Blood, Sweat & Tears

251 19 0
                                    

Sebelumnya aku tidak pernah percaya dengan hal-hal aneh yang tidak masuk diakal dan logika beratasnamakan cinta. Menurutku cinta itu aneh. Kau tidak bisa menjabarkan alasan pasti kenapa kau bisa mencintai orang lain dan alasan kenapa kau mau melakukan apapun untuk orang tersebut.

Untuk orang sepertiku yang selalu bergerumul dengan rumus-rumus senyawa kimia, logika adalah hal utama yang dibutuhkan. Namun, saat bertemu dengannya aku tidak dapat menggunakan logika dengan baik, seolah dirinya telah merampas semua isi kepalaku dan mengantinya dengan presensi miliknya.

Logikaku selalu berteriak untuk menjauhinya, mengatakan kalau ia bukanlah lelaki yang baik untukku, ia bahkan tidak sama seperti diriku.

Tetapi aku tidak peduli. Aku bahkan tidak memperdulikan diriku sendiri jika itu berhubungan dengannya. Too bad, but it's the sweet.

Aku tidak tahu kalau aku dapat jatuh cinta sebegitu dalamnya pada orang lain, aku suka bagaimana lelaki itu tersenyum, matanya yang lantas menghilang menjadi segaris dan bagaimana darahku berdesir saat tangan kami saling bertautan.

Aku suka bagaimana suara rendahnya memanggil namaku, berhasil menghantarkan berjuta kupu-kupu di perut.

Terlalu banyak hal yang kusukai dari dirinya dan ini gila.

"Kiss me," Ia nampak terkejut dan tak percaya, dari jarak sedekat ini aku dapat melihat keningnya berkerut.

"Sayang, kau tidak-"

"Kumohon, Jim."

"Kau masih ingat bukan yang terjadi terakhir kali?" Tentu saja aku ingat. Itu ciuman pertamaku. Ciuman pertama yang mengantarkan rasa sakit pula kenikmatan.

Aku menangguk, "Aku tidak bisa." Wajahnya terlihat bersalah, aku menangkup jemarinya yang masih berada di pipiku.

"Aku tidak peduli bila itu sakit. Aku menginginkannya." Aku bahkan tidak lagi peduli dengan harga diri karena memohon dicium oleh seorang pria.

Jimin tampak menimbang, aku tahu dalam hati ia juga menginginkan hal yang sama tapi ia juga takut. Takut kalau tindakannya dapat membunuhku.

Aku hendak bersuara kembali saat bibirnya menyentuh milikku, membuat jantungku berdegub cepat. Manis. Ciuman yang Jimin berikan memang selalu manis, tapi di sisi yang sama itu juga menghantarkan rasa sakit. Rasa sakit yang membuatmu seolah berada di ujung kematian, tapi walau begitu kau tidak bisa -tidak sanggup, untuk menyudahinya. Biarlah, itu tak apa. Lebih erat lagi sehingga aku tidak bisa merasakan rasa sakit itu.

Aku sudah pasrah, rela jika nyawaku diambilnya. Jiminpun tahu bahwa keringat, darah dan air mata bahkan tubuh dan jiwaku adalah miliknya. Ini sudah seperti mantra yang menghukumku.

Jimin menyudahi ciuman kami dan menatapku panik, matanya yang berwarna gelap itu menyiratkan ke khawatiran. Lelaki itu menarikku, membawaku ke dalam dekapannya erat.

Aku menutup mata, berusaha mengembalikan kesadaran saat Jimin mengusap punggungku dan bergumamkan kata maaf. Walaupun ini bukanlah salahnya, bukan salahku juga dan bahkan bukan salah siapa-siapa. Karena biar bagaimanapun incubus* dan manusia tidak dapat pernah bersatu, tapi kendati demikian, aku tidak dapat pergi, aku tidak sanggup untuk kabur dari Jimin karena ia terlalu manis.

===End===
*Incubus: Male demon yang dapat mengambil jiwa manusia.

IMAGINE BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang