26. pin

24 4 3
                                    

Happy reading

°
°
°

Nathan baru saja selesai memasangkan jaket di tubuhnya, dan saat ia berbalik setelah menyandang tasnya, seseorang yang tengah berdiri di hadapannya itu mengalihkan atensinya.

Itu Vika, dengan sekotak makanan yang di bawanya.

Nathan buru-buru kembali ke wajah malasnya, mereka saling beradu pandang sebentar sampai akhirnya Vika melangkah maju semakin mendekat ke arah Nathan, sedangkan Nathan hanya diam saja menunggu hal apa yang akan di lakukan Vika selanjutnya.

Vika menyodorkan kotak makan itu ke arah Nathan, "Ini buat kamu."

Nathan menukikkan alisnya, "Gak perlu."

Vika tersenyum, "Yasudah nggak apa-apa."

Nathan melengos pergi meninggalkan Vika yang masih menunduk menatap kotak makan yang masih utuh di tangannya itu. Nathan sebenarnya mau-mau saja mengambil kotak itu, hanya saja dia tidak terlalu perlu. Lagipula uang jajan dan motornya kan sudah kembali.

"Ares.."

Nathan terhenti kala Vika mulai bersuara, namun ia tetap pada posisinya tanpa berbalik arah.

"Dia pengen di jenguk kamu.." sambung Vika terdengar pilu.

"Aku gak peduli," balas Nathan tajam.

Vika mulai menangis walau tidak terlalu kuat, "Harus bagaimana lagi supaya kamu mau memaafkan Ares? Katakan mama harus apa Nat?"

Nathan menyunggingkan senyum sinisnya, "Semuanya aja minta maaf, enak banget ya jadi Ares."

"Tolong kasihani dia, dia pengen ketemu kamu sebelum pergi ke Singapura..."

Nathan menghembuskan nafasnya kasar, "Mama pernah gak sih ngerasain apa yang aku rasain? Minimal sekali aja dalam hidup mama."

"Nat─"

Nathan menyela, "Untuk saat ini, aku belum bisa jenguk Ares, gak tau kalo nanti."

Vika menatap sendu ke arah punggung Nathan yang kian menjauh, ia merasa kecewa karena tidak bisa memenuhi permintaan Ares untuk membawa Nathan menjenguknya. Tapi perkataan Nathan tadi, memberikan sedikit harapan untuk Vika, itu artinya kemungkinan Nathan untuk menjenguk Ares masih ada.

.

"Nih."

Saskia meletakkan sebuah handphone ke atas meja kantin di mana Nathan tengah melahap sebungkus roti. Nathan menatap Saskia, kemudian beralih ke handphone yang tergeletak di hadapannya itu.

"Ini kan hp gue, kok bisa ada di lo?" Kaget Nathan ketika ia mengetahui bahwa handphone yang Saskia letakkan itu adalah miliknya.

Saskia ternganga, "Kakak ngapain aja sampe hp ketinggalan aja nggak nyadar??"

"Serius ketinggalan??"

Saskia mengangguk, semalam Nathan memang melupakan handphonenya di rumah Saskia, tapi ia sama sekali tidak menyadarinya karena terlalu sibuk mengurusi adiknya.

"Rame banget notifnya, apalagi instagram."

Nathan mengedikkan bahunya, "Biasa."

Nathan tidak marah karena Saskia membuka handphonenya? Tentu saja tidak, apa pun untuk Saskia rasanya sulit untuk Nathan memarahinya.

Terimakasih, NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang