*harsh word, tidak untuk di tiru.
Happy reading
°
°
°Ibunya Nathan sudah di makamkan dua hari yang lalu, dan saat ini Nathan dan Sofia sudah kembali ke Jakarta dan sedang berdiri di depan pagar rumah ayahnya. Sudah dua hari itu juga, Sofia terlihat sangat menyedihkan, matanya bengkak karena terus-terusan menangis di tambah lagi ekspresinya seperti kehilangan semangat hidup.
Nathan telah memutuskan untuk membawa Sofia ke Jakarta agar ia bisa merawatnya di sini. Nathan rencananya akan menyekolahkan Sofia di Jakarta juga.
Sofia hanya menurut saja, ia juga tidak tahu harus bagaimana lagi.
Nathan menatap adiknya itu, "Kamu tunggu di sini ya? Kakak masuk duluan."
Sofia hanya mengangguk lesu.
Nathan kemudian menekan bel rumahnya dan langsung di sambut oleh Rama. Papanya itu sepertinya tidak bekerja hari ini, karena biasanya di jam seperti ini dia harusnya sudah berada di kantor.
"Nathan kamu dari mana saja?!"
Nathan menatap malas, demi apa pun saat ini Nathan sangat menahan emosinya agar tidak meluap karena masih ada Sofia berdiri di depan pagar sana, "Palembang."
Ekspresi Rama terlihat marah, "Bukannya menjenguk Ares di rumah sakit, kamu malah pergi ke Palembang?!!"
Nathan tertawa meremehkan, "Emang gak tau diri si tua bangka ini."
Plakk
Nathan merasakan panas di pipinya, lalu ia tersenyum ketika menyadari bahwa ayahnya baru saja menamparnya.
"Kamu jadi anak jangan kurang ajar!!" Bentak Rama.
Detik itu juga, amarah Nathan pecah, "Nyadar dong bangsat!! Papa udah bikin mama meninggal!!!"
Rama yang tak mengerti apa maksudnya pun merasa tak terima, "Kamu jangan asal bicara! Papa gak ngerti kamu ngomong apa."
"Oh ya? Papa gak sadar kalo papa udah nabrak orang waktu papa nganterin Ares ke rumah sakit?" Sinis Nathan.
Kemudian Nathan tersenyum menyeringai, "Papa se-brengsek itu ternyata."
Rama diam seribu bahasa, lalu ingatannya kembali berputar tentang kejadian dimana ia telah menabrak seorang wanita yang sedang menyeberang di jalanan sepi. Rama sadar kalau ia sudah menabrak orang waktu itu, ia hanya terlalu panik akan Ares, jadi ia malah mengabaikannya.
Tapi Rama benar-benar tidak tahu jika orang yang di tabraknya itu adalah Aisha, mantan istrinya.
Rama mengusap wajahnya kasar, "Dia.. Aisha?"
"Kenapa? Kalo pun itu bukan mama, papa gak seharusnya pergi gitu aja," Sarkas Nathan.
"Bajingan tau nggak," sambung Nathan.
Rama tau dia salah, dia salah besar. Harusnya ia berhenti waktu itu, harusnya ia menolong wanita itu. Sekarang ia sangat menyesal dan merasa bersalah terhadap Nathan.
"Papa tau? Aku udah kehilangan sosok ayah dua tahun yang lalu, dan sekarang aku juga udah kehilangan mama, sebenernya aku salah apa sih sama papa?" Ujar Nathan yang terdengar pilu.
Terlihat, Rama sudah mulai menangis di hadapan Nathan, "Maafin papa.."
"Asal papa tau, saat ini aku mati-matian buat nahan diri, karena dia luar ada Sofia."
Rama terkejut, putri kecilnya ada di sini. Sampai saat ini, Rama masih menyayangi anaknya itu. Tapi berbanding terbalik dengan Sofia, dia sangat membenci ayahnya karena sudah menyakiti ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terimakasih, Nathan
Novela JuvenilNathan itu cuek, tapi sebenarnya peduli. Nathan itu kuat, tapi sebenarnya lemah. Nathan itu baik-baik saja, tapi sebenarnya rapuh. "Kak, sampai kapan mau pura-pura terus?" "Sampai semua rasa ini hilang, dan gue bener-bener mati rasa." ©Fad [Rank 1...