Happy reading
°
°
°Ibunya Nathan sudah di larikan ke rumah sakit untuk di bersihkan, rumah sakit yang sama di mana Ares juga di rawat. Nathan merasa hampa, pikirannya kalut dan tatapannya kosong. Saat ini ia tengah terduduk seorang diri di kursi rumah sakit itu sambil melamun.
Nathan rasanya ingin berlari masuk untuk menemui ibunya dan melarang orang-orang itu untuk membawa pergi ibunya.
Namun, Nathan tahu itu percuma. Ibunya, sumber kekuatannya, dan cinta pertamanya itu sudah pergi, jauh sekali sampai Nathan pun tak bisa menggapainya lagi.
Nathan bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke arah ujung lorong rumah sakit yang jarang di lewati banyak orang, ia menyandarkan tubuhnya ke tembok dan merosot jatuh ke bawah.
"Mama jangan pergi.."
Nathan menangkup kedua lututnya dan menangis tanpa suara di sana.
Saat tengah menangis, getaran di sakunya itu mengalihkan atensi Nathan, layar ponselnya hidup dan tertera nama adiknya di sana. Nathan semakin sesak saja rasanya, ia sama sekali tak berani mengangkat panggilan telepon itu.
"Maafin kakak Sof.. kakak gak bisa jagain mama.."
"Kakak udah gagal jagain mama.."
Dering telepon itu terus saja muncul. Nathan takut, apakah ia bisa memberitahu Sofia? Memang sulit, namun Sofia berhak tahu tentang ibunya. Nathan menghapus jejak air matanya dan mengangkat telepon dari adiknya itu, ia berusaha untuk menetralkan suaranya seperti biasa saja.
Terdengar suara dari seberang sana, "Kok lama angkat telepon nya?!"
Nathan menghela nafasnya dalam, "Iya maaf, adik manisnya kakak kenapa nelpon nih??"
"Kakak udah ketemu mama? Gimana kejutannya? Pasti seru banget ya, nyesel deh aku nggak ikut."
Nathan berusaha sebisa mungkin untuk terdengar baik-baik saja, "I-iya udah, Seru banget.."
"Kok suaranya gitu? Kakak nangis ya? Saking terharunya??"
Nathan menggigit bibir bawahnya lalu ia menjawab, "Kakak gak apa-apa, Sof."
"Kak,"
"Hm?"
"Selamat ulang tahun buat kakak terbaik di dunia!"
Nathan mematikan sambungan teleponnya secara sepihak, ia sudah tak kuasa lagi membendung air matanya, lalu ia melempar handphonenya ke sembarang arah. Ia mulai meremat kepalanya dan merintih, "Maafin kakak, Sof.."
"Tolong maafin kakak.."
Nathan menangis sejadi-jadinya di sana, meluapkan kekesalannya atas takdir tuhan, bahkan Nathan tak segan-segan untuk meninju tembok dengan tangan kosongnya itu.
18+ nya ternyata seburuk ini.
.
"Sas, kak Ares masuk rumah sakit."
Saat ini, Bening sedang berada di rumah Saskia, ia memutuskan untuk menginap malam ini.
Saskia yang sudah punya tenaga walaupun bekum terkumpul semua, menoleh ke arah Bening, "Serius? Lo tau dari mana?"
"Sepupu gue," jawab Bening.
Saskia terdiam, sebenarnya ia sangat khawatir dengan Ares setelah mendapat kabar itu, namun ia terus saja meyakinkan dirinya bahwa ia harus melupakan Ares.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terimakasih, Nathan
Teen FictionNathan itu cuek, tapi sebenarnya peduli. Nathan itu kuat, tapi sebenarnya lemah. Nathan itu baik-baik saja, tapi sebenarnya rapuh. "Kak, sampai kapan mau pura-pura terus?" "Sampai semua rasa ini hilang, dan gue bener-bener mati rasa." ©Fad [Rank 1...