"Kak Sean!" panggil seseorang membuat Sean yang hendak menaiki motornya di urungkan.
Sean hanya menaikan sebelah alisnya.
"I-itu, di panggil sama Dekan," ujar perempuan itu sambil menundukan kepalanya.
Sean mengangguk, "Thaks," langsung berlalu ke ruangan Dekan.
"OMG... OMG... DEMI APA?! TADI SEAN NGOMONG SAMA GUE?!" teriaknya histeris saat Sean berbicara dengannya walau hanya satu kata.
Percayalah kawan, imaje Sean di kampus itu 'si kutub berjalan', ia hanya berbicara jika memang penting, selebihnya ia hanya menjawab 'Ya', 'Hmm', 'Gak', sudah hanya tiga kata itu jika pembicarannya tidak bermutu. Dan sekarang ia menucapkan kata baru kawan!
Tok... tok... tok...
Sean mengetuk pintu dahulu sebelum masuk, tak sopan jika ia main nyelonong saja, terlihat seperti anak yang tidak di didik.
"Masuk," terdengar suara dari dalam ruangan itu.
Sean menurut, ia membuka pintu dengan perlahan, lalu duduk diam di depan Dekan.
"Ekhem...," dehem Dekan tersebut sebelum memulai pembicaraan, ia sangat hafal dengan sikap es yang di miliki Sean.
"Sebentar lagi akan di adakan Olimpiade Nasional, karena nilai kamu yang selalu sempurna, bahkan kamu jajaran anak berprestasi di sini, jadi Saya ingin kamu mengikuti Olimpiade tersebut, apa kamu mau?" jelasnya.
"Dengan ini, mungkin gue bisa banggain Papa, tapi kalo kalah, gue bisa malu-maluin Papa beserta keluarga Gilbert? Apa yang harus gue pelih?" binggungnya dalam batin.
Dengan kaku Sean mengangguk.
"Lomba akan di adakan 1 bulan lagi, jadi persiapkan dengan matang-matang," ujarnya, dan lagi-lagi Sean mengangguk.
"Saya permisi," ucap Sean mendapat anggukan.
Setelah keluar dari ruang Dekan, Sean duduk di salah satu koridor yang menyediakan kursi, ia menyandarkan tubuhnya pada dinding.
Pemikiran pesimis selalu meghampiri, ia takut membuat Papanya malu jika ia gagal.
Apkah Sean menyesal menerima tawaran ini? Entahlah Sean pun tak tahu jawabannya.
Sean membentur kan kepalanya beberapa kali pada dinding dengan pelan, tak mungkin ia membentur kan kepalanya dengan keras yang ada benjol nanti, ia hanya ingin menusir pemikiran-pemikiran negatif yang masuk ke otaknya.
Ada yang aneh, Sean rasa, ia bukan membenturkan kepalanya pada dining, melain kan, tangan seseorang?
"Otak lo dah pinter, jangan sampe karena lo benturin pala lo, otak lo ikut geser!"
***
Pusing!
Seriusan Naya di buat pusing oleh tingkah Ruby yang bener-bener polos minta di getok!
"Kai, pengen banget deh aku benerin otak Mama aku, masa kemarin dia ngajak ke matahari! Yang bener aja, bisa gosong kayak pantat panci Mbok Darmi aku!" cerita Ruby pada Naya, ya saat ini waktunya istirahat, dan Naya kali ini ikut dengan Ruby, kupingnya pengang mendengar ocehan Zilo tentang bayi!
KAMU SEDANG MEMBACA
TK; Transmigrasion Kanaya
Fantasy~Original my story fantasy~ ~(Baca Selagi On Going) TK? Apa yang kalian bayangkan dari kata 'TK'? Taman kanak-kanak? Ya, seperti judulnya, cerita ini menceritakan seorang Kanaya yang mengalamai transmigrasi ke tubuh bocil dan parahnya masih TK! Perc...