Aku tengah memasak di dapur saat suara pintu terbuka dan tertutup dalam selang waktu hampir bersamaan dan terdengar teriakan seseorang, "Babe, i'm home."
"Aku di sini, Joon." Teriakku karena aku masih sibuk memotong beberapa sayuran untuk membuat sup nanti. Tanggung kalau kataku.
Langkah kakinya terdengar, dan tak lama ia memelukku dari belakang, memberikan kecupan di pipi sebelum melepasnya dan berjalan menuju kulkas -menengak sebotol mineral.
"Kau sedang masak? Jay mana?"
"Iya sup untukmu. Jay ada di kamar, sedang tidur. Kau mandi dulu gih, mau aku siapkan air panas?" Aku bertanya sembari memasukkan potongan wortel ke dalam panci. Meletakkan peralatan memasak ke dalam tempat cucian piring.
"Tidak perlu, aku sudah mandi tadi di dorm. Aku mau bekerja dulu sebentar." Aku mengangguk, Namjoon berjalan mendekat lalu mendekapku dalam dekapannya dan beberapa kali mengecup puncak kepalaku, "Aku mau isi energi dulu."
Aku terkikik, balas memberikannya pelukan. Aku tahu pekerjaannya membuat lagu pasti berat, ia dituntut harus membuat lagu yang bagus agar para pengemar senang. Aku tidak dapat membantunya karena aku tidak ahli dalam bidang musik, jadi yang bisa kulakukan adalah ini, memberikan dukungan berupa pelukan.
"Semangat, dad. Jangan terlalu memaksakan diri."
"Hm." Ia lalu merengangkan pelukan, "Panggil aku saat makan malam ya." Aku mengangguk dan pemuda itu membawa tungkainya menghilang dari dapur menuju studio kecil miliknya yang ada di rumah. Aku sengaja meminta Namjoon menyulap salah satu kamar kosong di rumah kami sebagai studionya, menurutku lebih baik ia bekerja di rumah karena aku dapat mengetahui bagaimana keadaan dirinya dan dapat memaksanya untuk beristirahat sejenak ketimbang ia bekerja di BigHit.
Tak lama setelah Namjoon pergi aku ikut pergi dari dapur menuju kamar, ingin mengecek keadaan Jaehyun.
Hal pertama yang menyambutku saat membuka pintu kamarku dan Namjoon adalah suara tawa bayi. Kami sengaja membiarkan Jaehyun tidur bersama kami, lebih tepatnya aku memaksa sih. Aku khawatir bila tengah malam Jaehyun tersadar, bayi itu tidak pernah menangis saat bangun, seperti sekarang misalnya, ia malah menepuk kedua tangan dan tertawa saat melihatku.
"Ma..ma."
"Jay sudah bangun ya? Uhh, anak mama." Aku mendekat dan seolah ingin menjauh dariku, ia memutar tubuhnya ke sisi lain. Maklum ia bisa berguling sekarang dan itu membuatku jadi ekstra hati-hati.
"Anak mama sudah pintar berguling ya?" Ia tertawa saat aku membawanya dalam dekapan, mengendongnya dan membawa bayi itu keluar kamar tapi tak lama ia meronta meminta turun.
"Jay mau jalan sendiri? Sebentar ya, ikut mama ke dapur matikan kompor dulu." Aku mencoba bernegosiasi dengannya tapi Jaehyun tetap meronta membuatku mau tak mau menurunkannya di ruang keluarga dan pergi menuju dapur setelah sebelumnya memastikan tidak ada benda tajam di sekitar.
Aku bergegas kembali ke ruang keluarga, tidak yakin meninggalkan Jaehyun sendirian di sana. Tepat saat aku datang ia tengah berdiri dengan bantuan rak dan mencoba memanjat, tangannya ingin meraih sesuatu.
"Jay mau apa?" Aku bertanya dan bocah itu menunjuk sebuah buku bersampul biru agak usang,
"Ini?" Aku mengambil buku yang ternyata adalah sebuah album.
"Jay mau lihat foto?"
"To?" Ia berkerut saat mendengar kosakata baru,
"Iya, foto. Ayo kita lihat." Aku membawa putra kecilku untuk duduk di sofa. Memangkunya di paha dan mulai membuka halaman pertama album tersebut. Ah, rupanya ini milik Namjoon.
"Jey-jey." Ia bersuara sembari menunjuk foto masa kecil milik Namjoon,
"Bukan sayang. Ini daddy, bukan Jay." Aku terkekeh, Jaehyun memang terlihat mirip dengan Namjoon saat ia kecil dulu, membuatku iri setengah mati, kesamaan diriku dan Jaehyun hanya terletak pada mata.
"Jey..ey." Ia masih menunjuk foto milik Namjoon mengakui kalau itu dirinya.
"Sayang, ini daddy. Coba lihat, Jay mana mungkin sebesar ini. Jay juga belum pernah naik sepeda."
Keningnya berkerut membuatku gemas sendiri, "Ada apa ini? Kok bawa-bawa daddy?" Suara Namjoon membuatku dan Jaehyun menoleh, tak lama bocah itu berseru girang sembari menjulurkan tangan meminta di gendong.
"Dy..dy." Daddy-panggilnya.
"Owh, anak daddy. Sini-sini. Kangen ya?" Namjoon membawa Jaehyun dalam dekapan dan mulutnya mulai berkerja menciumi tiap sisi wajah putra kami membuat bocah itu tertawa senang.
"Daddy kangen banget sama Jay. Uwh, Jay makin tembem ya pipinya sekarang."
"Nafsu makannya meningkat banget, Joon." Aku menjawab
"Oh benarkah? Wah, putra daddy sudah besar." Jaehyun tertawa membuat lipatan di pipi yang menurun dari Namjoon terlihat.
"Jay juga udah mulai merangkak, Joon. Tadi dia berdiri sendiri di dekat rak sambil nunjuk album foto kamu." Aku berceloteh menceritakan perkembangan Jaehyun saat Namjoon tidak ada di rumah.
"Wah benarkah?" Namjoon dibuat takjub oleh Jaehyun, pemuda itu lalu mengambil tempat di sampingku sambil terus mendekap Jaehyun.
"Maaf ya, babe. Aku jarang di rumah jadi gak tahu perkembangan anak sendiri." Ia berucap membuatku mengeleng
"Kau kan kerja, sayang. Untuk Jay juga." Aku mengelus lengannya, bukan salahnya juga Bangtan sedang dalam puncak popularitasnya.
Namjoon tersenyum, mengecup keningku, "So lucky to have you." Kami saling bertatapan, aku bahkan sudah hendak memejamkan mata saat merasa wajah Namjoon mendekat,
"Ma..ma." Kami sontak menoleh begitu suara Jaehyun mengintrupsi, tangannya terjulur kepadaku seolah tidak terima ibunya bermesraan dengan ayahnya sendiri.
Aku terkekeh dan Namjoon menghela nafas, "Jay gak mau mama di cium daddy ya? Iya, sayang. Mama tahu, daddy mesum sih ya."
"Babe,"
Aku tertawa bersama Jaehyun membuat Namjoon mengerucutkan bibirnya kesal.
===End===
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE BTS
FanfictionBerisi short imagine dengan main cast member BTS, beberapa chapter sudah pernah di publish di line@. WARNING (!)(!)(!) Beberapa menggunakan bahasa tidak baku! Semua yang ada dicerita hanya bentuk kehaluan semata penulis :) ©Dera Impressive Ranking: ...