"Besok pagi lo kesini lagi, gue punya cara lain yang menarik buat lo." Ningning berceletuk setelah menelan sepotong terang bulan mini yang tadi dikunyahnya. Alen mengernyitkan kening.
"Besok masih hari sekolah."
"Justru gue nyuruh lo kesini besok biar lo bisa ke sekolah dengan cara merakyat,"
Dan akhirnya berada disinilah Alen si tuan muda Chandrawinata, dipinggir jalan yang panas dengan seragam lengkap sementara si cewek disebelahnya melirik-lirik kearah jalan mencari sesuatu dengan seragam lengkap tapi tidak seperti dirinya.
Setelah mengusir Mahesa dan Juan si supir, Ningning tiba-tiba mengajaknya jalan keluar gang hingga sampai disini. Saat ditanyai, dia punya kendaraan lain untuk mereka berdua.
Tapi Alen tidak melihat kendaraan milik si cewek yang langsung menepi seperti kendaraan miliknya biasanya?
"Tapi ini lo mau tanggung jawab kalo misalnya gue diculik sama mata-mata perusahaan musuh bapak gue?"
"Gak ada elah, si mata-mata gak bakal kepikiran kalo lo ada disiniㅡ" Ningning melirik kearah Alen yang perlahan mulai berkeringat, sepertinya tidak tahan panas. "ㅡLagi keringetan karena nyoba merakyat,"
"Whatever."
Si cewek masih celingukan menatap jauh ke arah jalan sementara dirinya menyerah, akhirnya melepas jas almamater yang tadi ia pakai.
Sekitar lima menit kemudian, Ningning tiba-tiba mengayun-ayunkan tangannya, menyebabkan kendaraan berwarna biru yang tadinya melaju jadi melambat dan menepi tepat didepan mereka.
"Bentar, maksud lo kendaraan ke sekolah tuh angkot??? Angkot???? Angkot yang gue ngeliatnya aja udah sesak nafas duluan?"
"Lebay, njir. Naik gak?!"
"Ih ini tuh angkotnya penuh, Ning."
Ningning menyipitkan mata, meyakinkan diri apakah angkot dengan lima orang penumpang didalamnya (satu disamping supir) sama dengan penuh.
"KAGA! Gue pernah ngerasain yang lebih sumpek." Ningning melotot kearah Alen yang sudah ogah-ogahan bahkan sebelum masuk. "Masuk duluan. Masuk atau gue tinggal,"
"Cara masuknya gimana?"
"Pake kaki!"
"Habis itu??"
"Senyum dikit biar gak disangka sombong, cari tempat kosong, duduk!"
Dengan berat hati Alen masuk kedalam angkot setelah menghela nafas pasrah. Dia menerapkan kata-kata Ningning barusan. Senyum sedikit sebelum duduk di bagian belakang.
Ningning menyusul dan duduk diseberangnya.
Begitu angkot kembali mulai berjalan, cewek itu menggeser jendela angkot, membuat angin pagi yang sepoi-sepoi masuk kedalam angkot dan secara nggak sengaja membuat Alen menikmatinya.
"Itu cara buka jendelanya gimana?"
"Tinggal digeser, kok."
Alen mencoba menggeser. Benar saja, jendela langsung terbuka dengan sempurna. Angin lembut langsung menyapu wajahnya, membuat rambutnya yang sudah ditata beterbangan pelan.
Tanpa ia sadari, Alen lebih suka suasana angin sepoi-sepoi saat pagi dibanding AC mobilnya.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Ningning yang daritadi melamun langsung sadar kalau ia hampir sampai salah satu tujuan karena jalanan dan bangunan disekitarnya tampak bersinar dengan aura mewah.
"Bentar lagi masuk area sekolah lo nih. Mau turun didepan sekolah langsung atau dideket-deketnya aja?"
"Kenapa emang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Idyllic Sides [Hiatus]
RandomAlen mau coba temenan sama rakyat jelata, bosen punya temen yang selalu nyoba saingin kekayaannya katanya. dan akhirnya, dia ketemu Ningsih. cewek yang lebih suka dipanggil Ningning karena menurutnya nama aslinya norak, bikin Alen penasaran akan li...