Pacar

34 3 0
                                    

Warning ada bagian 21+ ya. Jadi tolong bagi yang tidak suka di skip aja. Jangan lupa follow,coment and vote. Please dukung Author dalam berkarya. Jangan jadi silent readers ya ❤️❤️.

"Tittt...titt...titttt ceklek."

"Grrrrrr.....grrrrr...grrrrr."

Terdengar seseorang menekan pin pintu masuk dan dia telah berhasil masuk ke dalam apartemenku. Langkahnya setapak demi setapak berjalan ke arah kamarku. Snow menggeram, badannya mulai bergerak gusar, dia siap untuk berlari menerkam si pemilik langkah. Kutenangkan dia dengan mengelus-elus bulu kepalanya. Tapi dia tetap saja masih meringis menunjukan gigi-giginya yang runcing beserta gigi taringnya. Kumisnya tertarik ke belakang,matanya menajam dan kakinya tetap waspada.

Semenit kemudian kulihat sosok yang sangat kukenal. Tingginya sekitar 182cm, dengan potongan rambut yang rapi disisir menyamping. Alisnya tebal, hidungnya agak mancung dan bibirnya tipis. Penampilannya masih tampak rapi walaupun raut wajahnya sudah sangat kusut.

Han Jae Min. Ya dialah Han Jae Min pacarku. Dia terlihat membawa tas ransel besar dan di tangannya terjinjing tas laptop berukuran 13 inchi. Boleh bertaruh dia pasti baru pulang kerja. Dia adalah wartawan yang super sibuk yang telah kupacari selama hampir 5 tahun ini. Dialah laki-laki yang telah menemaniku selama ini. Usianya 3 tahun lebih tua dariku. Dia bagaikan matahari bagiku. Dia lah laki-laki yang paling bisa kuandalkan setelah uri appa( ayahku). Kami telah bersama sejak pertama kali berkarier. Kami saling mendukung dan sama-sama masih berjuang untuk impian kami masing-masing.

Dia melempar jaket musim dinginnya ke atas sofa dan melangkahkan kakinya menuju ke arahku. Dia mengernyitkan dahinya.

"Daebak (hebat) dari mana kau dapatkan anjing super besar ini? Apakah aku begitu lama tak kemari sehingga kamu kesepian dan memelihara anjing ini?"

"Aku menemukan Snow minggu lalu saat dalam perjalanan dari provinsi Gangwon. Dia terluka parah dan aku tak tega membiarkannya sendiri."

"Snow?"

"Iya oppa( mas) kuberi nama Snow karena kutemukan dia di tengah salju yang dingin."

Oh, sayang kamu selalu saja nggak tegaan,"katanya sambil meletakan barang bawaannya di samping sofa.

"Kamu sudah makan?"

"Belum. Aku capek dan lapar sekali. Tapi aku langsung kemari untuk makan bersamamu."

"Sebaiknya kamu mandi dulu oppa. Hari ini aku tidak masak. Bagaimana kalau kita pesan chimek(chikin+mekju=ayam dan bir)?

"Call (setuju)"

Jae Min oppa berjalan menuju ke kamar mandi. Kuambil dan kusiapkan baju gantinya dari dalam almari. Walaupun kami tidak serumah tapi dia sering menginap di tempatku kalau sedang tidak terlalu sibuk. Karena itu baju dan perlengkapan lainnya juga berada di sini. Pekerjaannya sangat menyita waktunya sampai terkadang kami tak bisa bertemu berhari-hari. Tapi kami tak pernah bertengkar hebat sama sekali. Ya kami menyadari bahwa pekerjaan kami juga penting. Sehingga tak perlu membesar-besarkan masalah hanya karena jarang bertemu karena kesibukan kami masing-masing. Kami setuju jika bertengkar itu membuang waktu.

"Snow. Kamu jangan nakal ya anak manis. Dia adalah pacarku, jadi kamu harus ramah padanya ya."

Aku merayu Snow supaya dia bersikap bersahabat pada Jae Min oppa. Snow mulai tenang. Dia tak lagi menggeram ataupun meringis memamerkan giginya yang tajam. Hanya matanya saja yang mengamati Jae Min oppa. Pandangannya tak pernah lepas selalu waspada.

"Snow, kamu mau bagian apa sayang? Takdari meogeolle( mau paha ayam)?"

Snow memandangku dengan tatapan yang penuh harap. Kuberikan satu paha ayam kepadanya. Dimakannya dengan lahap.

Moon NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang