Ini Chapter terpanjang.
Jadi harap dibaca dan diresapi
Sampai ke sumsum.
Oke?Btw, sekarang hari apa sih?!
~•~
Hidup tapi mati, Mati tapi hidup. Demikianlah istilah yang pantas untuk seseorang yang kini hidup hanya karena ia bernapas, namun tak lagi merasakan.
Aneh. Dia seperti tidak dapat merasakan apa-apa, tapi bukan berarti dia baik-baik saja. Dia tahu, hidupnya sudah hancur saat ini juga. Dirinya sudah tak memiliki apapun; kehilangan semuanya.
Sahabat, pekerjaan, dan cintanya.
Tubuh yang berpenampilan kacau itu bersandar pada dinding lift. Bahunya sedikit melemas dengan kepala yang tertunduk. Rambutnya sedikit berantakan dan wajahnya memiliki hiasan berupa lebam kecil di sudut bibir yang masih memerah, tanda jika luka itu belum lama ia dapatkan.
Terlepas dari itu semua, yang membuatnya terlihat menyedihkan adalah bagaimana mata indah itu memancarkan kekosongan. Benar-benar seperti orang yang tak menginginkan hidup.
Tak lama dari sana, pintu lift terbuka sempurna ketika sudah tiba di lantai yang dituju dengan suara nyaring yang mampu menyadarkannya. Langkah demi langkah yang terasa berat, dia berjalan dengan sedikit memaksakan kakinya. Menyusuri lorong apartemen yang entah mengapa terlihat lebih panjang dari biasanya.
Hingga langkahnya tiba-tiba berhenti begitu sebuah bayangan berhasil menyita perhatiannya. Dengan perlahan, dia menegakkan kepala. Menyusuri kaki jenjang itu hingga ia dapat melihat wajah sang empu dari bayangan tersebut.
Tidak, tidak hanya satu orang yang ada di hadapannya. Melainkan tiga wanita yang kini menatapnya dengan sendu, seolah memang sedang menunggu kepulangan dari sang empu apartement. Mereka adalah Suzy, Hyeri, dan Jisoo. Semua yang sudah mengetahui kebenarannya, datang dan menunggunya tepat di depan pintu.
Rosé—Wajahnya yang memiliki luka itu kemudian mulai tersenyum tipis. Matanya yang memerah seperti sedang menunjukkan betapa lelahnya mata itu dengan hidup yang dijalaninya.
"Teman-teman..," ucap Rosé dengan pelan yang berhasil menggulirkan air mata dari satu orang wanita yang ada di hadapannya karena suara itu terdengar sangat putus asa.
"Sepertinya aku sakit?" Ucapnya dengan nada ragu. "Sepertinya bagian dari diriku sudah hancur."
Mata Rosé yang sudah memerah itu kini mulai berair. Memburamkan pandangannya dengan bibir yang mulai bergetar. Dadanya kini terasa sesak, penuh, dan sakit. Sedetik kemudian sebelum melanjutkan ucapannya, tangan itu terangkat untuk meremas pakaiannya sendiri tepat pada bagian dada.
"Aku merasa ada yang menekan hatiku, aku merasa sangat sesak dengan semua ini, dan aku merasa sangat sedih. Sekarang aku harus bagaimana?"
Air mata Rosé menetes saat itu juga. Hingga beberapa detik kemudian ia mengusap kasar matanya berkali-kali ketika didapatinya air mata itu tidak juga berhenti untuk turun.
Untuk pertama kalinya, Rosé menangis di depan orang lain setelah sekian lama. Ah, bahkan Jisoo tidak ingat kapan terakhir kali tupai itu menangis. Tidak hanya Jisoo, tapi rasanya juga menyesakkan bagi dua wanita lainnya melihat Rosé serapuh ini. Apalagi, ini kali pertama mereka melihatnya menangis. Seperti, "Dimana Rosé yang kuat? Tidak. Yang ada di hadapanku sekarang adalah adikku, Rosé yang juga memiliki sisi lemah."
KAMU SEDANG MEMBACA
P R A G M A
RomanceOUR LOVE SEASON 2 Kedua hati yang mengalami berbagai rintangan dalam pesta percintaannya bisa bersatu dalam ikatan sebuah pernikahan yang suci. Tidak mudah dan tidak mustahil. Mereka berhasil meleburkan kedua hati mereka untuk menjadi satu kekuata...