6 | lesson three

42 12 0
                                    

"Nih, awas jangan disawat lagi."

Ningning menerima sandal yang tadinya nyangkut itu dengan malu-malu. Untungnya sandal itu nggak kenapa-napa, cuma tergores dikit karena sama Yasa dilempar sandal yang ia pegang.

Kedua cowok yang tadinya ribut sendiri perkara sandal sekarang malah diam saja, memerhatikan sosok yang tadi memanjat pohon dan mengambil sandal dengan mudah nan lihai.

Sosok itu mengenakan hoodie berwarna olive dan celana pendek baggy. Dia juga mengenakan topi yang membuat keduanya tidak bisa mengenali apakah sosok ini cowok atau cewek.

"Itu topinya kelebihan bahan ya?" Alen angkat suara, menunjuk topi snapback dengan merk peaceminusone dari GD yang tentu saja palsu. Bagian perekat dibelakangnya menjuntai sampai ke punggung.

"Fashion!"

"Lo cewek apa cowok?"

"Rahasia. Heheh," jawaban seadanya itu membuat Alen sontak mendengus dan akhirnya memilih tidak peduli saja, sementara Ningning berlari keluar rumah untuk mengambil sandal Yasa yang terlempar ketengah jalan.

Nah, yang punya sandal berceletuk. "Namanya siapa?" Dia mencoba berkenalan, untungnya nggak disangka sksd.

"Som."

"Som?"

"Panggil Som aja." Som merapatkan topinya, tersenyum kecil menatap Yasa.

"Oke, Som. Makasih udah ngambilin sandalnya,"

"No worries! Gue duluan ya!" Dan setelah kalimat itu Som keluar dari area rumah Ningning, menyusul si tuan rumah yang baru mendapatkan sandal Yasa, mengobrol sedikit, sebelum akhirnya menghilang ditelan jarak.

Begitu Ningning berdiri didepan pemuda berambut cokelat itu, dia menjulurkan sandal tadi. "Istirahat dulu deh! Ke Indomelarat yok, beli jajan lagi."

"AYOOOOO!" Yang diajak ngobrol siapa, yang nyahut siapa.

"Itu dimana?" Yasa menengok, membuang sandal tadi kebelakangnya lantas membersihkan debu di tangan sebelum menyusul Alen yang sudah duluan jalan keluar rumah.

"Deket. Jalan juga bisa,"

Dengar jawaban Ningning, Alen membayangkan kakinya gempor lantas memandang jalan didepannya horor. "Kita kesana jalan?"

"HALAH GAUSAH SOK MANJA! Percuma lo olahraga mahal-mahal kalo jalan 10 menitan aja gak mampu,"

"Anjir."

Karena dibilang (atau diejek?) begitu, mau nggak mau kedua cowok tampan itu harus jalan menuju tujuan mereka.

Sinar matahari sore yang tetap terik seperti biasa, mereka yang baru saja keringatan, debu dan asap kendaraan yang melewati....

Yasa langsung bertanya-tanya. Dia ikut Alen kesini itu karena apa?

Oh iya, karena koin-koin receh yang sayangnya sampai sekarang belum tampak wujudnya didepan si pemuda.

Sekitar sepuluh menitan, benar saja, Indomelarat yang akhirnya mereka cari-cari telah ketemu. Mereka berdua menghela nafas lega, sujud syukur dengan tampang luar biasa terharu. Niatnya sih mau sekalian koprol, tapi semuanya masih punya harga diri dan imej yang harus dijaga.

Ketiganya langsung melangkahkan kaki masuk kedalam minimarket itu, disambut suasana dingin serta lagu-lagu yang terputar pelan dari televisi promosi disebelah atas meja kasir.

Idyllic Sides [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang