Ningning cuma bisa diam, meratapi nasib kalau dirinya yang biasa saja ini tetap nggak bakal akur sama anak-anak orang kaya kecuali Alen yang meniatkan dia atau membantunya mendekati mereka.
Seperti contohnya sekarang, saat anak-anak Kebimapriso yang ia asumsikan teman-temannya Alen (karena lihat si medhok, si kalem, dan tuan putri) datang menjenguk tuan muda, sama seperti dirinya.
Bedanya, mereka glowing tanpa harus pakai filter aplikasi SNOW atau B612. Dia juga sadar kalau desain seragam yang mereka pakai beda-beda, hanya sama di warnanya saja. Mau tanya kenapa, nanti malah dijutekin jadi ia urung bertanya.
"Eh, Len." Baru buka mulut seperti itu saja, Ningning sudah ditatap lekat seakan dia yang bikin Alen berbaring tak berdaya. Yang mana benar, hehe. "Kalo gitu gue pamit pulang, ya. Toh temen-temen lo kan juga udah jengukin lo."
"Ning, lain kali dianya jangan diajak jajan sembarangan langsung borong kayak gitu lagi. Orangnya old money, bener-bener dimanjain dari kecil," Tanaya tiba-tiba berceletuk gitu tanpa mengalihkan pandangan dari si tuan rumah. Yang dipanggil merespon seadanya.
"........Iya."
"Kon sih, sok-sokan arep jajan merakyat! Wong aku arep numbasno cilok wae mikir disek!" Januar melirik Alen sebal, temannya satu ini benar-benar cuek nyerempet bego.
Yasa bergumam, tapi tentu saja kedengaran karena kamarnya Alen super luas. "Nggak apa, Ningning. Disini aja. Kita kan sama-sama ngejenguk, bukan berduka."
"Iya, lagian kalo Alen bisa-bisanya modar gegara jajan, malu sama duit. Ntar kuburannya ditaburin bawang goreng aja mendingan," Gilang tertawa, apalagi saat melihat raut Alen yang mendadak dendam menatapnya.
Cewek itu akhirnya duduk lagi, merasa canggung sendiri sementara yang lain mengobrol bahasan orang kaya. Bahkan tugas sekolahnya aja kedengaran mewah semewah makanan prancis di restoran.
"Eh, buat craft project kalian bikin apa? Essay bawaannya juga bakal ngejelasin apa? Kok gue mau buat roket-roketan
"Paling 3D diorama rumah dua lantai dengan soket listrik lengkap, atau kalo gue males ya mungkin simple mechanical robotic hand."
"Gue mau bikin itu ih, yang sering dibikin waktu science project anak-anak luar negeri. Volcano mountain, tapi bedanya gue bakal cari zat yang paling mirip sama lava dan pake itu."
Ningning pusing. Craft project bukannya prakarya ya? Terus mereka mau ngapain seakan berlomba-lomba bikin yang paling-paling begitu?
Cewek itu geleng-geleng, berusaha bodoamat karena memang pembicaraan mereka bukan urusannya. Sampai akhirnya Alen menawari mereka makanan karena sudah bertamu, barulah dirinya tak tahan untuk berkomentar.
"Nah, pelayan gue dateng. Lo pada pilih deh," Pelayan dengan segway itu masuk lagi, kali ini nampan yang ia bawa lebih besar dan isinya saling berdesakan saking banyaknya.
Empat orang lain yang ada disana menoleh, ribut begitu tahu makanan apa yang ditawarkan untuk mereka.
Melon Yubari, dessert box premium, Turkish Delight langsung dari turki, Quesadilla, dan yang paling sederhana adalah jajanan kemasan Irvins salted egg chips.
"Anjiiiiiiir udah beli melon yubari aja lo? Kan baru selesai pelelangan kemaren!"
"Tau aja gue pengen turkish delight," Tanaya mencomot satu kotak permen itu dari nampan, membiarkan Gilang dan Januar ribut semau mereka sebelum akhirnya berdebat hendak mengambil yang mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idyllic Sides [Hiatus]
RandomAlen mau coba temenan sama rakyat jelata, bosen punya temen yang selalu nyoba saingin kekayaannya katanya. dan akhirnya, dia ketemu Ningsih. cewek yang lebih suka dipanggil Ningning karena menurutnya nama aslinya norak, bikin Alen penasaran akan li...