"Hei, kau lihat tidak wanita yang tadi datang ke sini? Itu kekasih Kim Seokjin.""Kim Seokjin bagian perencanaan?"
"Eoh."
"Benarkah? Dia tampak biasa saja. Jangan bercanda, mana mungkin seorang Kim Seokjin dengan wanita begitu."
"Aku serius. Anak-anak divisi sana sudah heboh."
Tanganku yang terjulur untuk membuka pintu toilet mendadak terhenti usai mendengar percakapan para wanita di depan sana. Pengaruh Kim Seokjin sebesar itu rupanya.
Suara di depan sana mengecil membuatku yakin mereka sudah pergi. Aku memutuskan untuk keluar, mendekat pada wastafel untuk membasuh tangan sembari melirik diriku di cermin.
Ini bukanlah kali pertama aku mendengar ucapan tersebut. Bahkan sejak kami dalam masa pendekatan saja aku sudah mendapatkan celotehan tersebut dari banyak orang.
Aku menatap pantulan diriku sendiri di cermin, seorang wanita korea berumur 20-an yang nampak biasa saja, kelewat biasa malah. Aku tidak tahu kenapa Seokjin dapat menyukai wanita sepertiku.
Hal pertama yang menyambut diriku begitu aku keluar adalah sosok Seokjin yang berdiri tak jauh dari pintu toilet. Senyum lelaki itu terbit saat mata kami bertemu, "Sudah selesai? Mau berangkat sekarang?"
"Pekerjaanmu sudah selesai?"
"Sudah. Kita bisa berkencan tanpa gangguan sekarang." Aku terkekeh, Seokjin menarik telapak tanganku membawanya untuk digenggam.
[Seokjin POV]
Aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih, berjalan sembari memegang es krim di tangan yang sengaja kubeli untuk kekasihku.Aku bukanlah pecinta makanan manis karena itu aku hanya membeli satu untuknya, hari ini aku merasa ada yang aneh dengan dirinya. Sedari tadi ia terlihat murung dan aku tidak tahu apa alasannya, jadi aku berinisiatif membeli es krim untuk mengembalikan moodnya.
"Astaga, tampan sekali."
Aku tersenyum kecil mendengar desis para wanita yang berlalu melewatiku, hal seperti itu sudah lumrah bagiku. Bukannya sombong, tapi semenjak kecil pujian mengenai wajah tampanku sudah sering orang-orang lontarkan.
"Sayang," Aku memanggil wanita kesayanganku yang tengah menunduk, "Ada apa?" Aku bertanya, merasa khawatir karena semenjak pulang dari kantorku ia terus bersikap aneh.
"Tidak apa-apa." Ia tersenyum, matanya menilik barang yang kubawa di kantong kresek, "Itu apa?"
"Es krim untukmu." Aku menyodorkan es dengan rasa strawberry padanya, wanita itu mengumamkan terima kasih dan setelahnya mulutnya bergerak untuk memakan es krim.
"Oppa tidak makan?"
"Tidak. Untukmu saja."
"Gomawo." Lagi ia berterima kasih sambil tersenyum membuatku gemas sendiri. Tidak mengerti kenapa ia bisa terlihat seimut dan sebahagia itu hanya karena sebuah es krim. Kekasihku terlalu polos sepertinya.
"Aku sengaja membelikannya untukmu karena kau terlihat murung tadi," ia melirikku sekilas, "Mau cerita alasan kenapa kau murung hm?"
Ia terdiam, tampak menimbang, "Aku baik-baik saja. Hanya saja, hm, oppa, aku mau tanya," Aku menengakkan punggung, menaruh atensi penuh saat menyadari raut wajahnya berubah serius.
"Kenapa kau menyukai wanita sepertiku? Kenapa kau mau berkencan denganku?"
"Astaga, sayang. Kupikir kau mau bertanya apa." Aku merasa sedikit lega karena kupikir sebelumnya ia mau bertanya hal lain, "Kenapa tiba-tiba menanyakan hal seperti itu? Tentu saja karena dirimu apa adanya."
"Tapi aku tidak sepertimu, oppa. Aku tidak cantik, aku juga-"
"Hei, ssst. Jangan dilanjutkan. Aku tidak suka kalau kau merendahkan dirimu begitu."
"Tapi itu kenyataannya. Aku sering dengar dari orang-orang kalau kita tidak cocok. Mereka bilang kau terlalu sempurna untukku."
Aku membawa diriku mendekat, beruntung suasana taman sedang sepi jadi tidak akan ada orang yang berfikir aku melakukan tindakan jahat karena mata kekasihku sudah mulai berair.
Aku benci saat melihatnya menangis, membuatku merasa amat bersalah karena tidak dapat melindungi dirinya.
"Sudah kubilang jangan perdulikan ucapan orang lain. Aku memilihmu karena aku menyukaimu. You worth it, you perfect, you deserve it, babe. Apapun yang orang katakan, apapun yang dunia katakan kau adalah yang terbaik." Aku menghapus air mata yang terjatuh di pipinya,
"Jangan merendah, jangan menyesuaikan diri dengan mereka. Kau cantik apa adanya, jangan khawatir. Babe, you're beautiful and i love you."
Bukannya berhenti menangis, tangisnya malah semakin pecah membuatku tanpa pikir panjang membawanya dalam pelukan. Membiarkannya menangis lebih lama untuk membuatnya lega.
"Aigoo, princess Seokjin kenapa nangis begini?" Aku merengangkan pelukan, menatapnya sembari tersenyum kecil, "Uljima, aku tidak suka melihatmu menangis begini."
"Maaf, oppa. Aku hanya merasa tidak pantas untukmu."
"Aku yang harusnya minta maaf padamu. Aku tidak dapat menjagamu dengan baik sampai kau menangis begini. Kau tidak boleh merasa tidak pantas untukku, karena bagiku kaulah satu-satunya wanita yang pantas untukku. Aku bahkan yang merasa tidak pantas menjadi kekasih dari wanita luar biasa sepertimu."
Aku mengenggam tangannya, "Jangan pernah perdulikan ucapan orang lain lagi mulai sekarang. Kau pantas untuk dicintai."
===End===
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE BTS
FanfictionBerisi short imagine dengan main cast member BTS, beberapa chapter sudah pernah di publish di line@. WARNING (!)(!)(!) Beberapa menggunakan bahasa tidak baku! Semua yang ada dicerita hanya bentuk kehaluan semata penulis :) ©Dera Impressive Ranking: ...