Bab 16: Merasa Canggung

8 1 0
                                    

Setelah melangsungkan pernikahannya di Yogya, Rara dan Alif berniat membangun pesantren di Yogya sebagai cabang pesantren di Medan. Mereka berdua yang mengelolanya dibantu dengan teman-teman mereka. Dan mereka juga membeli rumah di Yogya untuk tempat tinggal mereka, awalnya mereka saling canggung karena mereka belum terlalu dekat tapi sebenarnay mereka saling mencintai.

“Dek, besok ke liburan kepuncak yok.” Ajak Alif

“Ayok Bang,” ucap Rara.

“Ya sudah dek kita bereskan aja keperluan yang akan kita bawak besok,”

“Iya Bang,” jawab Rara singkat

Mereka pun besama-sama menyiapkan barang-barang yang diperlukan untuk besok, tiba-tiba dari bawah tempat tidur ada kecoa. Rara sangat anti dengan kecoa ia pun menjerit dan dengan sigap ia memeluk Alif saat itu. 

Keesokan harinya, Rara dan Alif berangkat menggunakan mobil mereka. Tetapi ketiak hendak melaju, tiba-tiba mobi mogok. Dan tidak mungkin akan dibatalka, akhirnya mereka menggunakan seperda motor, munggkin dengan menaiki ini membuat mereka semakin akrab dan lebih romantis. 

Di tengah perjalanan Rara kelihatan sangat lelah, mereka pun singgah disalah satu masjid sekalian menunggu Zuhur berkumandang. Setelah salat zuhur mereka pun makan bersama. Sudah selesai mereka pun melanjutkan perjalanan ke puncak.

Sesampainya disana, mereka menyewa vila yang dekat dengan pemandangan sekalian bisa memanjakan mata. 

“Abang, liat tu masyaallah bagus banget ya ciptaan Tuhan,”

“Iya dek, suka?”

“Suka banget Bang,”

“Tapi Abang juga suka Adek.”

“Ih, gombal ternyata seorang Ustaz Alif bisa juga ya.”

Mereka pun tertawa bersama, sudah tidak ada yang merasa canggung, dan mereka bisa menikmati kebersamaan dengan seperti layaknya suami istri yang bahagia. 

Kebahagian bisa dicari, kesedihan datang secara tiba-tiba. Semua keadaan ataupun peristiwa bisa kita dapatkan dari orang-orang terdekat kita. Kita tidak mengharapkan keadaan bisa merubah segalanya, sedangkan kesedihan kita tidak tahu kapan ia akan muncul. Tetapi intinya ketika kita benar-benar yakin bahwa kebahagian itu bisa di dapat, mengapa tidak kita jemput. Mungkin dengan kita menjemputnya,  kita bisa lebih dekat dengan kebahagian itu sendiri.”


Cinta di Balik Ka'bahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang