β. Beta

1.6K 268 13
                                    

"Kamu gak mau sarapan dulu?" bunda Adin datang sembari menuangkan segelas air dingin ke dalam gelas beling.

Wanita paruh baya itu baru saja datang ke apartment Adin tapi sang tuan rumah sama sekali tidak menyambut atau bahkan membukakan pintu. Untungnya, bunda Adin tau berapa nomor password dari apartment putri nya itu, salahkan saja Adin yang saat ini sedang tergesa-gesa karena ia terlambat bangun. Padahal jelas-jelas hari ini adalah hari dimana Jolicya dan Jeo—suaminya akan datang dari Indonesia.

Bukankah ini hari yang ditunggu-tunggu?

"Sekarang jam berapa bun?" tanya Rose dengan wajah bantal nya.

Semalaman Adin begadang, ia tak bisa tidur, bukan tanpa alasan berbagai hal ia pikirkan, mulai dari dirinya yang sebentar lagi akan bertemu dengan Jeo, sampai memikirkan siapa itu ibu kandung Jolicya. Semuanya Adin pikirkan dan memenuhi ruang kepalanya, ini benar-benar membuat Adin gila.

"Jam sembilan, kamu sih mentang hari libur gak pasang alarm." Kata bunda Adin.

"Adin udah pasang kok, cuma semalem itu gabisa tidur jadi nya kebablasan." Sudah tau bahwa dirinya benar-benar terlambat untuk menjemput Jolicya dan Jeo, Adin dengan gerakan buru buru dan grasak grusuk nya sibuk mencari kunci mobil.

"Kamu nyari apa sih?" tanya bunda nya.

Adin menoleh, "Kunci mobil bun. Bunda liat?"

Bunda Adin beranjak dari duduk nya ketika mendengar pertanyaan itu, wanita paruh baya itu berjalan masuk ke dalam kamar Adin. Hingga tak lama ia kembali keluar dan menghampiri Adin. "Ini kunci mobil kamu." Kata bunda sembari menyodorkan benda itu pada Adin.

Faktanya walaupun Adin telah menikah dan bekerja di sebuah rumah sakit yang besar, Adin tetaplah Adin, gadis yang selalu kelupaan menaruh barang. Bisa dibilang soal barang Adin itu pikun akut, berbeda lagi jika itu tentang rumus atau teori materi dalam pelajaran. Adin adalah jago nya.

"Thanks bun, kalo gitu Adin pergi dulu. Bunda masih disini kan?" Adin meraih tas kecil nya lalu mencium punggung tangan bunda nya.

"Iya bunda tetep disini, kan nanti bunda mau liat Jeo sama Adin cilik." Ucap bunda nya sambil tersenyum.

Adin yang melihat bunda nya tersenyum ikut juga tersenyum. Lantas perempuan itu pun berjalan keluar dari unit apartment nya menuju basement apartment dan menaiki mobil.

"Coba telepon Jeo dulu." Gumamnya.

Setelah menjalankan mobil nya, Adin mencoba menelepon nomor Jeo, dengan tujuan untuk bertanya apakah pria dengan satu anak dan putri sambung nya itu telah mendarat dengan selamat.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, kamu dimana?"

"Aku lagi dijalan, sorry banget. Aku telat bangun, tapi ini aku ngebut."

"Jangan ngebut Din."

"Ini gak terlalu ngebut."

"Yaudah hati-hati, aku takut kamu kenapa-kenapa."

"Iya, aku tutup. Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam."

Terdengar kaku bukan? Bisa dibilang ini cukup kaku untuk panggilan telepon dari sepasang suami istri, bukankah harusnya bisa lebih manis atau mungkin mesra.

Cukup lama Adin mengemudikan mobil nya dengan kecepatan yang dibilang diatas rata-rata, hingga akhirnya mobil yang di kendarai oleh Adin itu sampai juga di bandara.

Love you & mom [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang