Lokasi sekarang ini berada di SMK Swan Lake, tepatnya pada sore hari saat bel pulang sudah berbunyi beberapa saat yang lalu. Masih ada banyak siswa-siswi yang beraktivitas di sekitar sekolah, untuk ekskul, janjian di kantin, atau sekedar numpang wifi.
Salah satu oknum yang suka duduk di kantin sekaligus numpang wifi adalah Ningning dan ketiga temannya yang lain alias Karin, Gisel, dan Winala.
Biasanya kalau sudah begini sih, mereka akan menetap di salah satu meja di pojok kantin tanpa beli atau pesan apa-apa lantas menyiapkan senjata mereka untuk download-download drakor dan film, kemudian lanjut tiktokan.
Hari ini juga sama. Bedanya, beberapa mangkuk bakso yang masih ada isinya terletak diatas meja sementara para pemilik sibuk sendiri.
Karin yang tadinya lagi asyik scroll instagram setelah bikin post (maklum, selebgram naik daun nih), tiba-tiba keinget sesuatu tentang Ningning. Dia mengalihkan pandangan dari ponselnya dan melempar pertanyaan.
"Eh, kata orang, lo kemaren marah-marah sama anak sekolah Kebimapriso?" Katanya dengan nada biasa. Datar, tapi kelihatan kalau penasaran.
Dua cewek yang tidak ditanyai mendadak ikut-ikutan. Mereka mengalihkan ponsel masing-masing dan menatap Ningning meminta penjelasan.
Ningning memiringkan kepala bingung. "Hah? Kebimaㅡ apaan?"
"Kebimapriso. Ituloh, yang almamater-nya jas merah. Terus rambutnya suka warna-warni tapi cocok-cocok aja soalnya mereka uwaw." Bukan Karin yang menjawab, tapi Gisel sambil sedikit memutar bola mata.
"OOOOH! Nama sekolahnya Kebimapriso?"
"Masa nggak tau?"
Si cewek mengangkat bahu sambil intip-intip ponselnya. "Nggak. Ngapain gue ngurusin sekolah yang bukan tempat gue menuntut ilmu?" Sontak jawabannya bikin tiga teman yang lain jadi melongo.
"S-serius lo gak tau Kebimapriso? Donatur sekolah ini banyak yang dari saㅡ"
"LAH!"
"ㅡAAAAAT! Kaget ah buset!" Gisel menabok bahu Winala yang barusan meninggikan suaranya sambil menatap kearah luar kantin. "Paan sih?"
"Liat luar dong!" Winala menunjuk-nunjuk bagian luar kantin yang dimulai dari lapangan sampai ke jalan keluar lewat jendela kantin.
Semuanya ikutan menengok sesuai yang diinstruksikan.
Cowok berambut biru dengan jas merah dan celana tartan beserta dua orang lain berseragam sama yang mereka asumsikan sebagai teman tapi malah lebih cocok jadi pengawal mengekor dibelakang si cowok.
Cowok berambut biru itu melangkah lebih dulu sementara dua yang lain baru saja turun dari mobil bermerk Pagani Huayra Imola dan menyusulnya dengan agak buru-buru.
Ningning langsung membulatkan mata melihat pemandangan itu.
"Ah! Si anak Chandranutrisari yang sekolah di Kebimosaso!"
"Kebimapriso woy!" Winala membenarkan sambil menatap Ningning agak sebal. Rasa kagetnya masih ada, tapi sepertinya cewek yang duduk di seberangnya itu lebih tahu apa yang terjadi disini. "Lagian Chandranutrisari tuh siapa?"
Ningning menyengir. "Habisnya gue gak hafal namanya. Mewah banget, panjang, bikin males."
Karin berdiri sejenak untuk mencari arah kemana tiga anak Kebimapriso itu pergi. "Kok tau kalo dia si Chandranutrisari? Ntar salah orang malu,"
"Nah iya. Lo kenal?"
"Dia yang gue marahin di tempat cilok tempo hari."
Tiga cewek itu otomatis membulatkan mata. Sejenak, mereka kompak berteriak tidak percaya. "HAH?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Idyllic Sides [Hiatus]
AcakAlen mau coba temenan sama rakyat jelata, bosen punya temen yang selalu nyoba saingin kekayaannya katanya. dan akhirnya, dia ketemu Ningsih. cewek yang lebih suka dipanggil Ningning karena menurutnya nama aslinya norak, bikin Alen penasaran akan li...