Happy reading
°
°
°Di sebuah gerai bubble tea, Nathan dan Saskia tengah asik menikmati minuman boba yang telah di janjikan Nathan tadi. Nama gerainya cukup unik, Bobakane. Walaupun tempatnya tidak terlalu mewah, namun ia memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjungnya.
Saskia adalah langganan di gerai ini, katanya selain boba-nya yang enak, tempatnya juga lucu.
"Ares gimana?" Tanya Nathan sambil menyeruput minuman bobanya.
Saskia mengedikkan bahunya, lalu ia menghembuskan nafasnya, "Kita kayak musuhan, padahal kan gak harus gitu juga."
"Lo lagi tahap move on apa gimana?" Tanya Nathan lagi.
Saskia mengangguk dan memerosotkan bahunya, "Lagi berusaha, emang susah rasanya ngelupain orang yang kita sayang, tapi bakal lebih susah lagi buat ke depannya kalo gak di lupain, karena statusnya udah berubah jadi kenangan."
Nathan tercengang setelah mendengar perkataan Saskia barusan, setelahnya ia hanya diam saja tanpa merespon.
Saskia merengut kesal, padahal kata-kata itu ia sampaikan dari lubuk hatinya dengan pemikiran yang dalam, tapi Nathan sama sekali tidak memujinya sedikit pun. Padahal kan, Saskia merasa ia patut di beri pujian karena kata-katanya tadi.
"Lo salah. Kenangan tercipta bukan buat di lupain, tapi buat di kenang," bantah Nathan.
"Tapi kalo kenangannya buruk? Bakal sakit nggak berujung kalo di inget-inget terus," sahut Saskia.
"Hidup itu gak menuntut untuk mengenang, tapi juga gak menuntut untuk melupakan. Ya netral aja, kan gak semua kenangan itu buruk."
Saskia kalah telak kalau seperti ini, padahal tadi dia sudah percaya diri sekali. Saskia pun memilih untuk diam saja dan menghabiskan boba-nya.
Nathan mulai bangkit dari kursinya, "Gue mau balik."
"Eh tunggu kak, aku bungkus satu buat di rumah ya??" Bujuk Saskia.
"Iyadeh terserah lo."
Setelah selesai dengan boba-nya, mereka memutuskan untuk pulang.
Di perjalanan pulang, Saskia tak sengaja melihat siluet orang yang sangat ia kenali sedang berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Walau melihatnya dari kejauhan, Saskia yakin itu Ares.
Tapi mengapa Ares ada di rumah sakit?
.
"Kalo seandainya gue udah gaada─"
"Jangan mikir aneh-aneh, lo pasti bisa sembuh," Ririn menyambar perkataan Ares.
Ares menatap ke arah sahabatnya itu, sebelum kemoterapi di laksanakan, mereka memutuskan untuk duduk sebentar sambil merilekskan diri. Karena ini kemoterapi yang pertama kalinya dalam hidup Ares, ia agak sedikit takut.
"Kemungkinannya kecil," ujar Ares yang terdengar pilu.
"Stadium berapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terimakasih, Nathan
Teen FictionNathan itu cuek, tapi sebenarnya peduli. Nathan itu kuat, tapi sebenarnya lemah. Nathan itu baik-baik saja, tapi sebenarnya rapuh. "Kak, sampai kapan mau pura-pura terus?" "Sampai semua rasa ini hilang, dan gue bener-bener mati rasa." ©Fad [Rank 1...