BTS

94 10 2
                                    

Aku menghela nafas lagi dan lagi, terima kasih kepada Kim Taehyung, Park Jimin dan Jeon Jungkook atas keanehan mereka. Sepertinya berteman dengan tiga manusia ini memang diharuskan untuk tidak memiliki urat malu, ada saja kelakuan aneh mereka bertiga yang tidak bisa di jelaskan dengan logika.

Seperti saat ini misalnya, seluruh penghuni kantin menatap ke arah kami dengan tatapan aneh, kami jadi bahan perhatian.

Dulu, aku tidak suka menjadi pusat perhatian orang-orang, tapi setelah berteman dengan mereka aku mulai terbiasa menjadi pusat perhatian.

Tidak ada gunanya menegur mereka, lebih baik pura-pura tidak kenal saja. Walaupun sepertinya percuma karena hampir semua mahasiswa di kampus mengetahui aku ini teman mereka.

Ponselku bergetar dan aku melihat satu notifikasi masuk, itu pesan dari Hoseok.

'Kalian di mana?'

Belum sempat tanganku mengetik balasan untuk Hoseok, sebuah suara teramat datar tahu-tahu sudah terdengar di telinga,

"Sudah kukatakan'kan, siapa mahasiswa aneh yang tidak punya urat malu lagi kalau bukan mereka berempat." Itu Min Yoongi, manusia dengan kulit teramat pucat dan mata nyaris minus. Mereka, yaitu Yoongi, Seokjin, Hoseok dan Namjoon mengambil tempat di sebelahku.

"Bertiga." Koreksiku, karena aku masih punya urat malu.

"Apa yang mereka lakukan sekarang?"tanya Hoseok sembari menyodorkan sekotak berisi kentang goreng yang kuyakin ia beli di salah satu stand depan kantin,

"Mereka berhasil mengerjai dosen Kim," Jawabku memasukkan satu kentang ke dalam mulut, ketiga kepala yang ada di sana kecuali Yoongi tampak tertarik. "Mereka menempelkan lem di kursi dosen Kim dan mengacaukan lab." Jelasku memasukkan satu lagi kentang ke dalam mulut.

"Apa yang mereka lakukan di lab?"tanya Namjoon

"Kami praktik mencampurkan senyawa yang menyebabkan keluar api, dan kami memasukkan terlalu banyak senyawa tersebut hingga apinya sangat besar dan hampir menjalar." Jungkook mengambil alih untuk menjelaskan sebelum aku sempat membuka mulut.

"Mereka satu kelompok hari ini." Ucapku lagi. Gila memang. Bukan trio kwek-kwek namanya kalau tidak gila seperti itu, beruntung dosen pengurus lab -yang aku lupa namanya- dapat menangani dengan cepat kalau tidak, aku tidak tahu akan semurka apa dosen Kim.

"Lalu bagaimana nasib dosen kalian?" Seokjin nampak antusias

"Ia murka, tentu saja." Taehyung menjawab aambil tertawa keras dan disambut tawa milik Jimin.

"Wajahnya itu loh. Ia mau marah tapi ia sendiri juga takut dengan apinya," Jungkook memegangi perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa, "dan saat ia kira semuanya sudah selesai, ia kembali duduk tapi bokongnya malah tertempel di kursi." Jungkook melanjutkan masih terus tertawa.

Aku tidak tahu apa yang sebenarnya merasuki Jungkook, semua ini bermula dari ide Jungkook dan lalu di laksanakan bersama Jimin dan Taehyung. Aku tidak tahu kenapa pemuda itu sebegitu bencinya dengan dosen berkepala plontos itu, kasihan sebenarnya.

"Astaga, aku jadi penasaran dengan wajahnya." Seokjin terkekeh membayangkan kejadian itu. Jujur saat di lab tadi aku sebenarnya sudah tidak terlalu kaget lagi, trio kwek-kwek ini sudah memberitahuku ide mereka dan aku sudah menolaknya tapi mereka terlalu keras kepala.

Tapi aku tetap tidak menyangka kalau apinya akan sebesar tadi dan lagi, wajah dosen Kim memang lucu sekali saat itu. Oh maafkan aku, Tuhan.

"Bagaimana kalau ia tahu itu ulah kalian?" Hoseok mengeluarkan pertanyaan yang membuatku terhenyak, benar juga. Kalau dosen Kim tahu nasib mereka bisa dalam masalah.

"Kurasa ia tidak tahu, dan kalaupun tahu ya sudah biarkan saja. Taehyung mengangkat bahu tidak peduli.

"Kalian parah sekali, sih." Namjoon akhirnya mengeluarkan komentarnya setelah dari tadi diam terus.

"Anggap saja itu sebagai pembalasan dendam untuk Jisoo," Semua mata lantas menatap ke arahku begitu Taehyung menyelesaikan kalimatnya, seolah mengerti Jimin menjelaskan,

"Waktu itu ia bersikap kurang ajar dengan Jisoo. Makanya, kami melakukan ini."

"Kurang ajar bagaimana?" Namjoon dan yang lain memasang raut wajah tidak mengerti yang dengan senang hati disambut oleh Jungkook.

"Ia pernah memegang tangan Jisoo seenaknya, lalu beberapa kali ia bersikap genit pada Jisoo saat di kelas. Ugh, pokoknya benar-benar menyebalkan." Jungkook menjawab dengan nada kesal.

"Kenapa kau tidak cerita?" Yoongi menatapku kelewat tajam membuatku seolah menjadi seperti seorang yang ketahuan oleh polisi melakukan tindakan kejahatan.

"Iya, kenapa tidak cerita, Ji?" Kali ini suara Seokjin, namun berbeda dengan Yoongi yang dingin. Seokjin bertanya dengan lembut.

"Aku tidak ingin menceritakannya, maaf." Jawabku. Memang benar sih. Taehyung, Jimin, dan Jungkook melakukan itu semua karena diriku. Aku tidak tahu harus merasa bersyukur karena memiliki teman yang sebaik mereka yang rela melakukan apapun untuk membelaku, satu-satunya wanita di kelompok ini atau merasa bersalah karena belum bisa melakukan apapun untuk mereka.

"Harusnya kau cerita pada kami bila terjadi sesuatu." Seokjin menaruh telapak tangannya di pucuk kepalaku dan mengusapnya pelan.

"Seharusnya kau mengajakku tadi. Itu kurang, belum ada apa-apanya. Berani sekali ia memegang tangan Jisoo,"celetuk Hoseok, "She is our princess." Lanjut Hoseok membuat kami terkekeh mendengar suaranya mengucapkan bahasa asing.

"Yeah, I'm princess. Princess snow white." Balasku sambil terkekeh. Well, sebenarnya itu adalah julukan yang kuterima dari semenjak sma sampai sekarang, 'Snow white and 7 dwarf'.

Terlihat sering menghabiskan waktu bersama manusia-manusia tampan ini membuatku cepat terkenal, awalnya tidak menyenangkan karena aku selalu mendapat tatapan sirik dan cemo'oh dari para mahasiswa lain. Namun, seperti yang Yoongi pernah katakan padaku,

"In the end they will judge you anyway, Ji. So whatever. Jangan perdulikan perkataan mereka."

Yoongi memang menyebalkan karena mulutnya terlalu pedas tapi kata-kata yang ia ucapkan ada benarnya. Tidak peduli seberapa baik kau, tetap saja akan ada yang tidak menyukaimu, jadi aku mencoba untuk tidak ambil pusing.

"Hei, aku ini terlalu tampan untuk menjadi seorang kurcaci. Aku cocoknya menjadi sang pangeran yang membangunkan snow white dengan ciuman." Seokjin mulai pada mode membanggakan wajahnya.

"Memangnya snow white akan bangun kalau hyung yang cium, huh?" Taehyung menyahuti.

"Tentu saja." Seokjin percaya diri menjawab, membusungkan dadanya.

"Seokjin-hyung benar. Snow white akan bangun, tapi bukan karena ciumannya. Tapi karena bau mulut Seokjin-hyung yang membuatnya sadar kembali." Gelak tawa kembali membahana begitu Hoseok menyelesaikan kalimatnya.

Seokjin memberi pukulan di punggung Hoseok kesal dan hari itu berlalu seperti yang sudah-sudah, meja kami penuh canda tawa dan obrolan-obrolan tidak penting.

===== THE END =====

IMAGINE BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang