σ. Sigma [END]

2.4K 249 77
                                    

warning!
in this part will be longer than usual.

Sepeninggal nya Karina dari kediamannya, Adin pun memutuskan untuk pergi dan menuju ke lokasi dimana mata-matanya kirimkan lewat pesan. Adin mengendarai mobil dengan kecepatan diatas rata-rata. Adin tau tindakan nya ini berbahaya untuk pengendara lain, bahkan mobil yang berada di jalan yang sama dengannya sibuk membunyikan klakson guna menegur Adin yang menyetir ugal-ugalan.

Mobil putih yang ia kendarai melaju dengan cepat tak memikirkan lagi jalanan sekitar yang semula nya tenang menjadi sedikit acak acakan karena ulah sang mobil yang di kendarai nya.

Ponselnya sedari tadi terus berdering, layar lagi lagi menunjukkan log panggilan dari Naren. Pemuda itu pasti mengkhawatirkannya, mengingat sebelum Adin pergi pria itu sempat menelepon nya dan menanyakan keadaan, namun harus Adin akhiri lebih cepat karena ia akan pergi menyusul Jeo.

Setibanya di tempat tujuan, Adin segera menepikan mobil nya di parkiran. Melangkahkan kaki dengan cepat seolah tengah dikejar sesuatu. Ternyata ia tiba di lokasi lebih cepat dari perkiraan. Mengingat kembali bagaimana Adin tadi mengemudi mobil dengan sangat cepat, maka tak heran akan sampai lebih cepat.

Sementara di dalam restoran mewah itu, duduk lah seorang laki-laki dan perempuan dengan tatapan mata yang masing-masing berbeda untuk sama lain. Jeo menatap tajam mata Hanasha, sementara Hanasha menatap Jeo dengan sendu seakan akan rapuh.

"Apa? Apa lagi yang mau kamu bicarakan?" tanya Jeo dengan nada lelah nya.

Hana terkekeh kecil, kilatan matanya kini berganti menjadi lebih dingin dan gelap. Wanita itu menyelipkan sebagian rambut pirang nya ke belakang telinga mencoba menetralkan nada bicara dan juga raut wajah.

"Ada hal yang harus kamu tau Jeo." Katanya tanpa mengalihkan pandangan dari makanan yang sudah di pesan.

"Gausah basa-basi, saya cuma mau kamu kembalikan Jolicya. Dimana anak saya sekarang?" Jeo menatap tajam Hanasha yang sedikitpun tidak gentar.

"Kamu gak berhak mengambil Jolicya dari saya. Harusnya kamu sadar, kamu cuma tante nya Shana."

Lagi dan lagi wanita itu malah terkekeh dan tersenyum tipis, seakan sedang mengejek pria yang berada di hadapan nya. "Cuma tante nya kamu bilang?"

"Oh shit, he's cracking jokes again." Decak wanita itu lebih terasa seperti gerutuan.

"Maksud kamu?" Jeo bertanya sembari menatap bingung Hanasha yang sekarang sudah beralih menatap nya juga.

"Saya kecewa, selama ini kamu gak ngenalin saya Jeo." Hana tersenyum getir dengan tangan yang terus saja memotong-motong daging pesanan nya menjadi beberapa bagian kecil.

"Saya Hana Jeo, saya Hana ibu kandung Jolicya yang seharusnya kamu nikahi."

deg

Bagai tersambar petir di siang bolong, Jeo terpaku dengan mata yang tertuju lurus pada sosok wanita berambut pirang didepan nya. Sementara langkah kaki milik Adin terhenti, seakan benar-benar kaku untuk sekedar kembali menjauh. Jantung wanita itu memompa cepat memberikan efek degup kencang sangat kentara, desir darahnya pun tak beraturan. Adin mendengar dengan jelas apa yang wanita itu katakan.

"Kamu menikahi Anshana yang mana saat itu sedang hamil karena accident juga, mereka minta untuk Anshana yang menikah sama kamu dengan menjadi saya. Sampai akhirnya Shana meninggal bersama anaknya. Saat itu lah Jolicya dibutuhkan untuk menutupi semua sandiwara yang mereka mainkan."

"Sementara saya, saya harus terus bersembunyi dengan menjadi sosok Anshana yang sempurna untuk orang luar. Bahkan, saya tidak boleh untuk sekedar melihat Jolicya putri kandung saya sendiri." Jelas Hana dengan bergetar.

Love you & mom [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang