"Om Mahes, jadwal gue hari ini apa aja ya?"
Alen mendongak dari kegiatannya yang barusan, memandangi jalanan lewat jendela mobil. Mahesa yang tadinya sibuk kontrol bawahannya lewat tablet (sama curi-curi waktu buat belanja di Shopee), langsung buru-buru cari agenda Alen yang sudah ditulis di notes.
"Um, ada rapat buat rencana pembangunan hotel di GBK, terus nyemil kacang bareng menteri pendidikan. Itu aja sekiranya yang penting, sisanya seperti biasa tuan,"
"Hm...." Alen berdehem. Matanya melirik keluar selagi otaknya memikirkan sesuatu. "Bisa dibatalin nggak? Gue udah terlanjur janji sama Ningning buat diajarin merakyat hari ini,"
Mahesa syok, ter-surprise terkaget-kaget.
"Tuan muda.... serius?"
"Iya. Dia kalo galak serem, suka nyolot."
Mahesa yang tadinya syok jadi makin syok denger pilihan kata yang digunakan tuan muda-nya. "Tahu kata nyolot darimana, tuan?"
"Dari Ningning lah. Itu tuh kalo marah-marah suka nagging tapi ngegas."
"Kalo itu mah saya juga tau, tapi semisal Selatan denger...." Batin Mahesa menangis. Tapi untuk sementara ini dia biarkan lah, sudah lama Alen nggak kelihatan se-antusias ini.
Dia menghela nafas, meraih kembali tabletnya sambil memastikan keputusan Alen. "Tuan muda serius mau batalkan jadwal ini? Menteri pendidikan nggak bisa diajak ngemil sampai tahun depan, lho."
"Iya, nggak papa. Nanti gue ajak nyemil tempura seribuan tahun depan,"
"......Jangan."
"Pak Juan, sudah tau kan tujuan saya kemana?" Alen melihat kedepan lewat spion tengah, sementara supir yang dipanggil mengangguk saja.
Mobil mewah itu melaju diantara mobil-mobil lain pada jalan yang ramai, membuatnya tampak mencolok. Apalagi perlahan-lahan, jalan yang dijajaki mobil itu tampak beda derajat dengan mobilnya.
Sekitar dua puluh menit kemudian, kendaraan yang ditumpangi Alen berhenti didepan sebuah rumah sederhana dengan tanah kosong yang dialihkan menjadi lapangan sepak bola diseberangnya.
Cowok itu celingukan, meresapi suasana rakyat jeㅡsederhana disekitarnya sementara Mahesa mengetuk pintu memanggil Ningning.
Cklek.
"Ini ada apa, ya?"
Saat Alen menoleh, bukan Ningning melainkan ibunya yang membukakan pintu. Kenapa dia bisa berpikir begitu? Gimana ya, miripnya nggak bisa dielak.
"Ah, permisi. Saya Mahesa. Kedatangan saya kemari bermaksud mencari Ningning, apakah anaknya ada?"
Wajah ibunya langsung pucat pasi. Dia yang tadinya membukakan pintu lebar-lebar menyempitkannya, dan dengan suara sok tegas, dia bertanya. "Anak saya ada salah apa ya kok sampai dijemput kemari?"
"Hah?" Alen dan PA-nya kompak melongo.
"Pasti anak saya ada buat salah sama kalian, kan? Tolong maafkan anak saya, ya! Ningning jangan dibawa ya??"
Panik.
"Bukan begitu, bu. Bu, tenang dulu. Astaghfirullahㅡwadaw! Bu saya jangan digeplak bu!
Iya, Mahesa digeplakin ibunya. Serangan panik karena mengira anaknya buat masalah dan insting melindunginya mendadak aktif sendiri.
Sang tuan menghela nafas, maju memperkenalkan diri langsung sementara Mahesa masih menghindari pukulan. "Perkenalkan ibu, nama saya Alen. Kesini mau 'silaturahmi' sama Ningning. Ada kerja kelompok, jadi saya mau sekalian main."
KAMU SEDANG MEMBACA
Idyllic Sides [Hiatus]
RandomAlen mau coba temenan sama rakyat jelata, bosen punya temen yang selalu nyoba saingin kekayaannya katanya. dan akhirnya, dia ketemu Ningsih. cewek yang lebih suka dipanggil Ningning karena menurutnya nama aslinya norak, bikin Alen penasaran akan li...