"Halo, kenalin nama gue William. Kali ini gue mau bercerita tentang kejadian aneh dan bisa dibilang agak di luar nalar yang gue alamin sebulan setelah gue ngekos di Jogja.
"Gue pribadi merupakan orang yang percaya sama hal-hal gaib dan semacamnya, meskipun gue sendiri nggak pernah mengalami itu dari lahir sampai enam hari yang lalu. Terkesan sepele, sih, tapi mungkin bisa bikin kalian agak parno buat tinggal di tempat baru.
"Semuanya bermula ketika gue mau berangkat kuliah pagi, yang dimulai jam 08:00. Gue sendiri bukan tipe orang yang suka bangun mepet gitu. Dari jam 06:30 gue udah bangun, jalan ke sana kemari di koridor depan kamar, atau sekadar dengerin musik pagi-pagi. Pokoknya semua penghuni kos-kosan yang lain tahu kalau gue udah bangun.
"Berhubung kampus gue deket, gue terbiasa berangkat paling telat jam 07:20. Itu udah paling telat dan harus rebutan jalan sama orang kantoran, pokoknya kudu siap-siap ngerasain macet. Harusnya, dengan waktu tempuh perjalanan yang cuma 15 menit, gue udah sampai kampus dan masuk ke gedung fakultas. Tapi, enam hari lalu, nggak begitu.
"Untuk pertama kalinya dalam sejarah gue berangkat dengan waktu mepet, gue telat masuk kelas. Apakah karena jalanannya lebih macet? Enggak. Gue bangun kesiangan? Enggak juga.
"Gue kesiangan karena sibuk nyari kunci motor yang ilang entah ke mana.
"Lo pernah nggak sih, naruh barang misal remote tv di meja dan lo tinggal ke toilet atau nerima paket di teras rumah, kemudian balik-balik remote tv lo udah nggak ada? Sedangkan lo lagi sendirian di rumah dan nggak mungkin ada orang lain masuk tanpa lo tahu.
"Gue pun begitu. Sebelum kuliah, gue mandi dan nyiapin kunci motor di atas meja belajar. Kamar gue kunci, kuncinya pun gue taruh di saku celana alias gue bawa mandi. Dan, ya, kunci motor gue raib, tapi motornya masih ada di parkiran kos-kosan.
"Awalnya, gue pikir gue yang lupa naruh kunci itu entah di mana alias bukan di meja belajar. Gue cari di kasur, di bawah bantal, di selimut yang udah gue lipet. Atas lemari, dalem tas, tetep nggak ada. Gue cari di luar kamar, nggak ada juga. Di motor apalagi, gue aja dari bangun tidur nggak pernah deketin motor.
"Gue panik? O, jelas. Mana dosennya galak, kalau gue telat ntar dapet kursi paling depan juga ogah. Pas gue balik kamar, tada! Kuncinya di mana? Di meja belajar, dong.
"Dengan polosnya, waktu pertama kali lihat kuncinya gue malah mikir, oh gue dikerjain penghuni kos lainnya kali, ya.
"Terus baru inget, semua penghuni kos punya motor dan motornya udah nggak ada semua alias udah pada berangkat kuliah ataupun kerja. Dalam kata lain, gue merupakan satu-satunya orang yang masih di kosan.
"Apakah gue ngalamin kaya gitu cuma sekali? Beberapa kali, tapi yang paling membekas sewaktu gue udah telat banget buat kuliah dan ada presentasi, sedangkan kunci gue lagi-lagi ilang. Nggak tahu kesambet apa, gue agak memohon entah sama siapa buat balikin kunci motor gue sekarang juga. Itu posisinya gue masih di kamar, habis mandi, dan cuma duduk di kasur saking hopeless-nya nyariin kunci.
"Habis gue mohon biar nggak ngumpetin kunci lagi, udah bisa nebak 'kan apa yang terjadi? Yap, gue lihat kunci motornya di kasur, sedangkan beberapa menit sebelumnya gue udah nyari di situ berulang kali.
"Sampai sini, lo masih nggak percaya kalau mereka beneran ada?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rayadinata mendecih pelan setelah ia membaca pesan dari Hendrasaka. Rupanya, pemuda itu tidak sempat mendengarkan siaran radio yang dimaksud Rayadinata karena dia sedang latihan bersama Divisi Kesenian untuk ospek mahasiswa baru beberapa bulan lagi. Yah, Hendrasaka masih bisa mendengarkannya lain waktu 'kan?
Sambil menggulung lengan kausnya, Rayadinata pun kembali melanjutkan tugas, kali ini ditemani oleh playlist di salah satu aplikasi musik karena siaran radio DJ Heksa telah berakhir.
"Masih melek, Ra?" tanya Julianto yang baru saja keluar dari kamar mandi ketika Rayadinata sedang mencuci gelas bekas kopi.
"Ini mau tidur, Pak, tapi nyuci gelas dulu. Bapak belum tidur?"
"Ini juga mau tidur." Julianto berjalan melintasi dapur menuju kamarnya, tetapi kemudian berhenti di ambang pintu. "Rara."
"Dalem?"
"Kamu tadi nyalain radionya bapak di kamar?"
Rayadinata yang sudah mengeringkan tangan menganggukkan kepalanya.
"Iya, dengerin siaran cerita horor gitu di radio kampus."
"O, gitu?"
"Iya. Bapak buruan tidur, besok kerja 'kan?" ucap Rayadinata sambil memasuki kamarnya sendiri. Julianto masih terdiam di ambang pintu dapur, menatap pintu kamar putrinya yang sudah tertutup rapat.
Ah, mungkin dia saja yang salah dengar. Anaknya jelas-jelas mendengarkan siaran seseorang, iya 'kan?