara setelahnya. Coba saja jika mereka berada di suatu ruangan, atau ditinggal berdua bersama keheningan. Pasti keduanya akan merasa canggung satu sama lain.
Hingga tiba-tiba saja, Jennie bergumam dengan tatapan kosongnya yang masih setiap mengarah pada segelas greentea miliknya.
"Apa arti senyumannya?"
Ji Yong sontak mencondongkan tubuhnya ke depan, hanya agar ia tak melewatkan satu pun kata dari bibir Jennie. Namun, sampai saat ini ia masih diam. Belum ingin membuka suara ketika ia tahu masih ada yang ingin Jennie ungkapkan setelah ini.
Detik selanjutnya, Jennie mengangkat wajah dan mulai melabuhkan pandangan pada netra Ji Yong. "Dia selalu tersenyum. Apa kau melihatnya?"
Ji Yong mengangguk satu kali. Tidak sulit baginya untuk menyadari sosok dia yang dimaksud Jennie adalah Roséanne Park, pasangan Jennie.
"Jika kau menjadi dia, maka apa arti senyumanmu?"
Ji Yong sempat menelan ludahnya sebelum ia kembali menegakkan tubuhnya.
"Nenekku bilang, senyum adalah pertanda yang baik. Dia paati baik-baik saja, Jennie. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, percayalah padaku."
"Benarkah?" Gumam Jennie amat pelan, hampir tak terdengar oleh pendengaran tajam Ji Yong.
KAMU SEDANG MEMBACA
P R A G M A
RomanceOUR LOVE SEASON 2 Kedua hati yang mengalami berbagai rintangan dalam pesta percintaannya bisa bersatu dalam ikatan sebuah pernikahan yang suci. Tidak mudah dan tidak mustahil. Mereka berhasil meleburkan kedua hati mereka untuk menjadi satu kekuata...