Snow

16 2 0
                                    


"Omo."

Ya ampun aku terkejut setengah mati. Apa ini?
Kulkasku yang semula hanya berisi beberapa makanan sekarang penuh dengan segala macam makanan. Bersih dan telah ditata rapi. Kabinet yang biasanya kosong pun telah penuh berisi beraneka macam ramyeon(mie instant).

"Eomma. Kapan eomma mampir ke rumahku?" Tanyaku pada ibuku untuk memastikan apakah dia baru saja datang dan menata seluruh kulkasku.

"Mianhae(maaf). Eomma masih belum ada waktu untuk ke rumahmu. Apakah kimchi-nya sudah habis?"

"Ah, jadi eomma sibuk? Nggak apa-apa kalo gitu."

"Minggu ini eomma appa akan pergi ke rumah pamanmu. Jangan khawatir minggu depan pasti eomma appa akan ke rumahmu. Akan kubawakan makanan kesukaanmu." Katanya menghiburku

"Aniya eomma. (Nggak perlu ibu). Belakangan ini aku yang sibuk tak ada di rumah jadi tak perlu buru-buru kemari. Kalo senggang aja aku pulang ke rumah."

"Arasseo(baiklah). Bab jom cenggkyeo meogeo (makanlah yang teratur)."

"Eomma annyeong (bye eomma)." Kataku mengakhiri percakapan.

Dari percakapan singkat antara aku dan ibuku aku bisa memastikan bila bukan ibuku lah yang memenuhi kulkas. Aku penasaran dengan apa yang telah terjadi. Apa benar ada penguntit di rumahku? Apa mungkin Jae Min oppa yang melakukannya?

Pikiranku kalut. Apapun yang aku lakukan selalu saja berakhir memikirkannya. Aku tak boleh seperti ini terus. Aku lah yang dicampakan. Aku tak boleh memikirkan orang yang telah mengkhianati aku. Sebaiknya aku tidur menenangkan segala keresahan di dalam lubuk hatiku.

Aku merasa seperti ada sepasang mata yang sedang mengawasiku. Kulihat bagian belakangku dengan cermin. Omo. Snow. Dia menatapku dengan penuh arti. Mungkin dia selalu kesepian karena aku terlalu sibuk bekerja. Maafkan aku sayang.

"Snow. Kemarilah sayang."

Snow berjalan mendekatiku. Menatapku dengan kedua bola matanya yang sebening air. Lalu lidahnya menjulur dan menjilati wajahku.

"Hahaha."

Aku geli. Tapi dia bisa membuatku tertawa lepas di tengah-tengah kegusaranku. Kuputuskan untuk tidur lebih awal hari ini. Menyingkirkan segala energi negatif yang telah menghantuiku selama ini. Snow pun juga mengikutiku ke atas kasur. Aku menyelimutinya dengan selimut super lembut yang harganya tak terlalu mahal. Dia menurut saja. Dan berbaring terlelap di sampingku.

***

Kurasakan tangan yang besar dan kekar sedang memelukku. Lagi-lagi tangan yang berat ini. Aku selalu bermimpi dipeluk seorang pria dengan tangan yang besar dan kekar. Kucoba untuk membuka mataku lagi. Tapi apalah daya rasa kantukku tetap mengalahkan segalanya. Lagi-lagi mimpi yang aneh.

***

Ting tung......ting tung.... ting tungg....

"Kim Ha Na-ssi, ada paket untuk anda"

"Nep kamsahamnida. (Ya, terima kasih)" jawabku dengan malas.

Masih jam 07:30 dan aku terpaksa membuka mataku karena bel yang terus menerus berbunyi. Hari ini adalah hari pertama liburku setelah menjalani hari-hari yang melelahkan di kantor. Upss. Tak hanya di kantor tapi kehidupan percintaanku juga melelahkan. Pengkhianatan yang melibatkan orang yang paling aku sayangi sungguh menguras tenaga.

Moon NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang