다섯

16 6 0
                                    

Mereka sampai di sebuah butik.

Butik, guys.

Ryujin masuk dengan wajah tercengang. Selama di dimensinya pun ia tidak pernah membeli baju di butik seperti ini.

"Lo gila ya?" Ryujin berbisik ke telinga Hyunsuk.

"Nggak," jawab Hyunsuk santai.

Mereka beralih ke area pakaian wanita.

"Gue nih ahlinya fashion," kata Hyunsuk sombong. "Coba lo sebutin gaya berpakaian lo kayak gimana?"

Cih, berduit rupanya.

"Mmm." Ryujin berpikir. "Gue nggak bisa sebutin gaya berpakaian gue, tapi gue bisa sebutin gaya gue."

Hyunsuk berpikir, kemudian mengangguk. "Sebutin aja."

"Gue bukan cewek feminin. Gue nggak suka baju-baju yang terang dan mencolok. Fashion gue cenderung yang biasa aja, nggak terlalu baik dan nggak terlalu buruk.

"Tapi gue suka baju-baju yang warnanya kalem. Biasanya gue juga nyesuain warna baju sama warna rambut. Gue punya selera pake baju dark, tapi itu di situasi tertentu aja. Jadi nggak ada salahnya gue beli baju gelap kalo suatu saat lagi pengin dark mode."

Hyunsuk berpikir sesaat. Mencocokkan rangkaian kalimat Ryujin dengan imajinasinya. "Arasseo," katanya akhirnya sambil tersenyum.

What? Secepat itu?

Hyunsuk menuju area pakaian kasual terlebih dahulu. Dicarinya beberapa baju yang menurutnya cocok dengan imajinasinya.

Ryujin hanya memperhatikan saja. Baju-baju yang dipilih Hyunsuk memang tidak buruk dalam pikirannya. Namun, ia belum menemukan sesuatu yang luar biasa.

Hyunsuk kembali memimpin jalan. Kali ini ia menuju bagian overal. Dipilihnya beberapa model dan warna yang senada.

Ryujin melotot. "Ini nggak kebanyakan?" tanyanya.

"Nggak. Walaupun gue nggak punya black card, tapi kartu ATM gue sama unlimited-nya kayak black card."

Dah gila.

Selama kurang lebih satu jam mereka berkeliling butik yang cukup besar itu. Beberapa kali Hyunsuk bolak-balik ke tempat yang sama, tetapi Ryujin tidak melihat pria itu terlihat kesulitan untuk memilih.

"Ini beneran nggak kebanyakan?" Ryujin berbisik untuk yang kesekian kalinya.

"Nggak, Shin Ryujin. Ini hobi gue selama hidup kalo lo mau tau."

Hyunsuk menyerahkan dua totebag besar kepada Ryujin. Gadis itu menerimanya dengan agak segan.

"Makasih," ucapnya.

"Yo." Lalu ia menambahkan, "Tapi ini baru mulai."

Ryujin bingung. "Ha? Maksud lo?"

Hyunsuk menarik napas panjang. "Lo belom beli sepatu, aksesoris dan perintilan lainnya, make up, skincare, juga— ehm, dalaman."

Wajah Ryujin bersemu saat Hyunsuk mengatakan "dalaman". Namun, ia lebih terkejut selebih Hyunsuk menyebutkan tetek bengek sebelumnya.

"Kita ke mal."

Mulut Ryujin membulat.

Satu fakta tentang Choi Hyunsuk yang ia ketahui hari ini; suka menghambur-hamburkan uang.


————————

"Data sudah siap?" tanya seorang pria berjas lengkap.

HourglassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang