rapat

230 13 0
                                    

Ruang sekertariat BEM kini telah dipenuhi para anak-anak dari berbagai organisasi di kampus ini. Rapat gabungan selalu membuat anak BEM kewalahan dan tak jarang kadang teras sekertariat BEM pun dijadikan tempat untuk menampung semua anak-anak dari berbagai organisasi.

"Gue bilang apa, gue ikut rapat hari ini" bisik Guntur pada Ayana dengan cengiran khasnya. 

"Jangan lupa, nanti pulang gue nebeng sama lo. Kalau sama si Asepkan kesihan, harus putar balik lagi," bisik Ayana. 

"Siap, bos!"

Rapat akan segera dimulai. Semua elemen mahasiswa yang berbeda almamater itu duduk dimeja yang melingkar.

Bisma, sang presiden Badan Eksekutif Mahasiswa itu berdiri dengan beberapa kertas ditanganya. 

Rambut yang dibiarkan sedikit gondrong itu, ia ikat rapi. Pesonanya yang terlihat menawan menjadikan sang presbem itu idaman para cewek-cewek, tak terkecuali dengan Atik. Ia begitu mengagumi laki-laki berambut gondrong dan berkumis tipis itu. 

"Yaampun, Bis pesona lo emang buat hati gue meleleh" ucap Tika ketika Bisma memulai rapatnya dengan salam pembukaan. 

Sebelah alis Ayana terangkat, heran dengan apa yang diucapkan Tika disebelahnya. Menurutnya, Bisma tak keren-keren amat bahkan terkesan biasa-biasa saja dengan wajah kearab-arabannya. Kalah jauh dari sang idolanya, siapa lagi kalau bukan, Karim Benzema. 

"Rancangan RUU KUHP yang sedang dibahas diparlemen ini sungguh begitu sangat meresahkan dan sama sekali tidak berbobot maupun berkualitas! Kebebasan individu dalam bertindak dan beropini sudah mulai diatur negara dengan alasan absur, tak masuk diakal. Masa kita sebagai mahasiswa pembela masyarakat akan diam saja?"

Ungkap Bisma, si presiden BEM dengan berapi-api sambil berdiri memegang microfon ditangan kanannya. 

"Betul sekali, kita sebagai mahasiswa yang sering mengkeritisi parlemen dan pemerintah yang dinilai kurang berpihak pada masyarakat tidak boleh diam saja! Apalagi mendengar alasan-alasan mereka yang begitu absurd. Masa gelandangan harus membayar denda? Duit darimana coba? Bahkan yang lebih anehnya lagi, masa suami perkosa istri sendiri di denda? Lah, sejak kapan coba ada istilah pemerkosaan pada suami istri. Merekakan melakukannya sebagai ibadah, sama-sama mau kalau pun gak mau ya tinggal di bicarakan baik-baik bukan dipidana!" sahut Leo yang memuat perhatian teralih padanya. 

"Dan paling anehnya lagi, unggas yang berkeliaran di tanah orang juga kena denda sekian juta rupiah? Apaan maksudnya, bahkan dikampung-kampung saja unggas-unggas tidak dikandangkan. Mereka bebas berkeliaran cari makan sendiri. Dan sejauh ini tak ada masalah serius tentang itu," sambung Asep yang diangguki teman-temannya. 

"Ada lagi nih, perempuan yang pulang larut malam juga didenda. Gue gak terima dong, secara emak gue sama emaknya si Asep suka pulang larut malam karena jaga warung nasi Padang. Kita gak terima dong, benar gak Sep?" seru Guntur dengan berdiri menunjuk-nunjuk sahabatnya. 

"Gue juga gak terima, ini masalah tentang perkorupsian malah hukumannya ringan. Apaan paling lama dua puluh tahun dan paling sedikit empat tahun, hukuman itu mereka berikan pada pejabat yang menerima suap. Ini jelas gak adil dong! Enak benar tuh mereka, dengan adanya RUU ini jelas-jelas memanjakan para koruptor!" seru Ayana tak kalah berapi-api. Semangatnya kini menggelora, seakan ada api yang mengibarkan jiwa mudanya untuk tak takut membela keadilan. 

"Baik saudara-saudara. Tidak ada kata lain selain kita harus maju melawan RUU ini.Kita tidak boleh diam saja dijajah oleh pemerintah sendiri. Kita harus lawan! Tidak ada kekuatan yang bisa melawan semua ini kecuali kita, para mahasiswa.

Kita telah melahirkan reformasi yang menumbangkan orde baru yang korup. Semangat reformasi harus kita jaga dan kita rawat agar bisa tumbuh secara benar, tidak di manfaatkan oleh pikiran-pikiran dan idealisme yang jahat, yang hendak ingin menghancurkan negara ini. Seperti gerakan 98, kita harus lawan!" teriak Bisma dengan semangat yang tak pernah surut. 

Can Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang