η. Eta

729 179 44
                                    

Suasana di dalam pesawat dengan type first class itu terlihat sangat hening dan senyap. Kedua mata Adin menyapu setiap sudut dan sekitarnya. Sudah lebih dua puluh tiga jam lebih Adin terduduk dan lelah, ia juga beberapa kali sempat tertidur saking lelah nya. Rata-rata memang penerbangan Jakarta-Amerika Serikat atau sebaliknya itu 22 jam sampai 24 jam.

Ah, ngomong-ngomong Adin sampai lupa untuk mengabari teman-teman nya bahwa ia pulang dan sepertinya akan menetap di Indonesia seperti beberapa tahun yang lalu. Tenang saja di pesawat yang Adin naiki sudah memakai teknologi dan memiliki fasilitas WiFi pesawat yang memungkinkan penumpang tetap bisa streaming dan berkomunikasi dalam penerbangan.

Tak mau terus menerus memainkan ponsel nya Adin pun mengalihkan pandangan nya ke jendela pesawat.

Senyum tipis terbit di wajahnya yang sayu ketika melihat langit biru dengan hamparan awan, itu sebuah keindahan yang tidak terkira bagi Adin.

Beberapa menit berlalu tak lama terdengar suara pramugari cantik dari maskapai penerbangan yang Adin tumpangi. Pramugari itu mengumumkan bahwa pesawat akan segera mendarat. Adin menoleh ke sisi kanan nya, kini memperlihatkan pemandangan dengan laut dan beberapa kapal yang mengapung.

Pramugari tersebut juga menyampaikan hal-hal yang harus dilakukan oleh penumpang demi keselamatan.

Suara pemberitahuan pesawat yang datang dan yang akan take off mulai terdengar dalam dua bahasa. Jadwal penerbangan di Bandara Internasional tersibuk di Jakarta itu mulai kembali padat.

Demikian dengan para penumpang pesawat dari penerbangan Boston-Jakarta yang baru saja sampai. Mereka, para penumpang bergerak keluar dari arrival gate dan memenuhi lobby utama bandara.

Seorang wanita dengan mengenakan kacamata hitam milik brand Maui Jim juga ikut keluar dari sana. Lehernya masih tertutup syal dengan sulaman bendera Amerika Serikat yang mana adalah negara tempat tinggalnya kemarin. Kedua telapak kakinya tertutup sepasang sepatu loafers berwarna sweet brown.

Penampilannya begitu serasi dan begitu menarik mata siapapun yang melihatnya. Tubuhnya yang langsing berbalut fox motif cardigan dan corduroy pants berwarna cokelat. Pipi nya yang merah muda mencuat keluar sehingga terlihat sedikit chubby saat dilihat. Tulang hidungnya mancung serta alis matanya yang lentik menyempurnakan penampilan seorang Yoanne Adyna Damarisa hari ini.

Dengan kedua telinga yang tersumpal oleh airpod, Adin berjalan dengan santai sembari mendorong sebuah troli yg berisi beberapa barang pribadi. Ia tampak seperti gadis SMA atau kuliah semester awal yang baru saja pulang berlibur.

Langkah Adin terhenti di sebuah kedai kopi dekat lobby utama yaitu di ruang tunggu bandara. Ia pun lalu duduk di salah satu sofa yang tersedia. Sambil menunggu jemputannya datang, ia mengamati sekeliling dengan seksama. Akhirnya setelah beberapa tahun menetap di Boston, ia bisa kembali lagi ke kota Jakarta.

Drtt... Drtt...

Sebuah panggilan masuk langsung menghentikan aliran musik di telinga wanita itu, hingga membuatnya sedikit tersentak. Tangannya merogoh kantong pants nya lalu mengeluarkan sebuah benda pipih itu.

Rupanya itu panggilan telepon dari Stephanie atau kerap di panggil Nini oleh Adin dan sahabat-sahabatnya yang lain. Adin memang sengaja tidak ingin mengabari Jeo bahwa ia ikut menyusul kesini dan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai dokter di Brigham and Women's Hospital, yang merupakan rumah sakit ternama Amerika Serikat.

"Halo Ni?"

"Halo, Adin udah dimana?"

"Baru aja nyampe."

Love you & mom [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang