23

4.1K 254 62
                                    

Pagi-pagi sekali, Bagas sudah siap dengan seragamnya dan sekarang ia sedang menyusun buku mata pelajaran hari ini.

"Kok buru-buru amat. Kenapa?" tanya Raka yang baru saja bangun dari tidurnya, ia mengucek mata untuk menghilangkan kotoran di matanya.

"Gara-gara tadi malem lo ganggu gue. Jadi gue gak bisa fokus ngerjain tugas."

Wajah Bagas begitu serius ketika menyusun buku ke dalam tasnya, ia tidak ingin salah membawa buku mata pelajaran. Cukup belajarnya saja yang terganggu tadi malam, ia tidak ingin mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya.

Raka berkedip beberapa kali, ia masih bingung dengan perkataan Bagas. Mengganggu yang bagaimana?

"Perasaan gue gak ada ganggu lo, dah," protes Raka tidak terima.

Bagas memandang Raka sekilas, namun tidak mengatakan apapun.

"Nanti bawa Maudy kemari, ya," ucap Raka begitu santainya.

"Apa lagi sekarang. Gak usah aneh-aneh!" suara Bagas sedikit mengeras, perasaannya mendadak berubah jadi tidak enak dan mood-nya yang susah payah ia bangun hari ini menjadi hancur berantakan.

"Gue harus nembak Maudy hari ini dan gue belum bisa banyak jalan. Jadi, Maudy nya aja yang lo bawa kemari," jelas Raka santai.

"Jadi lo beneran soal semalem?" tanya Bagas seperti masih tidak percaya, ia mengira jika yang dikatakan Raka tadi malam hanyalah sebuah candaan, namun sepertinya tidak.

"Lo kira gue becanda doang?" Sebelah alis Raka terangkat dan sudut bibirnya tertarik sedikit.

"Terserah!" Bagas melangkah meninggalkan Raka yang tersenyum kecut.

***


Sore harinya, Bagas membawa dua orang bersamanya menuju rumah Raka.

Sesampainya di rumah Raka, Bagas mempersilahkan mereka berdua untuk masuk lalu ia pergi menuju kamar Raka.

Bagas mengambil handuk dan berniat menyegarkan diri sebentar.

"Ayo turun! Katanya mau ketemu Maudy," ajak Bagas pada Raka setelah ia selesai mandi.

Senyum Raka langsung mengembang mendengar ucapan Bagas.

"Lo beneran bawa dia kemari?" tanya Raka yang masih tidak percaya, ia tidak menyangka jika Bagas akan benar-benar membawa Maudy datang ke rumahnya.

"Udah cepetan, gak usah banyak omong!"

Bagas menuntun Raka untuk berjalan, mereka melewati anak tangga satu persatu dengan senyuman yang mengembang--tidak, hanya Raka yang tersenyum. Di bawah sudah ada dua orang yang sejak tadi sudah memandangi mereka berdua.

"Kak Raka! Kok bisa jadi kayak gini!" Silvia bergegas menuju Raka, ia membantu Bagas untuk menuntun Raka menuju sofa.

"Gue gak papa kok. Tenang ae," ucap Raka santai, ia melempar senyum pada Silvia dan beralih memandang Maudy sebentar.

Bagas melirik sinis. Memang benar jika dia yang membawa mereka berdua kemari, namun ia tidak ingin Raka terlalu menebar pesona seperti itu.

Sepulang sekolah tadi, Bagas begitu mempertimbangkan permintaan Raka tentang Maudy.

Sebenarnya Bagas tidak ingin Raka memikirkan hal percintaan dalam keadaan seperti ini, namun sahabatnya itu tidak pernah benar-benar meminta sesuatu yang berharga darinya, jadi ia memutuskan untuk menuruti keinginan Raka--walaupun sedikit merasa terpaksa.

Raka berdehem, ingin mencairkan suasana yang sejak tadi terasa sangat canggung. Itu sangat menyiksa baginya, ia tidak ingin mati tersiksa karena diam seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Out Of ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang