patah hati sebelum waktunya

218 11 2
                                    

"Aduh kita kapan makannya sih pah, udahlah bang gak usah tungguin Ayana. Siapa tau dia gak kesini," keluh Heni saat Asa dan Herlan masih bersikukuh untuk tetap menunggu kedatangan Ayana dan suaminya yang masih belum Asa ketahui siapa.

"Sebentar lagi dong, Mah. Siapa tau macet dijalan" ucap Herlan yang diangguki Asa.

"Palingan Ayana lupa atau sengaja gak datang. Kan biasanya gitu, kalau ada acara keluarga suka sengaja ditelat-telatin" kekeh Adinda saat mengingat sikap adiknya yang selalu saja seperti itu sedari dulu.

"Kali ini gak mungkin, Ayah udah mewanti-wanti kesuaminya biar bisa ngebujuk Ayana datang kesini. Sekalian ayah mau kenalin suaminya itu pada kalian berdua, kalian belum taukan?"

"Gak mau tau," jawab Adinda mengedikkan bahunya. Ia tak peduli bagaimana dan siapa yang telah menjadi suami dari adiknya kini yang dulu dijodoh-jodohkan dengan dirinya hingga ia nekat untuk melakukan percobaan bunuh diri demi menggagalkannya, beruntungnya Ayana mau menggantikan dirinya.

"Siapa sih dia yah, Asa penasaran deh. Pasti Ayah pilih dia karena ayah tau dia laki-laki yang begitu baikkan?" tanya Asa penasaran.

"Lihat saja nanti, kamu juga pasti bakal setuju kalau Ayana tetap bersamanya sampai kapanpun" Jawab Herlan dengan senyum bahagia membayangkan ketampanan serta kebaikan menantunya itu.

"Lama amat sih," gerutu Adinda mulai memainkan ponsel pintarnya demi mengusir kebosanan.

Tak lama kemudian, derap langkah kedua insan yang belum saling mencintai itu menghampiri mereka tak lupa ucap salam mereka ucapkan saat memasuki ruang makan tersebut.

"Nah yang di tunggu-tunggu datang juga," sambut Herlan berdiri dari duduknya. Heni dan Asa pun mengikuti apa yang Herlan lakukan, tapi tidak dengan Adinda. Ia masih saja fokus memainkan ponselnya, menscrol media sosialnya berharap akun yang ia cari selama ini tertemukan.

Candra tersenyum menghampiri Herlan dan menyalaminya diikuti Ayana dibelakangnya.

"Maaf ya lama, soalnya ada masalah sedikit tadi" ucap Candra tak enak hati.

"Tidak apa, ayah ngerti" jawab Herlan menepuk pundak Candra pelan.

"Pasti kamu buat ulah dulu ya sebelum kesini?" tuduh Heni menunjuk Ayana dengan sorot mata tak suka. Ayana hanya menggeleng sembari tersenyum kecut, belum apa-apa ibunya sudah menuduh ia yang tidak-tidak.

"Adikkuh, abang rindu!" seru Asa memeluk Ayana cepat tanpa memperdulikan Candra yang berdiri di samping Ayana.

"Aya juga rindu abang, kenapa dulu gak izinin Aya buatbikut seleksi sih bang? Kalau abang izinin dan kasih suport pasti kita akan sama-sama terus" keluh Ayana menenggelamkan kepalanya di dada bidang Asa.

"Abang gak mau, adik kesayangan abang ini digembleng keras dilembah tidar. Nanti cantiknya luntur lagi," jawab Asa mengelus surai milik Ayana.

"Biarin, kan Ayana udah biasa juga"

"Aduh kalian ini kalau udah ketemu jadi lupa segalanya, Aya hargain dong suami kamu nanti takutnya cemburu" tegur Herlan. Keduanya sontak melepaskan pelukan dengan saling pandang sembari senyum cengengesan.

"Tidak apa Ayah, sayakan bisa tiap malam kaya gitunya. Sementara kakak ipar? Cuma kali ini saja, haha" ucap Candra dengan kekehan.

"Bisa aja nih menantu ayah, oh iya kenalin ini Asa yang selalu ayah ceritain ke kamu.Asa kenalin ini Candra suami adikmu itu" ucap Herlan memperkenalkan Asa pada Candra dan mengenalkan Candra pada Asa.

Deg!
Debar jantung Adinda tak karuan saat mendengar nama laki-laki yang akhir-akhir ini selalu ia perjuangkan.

Ia menoleh dengan hati-hati pada sekumpulan pria yang tengah asik berbincang dan masih berdiri.

Can Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang