Happy reading
°
°
°"Dari mana saja kamu?!"
Baru saja Nathan melangkah masuk ke dalam rumah, papa langsung menyuguhkannya dengan pertanyaan yang bernada tinggi.
"Kenapa papa peduli?"
"Sudah berani kamu melawan papa, hah?!"
Nathan menghela nafas lelah, ia memijat pelan keningnya yang terasa pening, "Cukup pa, aku lelah."
Setelah mengatakannya, Nathan langsung saja melenggang pergi, persetan dengan papa yang terus memanggil-manggil namanya, saat ini Nathan benar-benar merasa lelah seperti apa yang ia katakan tadi.
Di sinilah Nathan bisa mendapatkan ketenangan, kamarnya. Kamar biasa yang sama pada umumnya, hanya sedikit tambahan lemari yang semuanya berisi piala dan penghargaan. Berantakan memang, tapi ia nyaman.
Futsal adalah hobinya, sejak kecil Nathan sudah menyukai permainan yang satu itu. Bahkan di sekolah pun, ketua tim futsalnya adalah Nathan. Penghargaan yang di dapat juga tidak sedikit.
Selain futsal, Nathan juga menyukai musik. Ia memiliki anggota band kecil-kecilan yang tujuannya hanya untuk bersenang-senang saja. Nathan memegang posisi sebagai vokalis, bukan berlagak sombong, tapi memang suaranya enak di dengar.
Saat termengu di atas kasur, lamunannya buyar kala mendengar suara notifikasi dari layar handphonenya.
Adik manis🧸
| Kakak! Hari ini ulanganku nilainya
seratus lho, hadiahnya mana??Nathan tertawa kecil ketika mendapat pesan dari Sofia, adik kandungnya yang sangat manis. Nathan sangat menyayanginya.
Meskipun jarang bertemu karena terhalang jarak, namun komunikasi di antara mereka tidak pernah terputus. Kadang-kadang mereka juga melakukan panggilan video untuk mengobati rasa kangen.
Mereka memang tidak tinggal se-rumah karena papa dan mama sudah bercerai, Sofia lebih memilih untuk tinggal bersama mama di Palembang, Nathan pun inginnya begitu, namun papa memaksanya untuk ikut dengannya ke Jakarta, dan mama pun menyetujuinya, jadi Nathan tidak bisa berbuat apa-apa.
Dua jam sejak ia kembali ke rumah, kini malam sudah terlalu larut.
Karena ia belum mengantuk, jadi Nathan memutuskan untuk memainkan handphone sejenak agar kantuknya cepat datang.
Ting!
Satu notifikasi dari aplikasi whatsapp menyita perhatiannya, ia pikir itu hanya adik kelas yang caper atau para ciwi-ciwi di sekolahnya yang selalu mengiriminya pesan yang isinya hanya sekedar 'hai' atau 'p'.
Nathan memang populer di sekolah apalagi di kalangan siswa perempuan, dia tidak berniat menyombongkan diri, tapi memang itulah kenyataannya.
Pesan-pesan dari mereka selalu ia baca, tapi tidak pernah ia balas, Nathan hanya akan membalas pesan yang isinya penting saja.
+628**********
| Kak, kakak baik-baik aja kan? Jangan lupa makan, sehat terus demi aku yaa♡Nathan membelalakkan matanya ketika melihat isi dari pesan yang di kirim oleh nomor tidak di kenal itu, setelah ia melihat profil si pengirim pesan, ia mungkin tahu siapa itu. Dan isi pesannya agak sedikit.. ambigu. Satu menit setelahnya,
| Eh, maaf kak salah kirim
| Sekali lagi maaf ya, kak.Entah mengapa, rasanya Nathan sedikit kecewa.
Itu Saskia, adik kelasnya. Nathan mengenalnya karena.. siapa yang tidak tahu dengan Saskia, si juara umum yang murah senyum. Bahkan Nathan merasa, seluruh penghuni sekolah pasti tahu dengan Saskia, apalagi Saskia sangat populer di kalangan guru-guru. Tapi Nathan hanya sebatas tahu saja, tidak untuk mengenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terimakasih, Nathan
Teen FictionNathan itu cuek, tapi sebenarnya peduli. Nathan itu kuat, tapi sebenarnya lemah. Nathan itu baik-baik saja, tapi sebenarnya rapuh. "Kak, sampai kapan mau pura-pura terus?" "Sampai semua rasa ini hilang, dan gue bener-bener mati rasa." ©Fad [Rank 1...