Mamang Ojol

19.2K 2.4K 127
                                    

"Tuhan cobaan macam apalagi ini?!" nelangsa Naya sambil menutup wajahnya.

Tiba-tiba ada tangan yang menariknya dengan lembut, hendak mengobati lukanya.

***

"Lo?!" heran Naya dengan perasaan binggung dan aneh.

Sean menatap Naya, manaikan alisnya, mungkin jika ia berucap akan mengucapkan kata 'Apa?'.

"Gak usah sok baik lo!" ketus Naya menarik tangannya dari genggaman Sean.

Tak menggubris ucapan Naya, Sean meraih tangan Naya kembali lalu mengobatinya.

Tak mau membuang tenaga lebih untuk berdebat, Naya hanya diam merasakan sensasi nyeri yang menyeruak di tangannya.

Jangan harap ada tangisan, bahkan ringisan pun tak ada, bagi Naya luka seperti ini tak ada apa-apanya.

"Kamu kayak bukan anak kecil," ucap Sean namun pandangannya serta tangannya masih sibuk mengobati luka Naya.

"Pasti anak kecil takut sama obat ginian," lanjut Sean, entah mengapa ia seperti sedikit melunak?!

"Gue udah di ajarin sedari kecil untuk gak takut sama apapun, berkat kalian, terimakasih!" hei, ingkat itu bukanlah sebuah ucapan tulus melainkan sebuah sindiran secara halus dari Naya oke?!

"Bahkan luka ini gak ada apa-apanya sama luka hidup gue!" lanjut Naya dengan terseyum, bukan terlihat imut ataupun cantik, tapi malah tersirat kesedihan.

Jujur, hati Sean terasa tersayat atas ucapan Naya, ia terasa ikut andil dalam menyakiti hati dan hidup adik kecilnya ini.

"Siapa kamu?" tiba-tiba Sean bertanya seperti itu.

Naya menyeriangai, 'Selama ini! Selama ini lo baru menyadari kalo gue berbeda?!' batin Naya

'Bener-bener parah keluarga lo Kai! Gue udah lama nempatin raga lo?! Tapi baru kali ini ada yang nanya siapa gue?! Tch!' decihnya tentu hanya dalam batin, tak mungkin kan Naya berbicara secara gamblang seperti itu di hadapan Sean?!

"Gue manusia," jawab Naya dengan santai.

"Kamu berubah! Kamu seperti bukan adik ku!" ungkap Sean membuat Naya inget tertawa terbahak-bahak.

"Hahahaha... adik?" tanya Naya dengan tawanya.

"Tch. Emang lo kakak gue?!" ucap Naya dengan sarkas.

Deg...

'Kenapa rasanya sesakit ini?' batin Sean.

"Ayolah roda kehidupan terus berputar bung, kalo gue gak berubah apa yang gue dapet, hanya sebuah lembaran yang sama dan juga kehidupan yang sama! Dark!" ucap Naya ia pun bangkit untuk pergi.

"Makasih," ucap Naya tanpa berbalik badan.

Sean menatap sendu pungung kecil Naya, tanggannya terkepal erat.

Brughh...

"Sial! Sial! Sial! Kenapa dia sangat mirip!" murka Sean sambil meninju kursi besi yang ia duduki.

TK; Transmigrasion Kanaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang