berusaha mendekatinya

208 12 2
                                    


Tok ... Tok ... Tok ...

Suara dibalik pintu mengalihkan perhatian Candra yang tengah fokus menatap layar laptopnya.

Penasaran, akhirnya ia membiarkan laptop tersebut dan berjalan mendekati pintu, lalu membukanya.

"Pagi," sapa seseorang di ambang pintu dengan kegirangan.

Dengan malas Candra menutup pintunya kembali, tak memberi celah pada seseorang yang tengah berdiri menyapanya barusan.

"Hey! pak saya datang membawa bekal untuk bapak. Cobalah, buka dulu sebentar!" teriak kembali seseorang yang masih berdiri di depan pintu ruangan Candra dengan penuh bahagia.

"Siapa?" kata pertama yang Candra lontarkan kala membukakan pintu kembali.

"Saya boleh masukkan? Nih pagi ini saya bawa bekal spesial untuk bapak," ujar Adinda melenggang masuk keruangan Candra tanpa dipersilahkan terlebih dulu.

"Saya bawa nasi goreng spesial dan salad sehat buat bapak," ucap Adinda meletakan bekal yang ia bawa di meja Candra.

"Kamu yang masak?" tanya Candra dengan kedua tangan bersedekap dada, menghampirinya.

Terdiam sejenak menatap bekal yang ia keluarkan, lalu pelan-pelan ia berbalik kearah suara.

"Bukan," cicit Adinda, mengigit bibir bawahnya.

"Sudah saya duga," ucap Candra tersenyum geli mengambil paksa satu kotak bekal yang Adinda pegang.

"Tapi kalau bapak mau, saya akan belajar memasak untuk bapak" tawar Adinda cepat.

"Tidak perlu, untuk apa kamu bela-belain begitu" tolak Candra memperhatikan kotak bekal ditangannya yang ia rebut dari Adinda barusan.

"Saya kan ..."

"Apa? jangan segitunya! Jangan hanya karena saya menolongmu beberapa kali, kamu merasa berhutang budi. Saya gak suka," potong Candra cepat. Diletakannya kotak bekal tersebut dimeja kerjanya.

"Bukan itu pak, tapi saya" ucapan Adinda lagi, lagi harus terpotong dengan suara ponsel milik Candra.

"Pergilah, saya tidak ingin menimbulkan fitnah diantara kita" usir Candra halus seraya merogoh saku celananya, mengambil ponsel yang berdering tanda panggilan masuk.

Adinda menyudutkan kedua alisnya, seperti tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Alih-alih menjawab ucapan Candra, Adinda malah terdiam sembari melengos pergi dari hadapan Candra.

Sakit rasanya, ketika laki-laki yang mulai dicintainya malah abai dengan apa yang ia lakukan selama beberapa hari ini. Berusaha mencari perhatiannya.

Dadanya terasa begitu sesak, baru kali ini ia diperlakukan seperti itu oleh laki-laki.

Dengan pandangan kosong, Adinda berlari menuju ruangannya sebelum kembali memulai praktek pagi ini.

Brukkk..
Tanpa sengaja Adinda menabrak pundak dokter Qori, selaku seniornya dirumah sakit ini.

"Eh, sory-sory!" ucap Adinda meminta maaf.

"Tidak apa-apa, kenapa toh pagi-pagi kok mukanya sendu gitu?" dokter Qori terkekeh melihat sikap lucu Adinda yang sedang panik.

"Ah, tidak apa-apa dok" jawab Adinda berusaha meyunggingkan senyum.

"Yasudah, lain kali hati-hati ya. Oh iya, pagi ini kamu follow up pasien di bangsal mawar ya" titah dokter Qori.

"Baik dok, ada lagi?" tanya

"Tidak, pergilah" jawab dokter Qori mempersilahkan Adinda untuk pergi dari hadapannya.

Can Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang