7

4K 269 14
                                    

Raka sudah bergabung di meja Bagas dengan seorang cewek di sampingnya.

Raka duduk berhadapan dengan Bagas dan cewek tersebut berhadapan dengan Silvia sedangkan Dara berada di samping Silvia.

Silvia langsung melemparkan pandangan tak sukanya pada orang di hadapannya. Dari gaya berpakaiannya, jelas terlihat, jika dia bukan cewek baik-baik.

Baju kekecilan, dengan buah dada sedikit menonjol, rok sempit dan pendek. Membuat sebagian mata lelaki bergerak liar memandangnya, sebagian memandang dengan hina.

Silvia melirik Bagas. "Sayang, jadi dia yang kamu maksud?" ucapnya dengan nada sinis memandang ke arah cewek tersebut.

Bagas mengangguk ringan, kemudian ia mengulurkan tangannya. "Kenalin... gue Bagas," senyum kecil menghiasi wajahnya.

Cewek tersebut ingin membalas uluran tangan Bagas, namun tangan Bagas sudah di tarik paksa oleh Silvia. "Jangan deket-deket sama dia," bisik Silvia di telinga Bagas.

"Cantik, jangan galak-galak dong." Raka mengedipkan sebelah matanya ke Silvia.

Pipi Silvia terlihat merona sedikit. Melihat itu Raka langsung tertawa kecil.

"Eh, bibir kakak kenapa? Kok bisa luka?" Silvia baru menyadari ada luka di sudut bibir Raka.

"Biasalah, tadi malem abis di gigit sama Bagas," jawab Raka enteng.

"Mau gue tambahin luka lo?" Mata Bagas melotot ke arah Raka.

"Ampun Mas Bro." Raka terkekeh geli melihat ekspresi sahabatnya itu.

Pandangan Raka beralih ke cewek di sampingnya, "Kenalin diri lo. Jangan takut sama si cantik, dia gak gigit kok." Raka memainkan alisnya.

Si cewek mengangguk, "kenalin semuanya, aku Maudy. Maaf kalo buat kalian gak nyaman," ucapnya ragu-ragu.

Silvia hanya mendengkus, memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Em ... Ya, udah mau pesen gak? Biar gue pesenin," ucap Bagas memecah keheningan.

"Boleh aku bantu gak, Kak?" tanya Maudy takut-takut.

"Gak boleh," sergah Silvia, "biar aku aja yang bantuin kamu ya, Sayang," ucapnya pada Bagas.

Bagas tersenyum samar, "kamu disini aja. Ntar capek ngantri panjang, tuh liat." Bagas menunjuk antrian di kantin yang lumayan panjang.

"Udah, si cantik disini aja sama gue," ucap Raka santai, yang langsung mendapat tatapan tajam oleh Bagas.

"Heh, gue juga disini kali," sarkas Dara. Ia tak terima dengan ucapan Raka.

Raka menyengir ke arah Dara, jarinya membentuk huruf V. Dara hanya mendengkus sebal.

"Ya udah, lo ikut sama gue," ucap Bagas pada Maudy.

Bagas berjalan ke antrian terlebih dahulu dengan Maudy yang mengikut di belakangnya seperti ekor.

Sebagian orang mencuri pandang ke arah Bagas dan Maudy, ada juga yang terang-terangan memandang mereka. Bisik-bisik terdengar di antara mereka.

"Lo tau gak, kenapa mereka liatin lo?" tanya Bagas pada Maudy yang sudah berjalan di sampingnya.

Maudy hanya menunduk, tak berani menegakkan kepala. "Em ... Maaf kak," cicitnya.

Bagaimanapun, ia paham kesalahan yang telah ia lakukan. Jika wajahnya bisa di bongkar pasang, ia akan melepaskan wajah tersebut sedari tadi. Namun kenyataan berkata lain, jadi ia harus memasang muka tebal di hadapan semua orang, termasuk cowok di sampingnya. Bagas.

Out Of ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang