12

3.2K 214 4
                                    

Bagas pov

"Ampun, Ka." Aku menyatukan kedua tanganku di depan dada sambil memejamkan mata, takut-takut Raka mengeluarkan jurus mata sharingan-nya.

Tak ku dengar kata-kata dari bibirnya, perlahan kubuka mataku, menatap dia yang sudah memegang baskom dengan handuk kecil di bahunya.

Dia menatapku dengan alis terangkat.

"Lo kenapa dah?" Raka menuju ke arahku, meletakkan baskom yang ternyata sudah berisi air.

"Gue kira lo tadi mau ngubah gue jadi kecil."

Tiba-tiba suara tawa terbahak Raka menggelegar di kamar ini. Kini giliran aku yang bingung, aku mengerutkan alis menatapnya yang masih terbahak.

"Ternyata lo pinter pinter bego ya," ucap Raka di sela tawanya.

Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal sama sekali.

Raka berdiri di depan ku, mengulurkan tangannya ke ujung bajuku.

"Heh, mau ngapain lo? Tangan gue sakit ini. Jangan macem-macem ya lo." Aku menatapnya waspada, beringsut mundur dari hadapannya.

"Emang lo pikir gue mau ngapain, hm?" Raka berbisik di telingaku, yang membuat tubuhku langsung menegang.

Ku telan kasar salivaku. Ku tatap Raka yang sudah menampilkan seringaian kecil, walau samar, tapi aku dapat dengan jelas melihatnya. Benar-benar minta di pukul!

Tanpa kata, Raka membuka bajuku perlahan, yang tentu saja sempat ku pukul tangan nakalnya, tapi aku kalah kuat, dia sudah mencengkeram kedua pergelangan tanganku, menariknya ke atas kepala.

"Let's play baby," bisiknya lagi setelah berhasil membuka bajuku.

Refleks ku pukul wajahnya yang membuat sang empunya mengadu, bergeser mundur dari hadapanku. Akupun mengadu, merasakan sakit pada lenganku yang terluka.

Matanya mengerjap dengan tangan yang mengusap-usap sebelah matanya. Sakit kurasa. Rasakan!

"Lo sebenernya mau mandi kaga, sih, ah?" tanyanya dengan ekspresi kesal.

"Gak liat ni, tangan gue luka. Mana bisa gue mandi, anjir. Lagian tadi 'kan udah gue bilang sama lo, kalo gue gak mandi," balasku, tak kalah kesal dengannya.

Raka memejamkan matanya, menghela napas dalam. "Makanya gue mau bantuin lo mandi, Sayang. My baby sweety hanny."

"Ha?" Aku cengo di buatnya. Kenapa aku sampai lupa kalo dia mau mandiin tadi? Salahkan dia yang menggodaku tadi! Membuatku lupa daratan, eh lupa diri.

"Udah paham?" Lagi-lagi aku hanya menggaruk tengkukku, menundukkan kepala menatap lantai yang tak pernah berubah.

Raka menaiki kasur, memposisi diri di belakangku. Handuk kecil di bahunya sudah di basahi oleh air dalam baskom. Dengan sangat hati-hati dia meraih tanganku, mengelap hingga ke sekitaran lenganku yang terluka.

Dia mengelap punggungku, kemudian seperti memelukku dari belakang, Raka mengelap perut hingga dada serta leherku.

Rasa apa ini? Pandanganku menggelap dan berkabut rasanya, ada semacam gelanyar aneh yang tiba-tiba muncul begitu saja.

Aku meloneh ke arah Raka dengan mata sayu, dia juga menatapku lekat. Jika tak salah mengartikan, dia memandangku dengan gairah. Benarkah? Atau aku yang salah mengartikan?

Cuup!

Bibir kenyal itu tiba-tiba menempel di pipiku, membuatku tersentak, kembali ke alam kesadaranku.

Out Of ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang