6

4.5K 302 5
                                    

Bagas sibuk berkukat dengan alat-alat masaknya. Ia harus segera menyelesaikan acara masaknya.

Kalian tau apa yang terjadi?

Raka terbangun jam dua pagi. Ia terus mengeluh lapar pada Bagas yang tengah terbuai oleh mimpi indahnya.

Jika permintaannya tidak di turuti oleh Bagas, maka, sebisanya ia mengganggu acara tidur Bagas. Dengan menggigit kupingnya, menjilat lalu menghembuskan napasnya di telinga Bagas. Jadi, mau tidak mau, ia harus melakukannya.

Bagas ingin membuat nasi goreng dengan telur mata sapi yang sederhana. Untung saja masih ada sisa nasi yang bisa ia jadikan bahan utama, jadi tidak perlu memasak yang aneh-aneh dan membutuhkan waktu yang lama.

Raka yang menunggu sejak tadi dengan wajah memelas, membuat Bagas tak tega melihatnya. Wajahnya terlihat mengenaskan, namun juga terlihat sangat lucu, membuat Bagas gemas melihatnya.

Setelah 30 menit lamanya, akhirnya Bagas selesai membuat nasi goreng spesial ala Bagas, menghidangkannya di depan Raka.

"Buset ... Lo makan atau kesetanan dah?" tanya Bagas yang sedang memperhatikan cara makan Raka. Pasalnya, anak itu memakan nasi gorengnya sangat lahap, seperti tidak di kasih makan selama seminggu.

Raka hanya menampilkan cengiran di wajahnya lalu lanjut makan.

"Hati-hati woy ... Ntar kalo lo mati gara-gara nasi goreng gue, bisa-bisa gue di kira ngasih sianida di makanan lo. Kan gak lucu." Raka tetap tak memperdulikan ocehan Bagas. Ia hanya menganggukkan kepalanya.

Bagas menaikkan kedua kakinya di atas kursi yang ia duduki, memeluk kakinya sendiri sambil memandang Raka. Perlahan, rasa kantuk menguasai dirinya, membuatnya terlelap dalam mimpi.

Kini, Raka selesai memakan nasi gorengnya, ia bergegas mencuci piringnya sendiri lalu mengeringkan tangannya sendiri.

Ia berjalan mendekati Bagas yang tengah tertidur pulas dengan kepala bertumpu pada meja.

"Thanks," ucapnya samar. Tangannya terulur, mengusap kepala Bagas dengan lembut, senyum hangat terlukis di bibirnya.

Raka menggangkat tubuh Bagas dalam gendongannya. Tak tega untuk membangunkan Bagas dari mimpi indah yang sempat ia ganggu.

Perlahan, ia menurunkan Bagas di kasur, mengusap rambut kecoklatan milik Bagas.

Raka berbaring di samping Bagas, ia menatap kelopak mata milik Bagas yang terpejam. Ada gelanyar aneh yang Raka rasakan, setiap berada di dekat Bagas.

Perasaan tidak rela melihat Bagas berdekatan dengan orang lain kecuali dirinya.

Mungkinkah ini perasaan sesama sahabat?

Entahlah ... hanya saja ia tak mau terlalu memikirkan keegoisannya, ia takut membuat Bagas merasa tak nyaman berada di dekatnya atau merasa terpaksa.

***

Pagi ini, mereka sudah berada di kelas. Bagas duduk di samping Raka, ia sedang fokus pada buku yang ada di hadapannya.

Raka melirik Bagas yang sedang membaca, sambil sesekali mencoret bukunya.

Sejak berangkat, hingga kini, mereka belum memulai percakapan sama sekali. Mungkin, Bagas masih marah karena semalam?

"Oy ... Serius amat sih bacanya." Raka menarik buku yang sedang di baca oleh Bagas.

Bagas hanya memutar matanya, kemudian menarik paksa bukunya, "jangan ganggu gue kalo lagi belajar," ucapnya tegas.

Out Of ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang