34. janji temu

23 4 0
                                    

Happy reading

°
°
°

Saskia berdiri di depan cermin dan melihat pantulan dirinya itu dengan kagum, ternyata ia baru menyadari jika ia memang se-cantik ini. Walau hanya memakai setelan hoodie dan celana jeans seperti biasa, entah mengapa rasanya Saskia jauh lebih cantik dari biasanya.

Saskia tidak memoleskan make up di wajahnya karena ia tidak menyukainya. Saskia hanya menggunakan bedak bayi andalannya dan juga beberapa skincare routin saja.

Dengan perasaan hati yang teramat girang, Saskia turun ke lantai bawah dan mendapati sang bunda tengah asik menonton televisi.

"Bun, izin pergi bentar ya?"

Bunda langsung menoleh ke arah Saskia dan melupakan acara televisinya, "Mau kemana emangnya? Tumben kamu rapi."

"Dih, sembarangan. Saskia kan selalu rapi dan wangi setiap hari," ujarnya dengan menunjukkan cengiran khasnya, "Mau ketemu kak Nathan, bun."

Bunda tersenyum, "Ya sudah, tapi pulangnya jangan kesorean, nanti bantuin bunda masak."

Saskia tergerak untuk mendekati bundanya itu dan tanpa ragu-ragu ia mencium pipi milik bundanya, "Siap bundaku sayangg."

"Cepet pergi, nanti Nathan nungguin."

"Kok ngusir?? Ya udah Saskia pamit ya bun, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah mendapatkan izin dari sang bunda, tanpa berlama-lama lagi Saskia langsung saja beranjak menuju taman tempat ia janjian dengan Nathan. Dengan berbekal brownies cake yang semalam ia buat sesuai pesanan Nathan, Saskia melangkah dengan girangnya.

Saskia berjalan di pinggiran jalan raya sambil bersenandung kecil. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu Nathan, sedari tadi pikirannya tak pernah lepas dari pertanyaan apakah nanti Nathan akan meresmikan hubungan mereka?

Kalau memang iya, Saskia tidak sanggup mendeskripsikan betapa bahagianya ia nanti.

Sampai di sebuah taman yang memang suasananya indah, Saskia masuk dan duduk di salah satu kursi taman itu, kursi yang sama saat ia menangis waktu itu. Sembari menunggu, Saskia melakukan apa saja agar dirinya tidak bosan.

Tapi Nathan lama sekali, pikirnya.

.

"Kak Nathan, mana?"

Rama menghela nafasnya dalam, jujur ia sudah terlalu muak dengan pertanyaan Ares yang itu-itu saja, "Ares, tolong jangan mulai lagi."

"Aku gak mau pergi sebelum kak Nathan maafin aku," Keukeuh Ares.

"Jangan bodoh kamu," saut Rama tak terima dengan keputusan Ares.

Ares menatap malas ayahnya kemudian kembali memfokuskan dirinya dengan buku yang tengah ia baca. Ares tidak main-main dengan keputusannya, ia akan tetap menunggu sampai Nathan mau memaafkannya.

Rama lelah, namun ia tetap membujuk anaknya itu, bagaimana pun juga Ares harus sembuh, "Ares ayo bersiap, sebentar lagi kamu akan berangkat. Kamu harus sembuh, demi papa dan juga mama."

Terimakasih, NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang