21

2.5K 184 9
                                    

Raka terbangun, mata sayupnya memandang Bagas malas. Wajah Raka perlahan mendekat dan semakin mendekat,  mengikis jarak di antara mereka. Hal itu otomatis membuat Bagas menelan saliva dan tanpa sadar menahan napasnya.

'Dasar anak gak tau malu. Sama sekali gak liat dan gak tau tempat untuk mesum," batin Bagas.

Saat tangan Bagas ingin melayang, tiba-tiba kepala Raka bersandar pada bahunya. Anak itu tertidur kembali di sandaran Bagas, membuat sang empunya mendesah pasrah.

Perlahan, tangan Bagas terulur menyentuh wajah Raka, sedikit membelainya. Dengan hati-hati, ia memindahkan kepala Raka di meja, tempatnya tertidur tadi.

Netra Raka terbuka, ia mengucek matanya sedikit yang terlihat memerah. Pandangannya kini terfokus pada Bagas.

"Kenapa?" tanyanya dengan senyuman, walau matanya masih berat untuk terbuka sepenuhnya.

"Gue mau ke kantin. Lo di sini aja, ntar gue beliin makanan," ucap Bagas datar, ia beranjak dari duduknya.

"Hm," gumam Raka, kepalanya mengangguk-angguk, walaupun tak terlalu mendengarkan seluruh ucapan Bagas. Satu hal yang ia tangkap dari ucapan Bagas, yaitu kantin.

***


Sudah sepuluh menit lamanya, namun Bagas tak kunjung kembali dari kantin. Padahal, sebentar lagi bel akan berbunyi. Raka yang sudah terbangun, kini beranjak dari tempat duduknya ingin menyusul Bagas, namun tujuan utamanya yaitu toilet. Sudah sejak tadi ia menahan keinginan untuk buang air. Sekarang sudah tak dapat ia tahan lagi.

Raka berjalan sedikit tergesa menuju toilet. Padahal perutnya masih lumayan sakit jika terlalu banyak bergerak, tapi ia tak ingin menanggung resiko jika celananya harus basah.

Apa kata orang nantinya. Bisa jadi gosip yang sangat meriah tentunya, mengingat dulu ia pernah terkenal sebagai playboy.

Baru beberapa langkah masuk ke dalam toilet, Raka tak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri dan ia terjatuh dengan kondisi perut menghantam bak yang di atasnya terdapat keran untuk tempat cuci tangan. Kepalanya masuk ke dalam bak tersebut dan tangan Raka refleks meraih keran air yang ada.

"Anjir ...." Raka meringis, menahan sakit di perutnya. Rambutnya sudah basah kuyup, butir-butir air menetes menuju leher dan baju seragamnya.

Seorang siswa masuk dan segera membantu Raka.

"Lo oke, Bro?" tanya sang pemuda berkacamata yang menolongnya.

"Sakit, goblok."

Raka sedikit membungkuk kemudian ia memejamkan matanya, menetralisir rasa sakitnya. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menekan daerah perutnya yang sakit dan sebelah lagi ia gunakan untuk menumpu berat badannya.

"Lo lagi sakit?" tanyanya lagi, ia melihat bercak merah di seragam yang Raka gunakan.

"Lo gak liat dari tadi gue kesakitan?" Raka mendongak, memandang pemuda berkacamata yang kelihatan sangat lugu hingga tak mengetahui jika ia sedang menahan sakit.

"Apa menurut lo gue ini lagi ngelawak?"

Pemuda itu diam sesaat, senyum miring terlukis dari bibirnya walaupun cuma sesaat. Matanya yang di lapisi kacamata besar membuatnya terlihat sangat culun. Mata itu berkedip beberapa kali.

"Ayo, bantu gue. Malah diem aja," ucap Raka kesal. Tangannya terulur untuk menggapai bahu pemuda tersebut.

'Dasar gak tau terimakasih. Udah di tolong malah merintah seenaknya,' gerutu pemuda tersebut dalam hati.

Out Of ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang