19. ketahuan

21 9 0
                                    

Happy reading

°
°
°

Hari ini, Vika atau mamanya Ares sedang tidak ada kegiatan apa pun, alias ia mengosongkan semua jadwalnya di hari ini. Alasannya adalah karena ia ingin membuat kue ulang tahun, oh iya sebentar lagi Nathan ulang tahun.

Vika tahu bahwa Nathan tidak terlalu menyukainya. Tapi tidak apa, yang jelas Vika menyayangi anak itu dan tetap berusaha meluluhkan hatinya agar terbuka celah untuknya, walaupun sedikit kemungkinannya. Sepertinya itu memang agak sedikit sulit untuk Vika, Nathan kan keras kepala.

"Eh, tapi kan masih pagi. Apa aku beres-beres aja dulu?" Ujar Vika bermonolog.

Setelah memikirkan bahwa itu bukan ide yang buruk, Vika mulai melakukannya.

Bi Minah sedang pergi ke pasar untuk membeli semua perlengkapan membuat kue karena Vika yang menyuruhnya tadi.

Rumah sudah bersih, karena sebelum Bi Minah pergi ke pasar, ia sudah selesai menyelesaikan pekerjaan rumah. Kalau soal bersih-membersihkan rumah memang Bi Minah jagonya, dan Bi Minah juga ahli dalam memasak, semua masakannya tidak ada yang mengecewakan.

Berhubung rumah sudah bersih, Vika beralih ke kamar-kamar. Ia sudah lama tidak melihat kondisi kamar anak-anaknya kecuali Salma karena kedua anaknya itu sudah besar, dan sering tidak mau di ganggu.

Setelah menelusuri kamar Nathan yang isinya masih sama seperti yang terakhir kali ia lihat, kamar itu bersih dan rapi, lalu Vika beralih ke kamar Ares.

Baru saja ia masuk dua langkah ke dalam kamar anaknya itu, perasaannya mendadak hampa. Kamar Ares berantakan, tidak se-rapi kamarnya Nathan. Di atas meja belajarnya penuh dengan kertas yang di coret-coret menggunakan tinta hitam, baju kotornya tak ia letakkan di dalam keranjang, sampah yang berserakan, serta selimut di atas kasur juga tidak tertata rapi.

Benar-benar berantakan, seperti kapal pecah.

Tanpa berpikir lagi, Vika mulai membersihkan kamar itu. Ia memunguti sampah yang ada, memunguti pakaian Ares yang tergeletak di lantai, merapikan ranjang dan juga meja belajarnya.

Saat sedang ingin membuang kertas-kertas coretan Ares itu ke dalam kotak sampah, Vika menghentikan aktivitasnya karena mendapati sebuah kertas yang kelihatannya penting, kop suratnya sedikit terlihat oleh Vika.

Vika mengambilnya dan ia mulai membacanya dari awal sampai akhir.

Tiba-tiba saja, Vika merasa dunianya berhenti sejenak, ia masih berusaha mencerna tentang apa yang ia lihat barusan.

Ya, itu surat keterangan dokter yang menyatakan bahwa Ares, anaknya itu di vonis kanker darah stadium tiga.

"Gak mungkin.."

Vika terduduk di lantai dengan pikiran kosong, Vika tidak ingin menangis karena itu pasti tidak benar. Ares sehat, dia baik-baik saja, dia harus baik-baik saja.

"Ares pasti baik-baik aja, itu surat palsu," Vika tetap berusaha meyakinkan dirinya.

Lalu lama-kelamaan suaranya mulai parau dan ia mulai ragu, "Iya, dia pasti baik-baik saja.. kan?"

Dan kemudian ia menangis, "Ares.."

Semakin Vika mencoba membantah kebenaran itu, otak dan akal sehatnya semakin tak bisa di ajak berkompromi. Entah mengapa di saat sedang kalut seperti ini, pikiran negatifnya lebih besar ketimbang pikiran positifnya.

Bahu Vika bergetar hebat, dengan surat yang masih di pegangnya itu, Vika menangis tersedu-sedu.

"Jangan ambil dia..."

Terimakasih, NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang