09. To

72 14 0
                                    

From: Tora
To: neoradio@gmail.com
Subject: After Midnight

Hai, nama saya Tora. Lewat ini, saya mau membagikan sedikit pengalaman tidak terlupakan saat saya kelas 6 SD, yang mana itu sudah bertahun-tahun lalu.

Kalau boleh jujur, saya sebenarnya masih agak takut buat menulis cerita ini. Tapi saya juga kepingin sharing-sharing cerita kaya pendengar yang lain. Siapa tahu 'kan, cerita saya kepilih untuk dibacakan?

Jadi, sebelum kelulusan sekolah dasar dulu, sekolah saya mengadakan persami yang diikuti oleh siswa kelas empat, lima, dan enam. Kalau diingat-ingat agak lucu juga aslinya; kami para murid kelas enam masih deg-degan nunggu pengumuman hasil Ujian Nasional yang mana itu besok, eh, hari ini malah kemah.

Lanjut ke ceritanya. Untuk ukuran anak SD jaman dulu, saya bisa dibilang udah pecinta kopi sejak dini. Ya, walaupun masih kopi instant sachet. Jadi selepas acara api unggun, saya memang sengaja minum kopi bersama beberapa adik kelas karena berniat jaga malam.

Api unggun bener-bener padam sekitar pukul 00.00, dan semua guru udah tidur begitu juga sebagian peserta kemah. Yang masih bertahan alias melek cuma saya dan dua adik kelas (Adin dan Laksi), jadi kami ngobrol ngalor-ngidul di dekat api unggun sambil merhatiin bintang (saya dulu sekolahnya di desa, jadi lihat bintang mah gampang banget).

Karena kami mulai bosen, Laksi yang memang terkenal bandel dan ada aja tingkahnya ngajak kami berdua buat keliling lapangan sekaligus tenda peserta lain. Kurang kerjaan banget, ya? Tapi saya sama Adin dulu setuju-setuju aja, jadi kami bertiga beneran muterin lapangan sekalian meriksa kalau-kalau ada ular.

Masih bosen, akhirnya giliran saya yang usul buat main perosotan di area TK. Fyi, gedung sekolah saya masih satu area sama TK, jadi kadang anak SD masih suka main perosotan sama ayunan di sana, haha. Saya juga nggak habis pikir ngapain main perosotan dini hari, tapi daripada diem doang sedangkan kami bertiga belum ngantuk 'kan?

Niatnya, sih, perosotan, sampai entah Adin atau Laksi (saya lupa) lihat ada yang aneh di jendela gedung TK itu.

Waktu itu kami bertiga debat di deket ayunan TK yang berjarak kurang lebih 50m dari gedung TK. Saya lihatnya nggak begitu jelas itu apa, Laksi sama Adin kukuh bilang itu tirai jendela. Kebetulan kami bertiga nggak ada yang bawa senter, jadi kami cuma mengandalkan lampu besar yang dipasang di deket lapangan sekolah.

Kami masih positive thinking kalau itu tirai, tapi entah kenapa kami tetep nggak berani buat jalan ke perosotan yang jaraknya hanya tiga langkah dari gedung TK. Kami beneran cuma diem di tempat, tapi sama sekali nggak takut, cuma bingung itu tuh aslinya apa.

Sampai saya sadar kalau apa pun yang kami lihat di jendela itu ada bentuknya.

Kaya permen.

Dan waktu nama yang mau saya sebutkan itu udah di ujung lidah, tiba-tiba lampu yang ada di lapangan mati, dan baru saat itulah kami bertiga bisa lari tunggang langgang ke gedung SD, nyaris nabrak guru agama yang mau salat Subuh. Iya, kami baru sadar kalau lampunya mati bertepatan dengan azan Subuh dari masjid terdekat.

Kami langsung heboh cerita ke guru agama, yang kebetulan juga kedengeran sama guru olahraga. Akhirnya kami disuruh atur napas, kemudian wudhu terus salat biar lebih tenang. Langsung berasa efeknya sih, asli beneran nggak sepanik tadi. Selepas salat, kami bertiga disuruh bantu bangunin temen-temen lainnya dan nggak boleh cerita apa pun ke peserta yang lain. Anehnya, kami nurut-nurut aja.

Persami kemudian selesai, semua murid kelas 6 akhirnya dinyatakan lulus (Alhamdulillah). Saya pulang dalam posisi ngantuk banget, tapi masih 100% sadar karena saya pulang ke rumah naik sepeda, mana rumah saya jauh.

Dan sewaktu saya pulang, saya nggak sengaja ngelihat guru agama dan guru olahraga yang berdiri di deket jendela gedung TK. Nggak ada yang aneh, 'kan?

Oh, ada.

Karena hari sudah terang, saya baru bisa sadar kalau di jendela gedung TK itu nggak ada tirainya sama sekali.

Jadi ... yang saya lihat semalem itu, apa?

After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang