ε. Epsilon

968 203 37
                                    

80 vote, update secepatnya.

happy reading~

Sudah lebih lima hari kedua mata Jolicya putri sambung nya Adin terpejam tanpa senyum cantiknya, gadis kecil itu jatuh pingsan sejak lima hari yang lalu dan kini masih belum juga sadarkan diri. Adin sebagai seorang ibu pun bingung dan khawatir dengan keadaan Jolicya. Walaupun ia bukanlah ibu kandung anak itu, Adin telah menganggap Jolicya sebagai putrinya. Ia amat sangat menyayangi gadis kecil itu.

Mengenai penyakit Jolicya, Adin yang juga merupakan seorang dokter sudah mengetahui penyakit apa yang diderita Jolicya. Anak perempuan yang malang itu harus menghadapi penyakit tumor yang berbahaya.

Jeovano sendiri sudah tau dan sudah beberapa hari ini pula pria itu mendarat dengan selamat di Boston. Ia kembali lebih cepat dari jadwal nya. Jolicya mengidap penyakit tumor jantung atau disebut juga dengan cardiac tumor/cardiac neoplasma yang merupakan pertumbuhan abnormal pada sel-sel jantung.

Sel abnormal dapat muncul di lokasi mana pun, seperti pada katup, di dalam otot jantung, di dalam bilik, atau di sekitar jantung. Tumor pada jantung merupakan kondisi yang langka. Langkanya kasus tumor ini diselidiki oleh para ilmuwan. Mereka menemukan bahwa jantung terbuat dari jaringan ikat dan sel otot yang tidak bersiklus cepat, sehingga kecil kemungkinannya untuk berubah menjadi abnormal atau berpotensi kanker.

Munculnya sel kanker mungkin terjadi pada jaringan epitel yang bersiklus lebih cepat, sehingga rentan terhadap mutasi sehingga bisa menyebabkan sel abnormal.

Panas mentari pagi mengamuflasekan suhu di sekitar lingkungan itu. Udara dingin menembus mantel coklat yang Adin kenakan seakan menandakan bahwa suhu disana benar-benar rendah.

Dengan berbekal mantel panjang dan tebal Adin menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya, menghirup dalam-dalam udara dingin yang menyeruak dan menggigit kulit.

"Kenapa ga masuk? Diluar dingin." Suara laki-laki terdengar, berhasil menghentikan lamunan panjang Adin.

"Gapapa lagi cari udara." Adin menoleh lalu tersenyum.

Jeo yang mendengar jawaban itu pun ikut duduk disamping Adin. "Jo bisa sembuh kan Din?" tanya Jeo dengan tatapan putus asa.

"Setiap yang sakit pasti bisa sembuh atas izin-Nya, kamu gausah khawatir." Adin menatap lurus kedepan, tangannya saling bertaut, wanita itu juga tampak putus asa.

Segala kemungkinan telah Adin pikirkan sejak awal, mengenai penyakit Jo yang lama-kelamaan bisa bertambah parah karena Jolicya sendiri yang fisik nya lemah. Dengan cara apapun, dengan pengobatan apapun, jika tubuh dan kondisi sang pasien lemah malah akan memperburuk keadaan.

"Aku mau Jo dirawat di Jakarta."

Adin menoleh dengan mata hazel nya yang terlihat tak mengerti. "Maksud kamu?"

"Kamu bener, keadaan perusahaan masih belum stabil. Aku harus pulang secepatnya."

Udara dingin berhembus dengan kuat, menerbangkan rambut pirang Adin yang terurai bebas. Jeo beralih menatap mata Adin, kali ini ekspresi nya teduh. Tatapan sendu yang Jeo berikan membuat Adin menghangat, seakan kembali memutar kenangan manis yang mereka miliki.

"Aku gabisa pulang tanpa Jo Din."

"Takdir kita ini lucu ya Jeo. Selalu berpisah di waktu yang salah. Disaat Jo sakit aku harus terpisah sama dia, aku gabisa nemenin dan rawat dia. Ibu macam apa aku ini?" Adin tersenyum getir.

Love you & mom [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang