π. Pi

876 164 72
                                    

"Kamu?" Wanita itu terkejut melihat seorang pria yang ia dapati ketika membuka pintu rumahnya.

"Long time no see you." Suara seorang pria menyapa dengan lembut ke kedua telinga wanita itu.

Berkat bujukan yang Adin lakukan, keesokan harinya, tepat siang hari Jeo menemui Karina. Bahkan Adin meminta Jeo untuk datang sendiri ke kediaman wanita itu. Bagaimana pun juga Adin sangat mengerti apa yang dirasakan Karina selama ini. Ia sangat amat mengetahui bagaimana keras dan kejam nya dunia saat harus membesarkan satu anak, dimana masa-masa sulit harus ia hadapi seorang diri.

"Mom?" Suara anak perempuan yang tiba-tiba menghampiri keduanya pun sukses mengalihkan perhatian Karina dan Jeo. Satu alis Athala terangkat seolah-olah sedang mencari tahu siapa sosok pria yang belum pernah ia lihat ini datang dan mengobrol dengan ibu nya.

"Mom, who's he?" tanya Athala, anak perempuan itu sekarang sudah memusatkan perhatiannya pada Karina yang terlihat tengah menahan tangis.

Sementara Jeo ia diam dengan kedua bola mata yang tampak berkaca-kaca. Tidak bisa dipungkiri pria itu merasa bersalah karena pergi dan tidak mengetahui bahwa Karina hamil, bahkan tidak mendampingi Karina dalam membesarkan anaknya hingga tumbuh besar seperti ini.

"Dia papa kamu sayang." Karina berlutut dan mengusap lembut bahu Athala yang tampak masih bingung dengan keadaan.

Pertahanan Karina runtuh seketika, ia tidak bisa menahan air matanya. Cairan itu meluruh juga pada akhirnya di pipi Karina. Karina menutup mulutnya dengan kedua tangan, ia berusaha sekuat tenaga agar tangis nya tak semakin pecah.

"Papa? Om ini papaku?" tanya Athala dengan polos nya menatap Jeo yang kini menunduk dan mengusap lembut pipi nya.

Sedetik kemudian Jeo berlutut dan memegang kedua sisi bahu Athala. Pria itu menatap sendu anak perempuan itu.

"Athala, makasih udah tumbuh dengan baik dan sehat. Maafin papa, selama ini papa gak pernah ada buat kamu. Kamu sehat-sehat ya, papa sayang banget sama Athala." Jeo mengusap lembut puncak kepala Athala, lalu mencium pipi kemerahan anak perempuan itu.

"Papa selama ini kemana? Athala nyariin papa." Kata Athala yang kini mata nya mulai berair dan sebentar lagi akan menangis.

Sontak setelah itu Athala mendekat dan memeluk erat Jeo yang kini juga memeluk putri kecilnya itu.

Sementara Karina terus saja menangis di dekat pintu, wanita itu menunduk, hanya mendongak dan melihat Athala dan Jeo saja rasanya tidak bisa. Karina sudah cukup kuat menahan semua beban selama ini, ia sangat lelah dengan semua ini.

"Papa gak kemana-mana, udah Athala jangan nangis lagi ya." Kata Jeo dan dengan gerakan pelan menyeka setiap air mata yang jatuh di pipi anak perempuan itu.

Jeo beranjak dan kembali berdiri. Atensi nya kini tertuju pada Karina yang masih menangis dalam diam. "Kamu kenapa gak bilang kalo kamu hamil."

"Gimana aku mau bilang, kamu ngilang Jeo. Aku sampe harus nyari kamu kemana-mana untuk minta pertanggungjawaban, tapi apa yang aku dapetin? Ga ada. Kamu hilang kayak ditelan bumi." Karina menangis dengan sesekali meringis karena sakit di relung hatinya yang kian terasa.

Wanita itu tidak tau bahwa Jeo adalah suami dari orang yang sangat ia hargai. Ya, Karina sangat menghargai sosok Adin, baginya Adin adalah wanita yang sangat mengerti dengan keadaan nya.

"Tolong jangan pergi lagi. Athala butuh kamu Jeo."

Sementara dilain sisi ada Adin yang meremat kuat dada sebelah kirinya. Sekuat tenaga ia menahan buliran bening yang siap meluncur dari mata indahnya. Sudah dipastikan dari awal sampai saat ini Adin melihat dan mendengar semua nya.

Love you & mom [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang