BTS

86 13 0
                                    

“Sudah siap?” Itu suara milik Mama yang kujawab dengan anggukan sambil memandang penampilan di cermin mengenakan baju berwarna hitam dan rambut terkuncir.

Meraih ponsel aku berjalan keluar bersama Mama, Papa sudah menunggu di mobil, kedua orangtuaku mengenakan baju dengan warna senada, hitam.

Bila kalian pikir kami adalah keluarga pecinta warna hitam, maaf saja tebakan kalian salah. Kami bukan tanpa maksud mengenakan baju berwarna hitam, hari ini kami akan pergi ke pemakaman kakek Taehyung di Daegu.

Kemarin malam atau lebih tepatnya tengah malam, kakek Taehyung menghembuskan nafas terakhirnya. Beliau tidak sakit apa-apa, dan ayah Taehyung berujar itu karena umur beliau yang sudah terlalu tua. Pemakaman beliau dilakukan hari ini, kakek Taehyung akan di makamkan di Daegu, kampung halamannya.

Perjalanan dari Seoul ke Daegu memakan waktu cukup lama, ditambah perasaanku tidak enak. Aku sangat sedih untuk Taehyung, aku memang tidak terlalu dekat dengan beliau. Aku hanya pernah mengunjunginya beberapa kali dan beliau orang yang sangat baik, aku yang tidak terlalu kenal saja merasa sedih bagaimana Taehyung?

Taehyung pernah bilang kalau nenek dan kakek Kim adalah segalanya bagi dirinya. Orangtua Taehyung terlalu sibuk bekerja, sehingga Taehyung dibesarkan oleh mereka. Taehyung bisa tumbuh dengan sangat baik dan ceria sampai hari ini karena berkat kakek Kim.

Drrttt...

‘Ji, sudah di mana?’

‘Di jalan, Jim. Kau dan yang lainnya sudah sampai?’

Itu pesan dari Jimin, sebenarnya hari ini bila Papa dan Mama tidak bisa mengantar aku akan pergi bersama teman-teman yang lain. Kedua orangtuaku ada pekerjaan hari ini, tapi begitu aku mengatakan kalau kakek Taehyung meninggal kedua orangtuaku memutuskan untuk bolos bekerja hari ini dan mengantarkanku ke Daegu.

Hubungan kedua orangtuaku dengan keluarga Taehyung, Jimin, Jungkook, Namjoon, Hoseok, Yoongi dan Seokjin berjalan baik. Papa dan Mama juga sempat berkunjung ke rumah Taehyung dan Yoongi bila kami sedang berada di Daegu.

Drrtt..

‘Sudah. Hanya kau saja yang belum datang.’

Baiklah. Bagaimana keadaan Taehyung?’

‘Kacau, sangat.’

Aku sudah tidak kaget lagi membaca isi pesan Jimin sebenarnya, sudah menduga kalau keadaan Taehyung pasti jauh dari kata ‘baik-baik saja’.

Aku menghela nafas, gusar.
Kenapa perjalanan ini lama sekali, aku ingin cepat-cepat sampai dan bertemu Taehyung. Menenangkannya seperti yang sering ia lakukan saat aku sedih.

Sepertinya Mama menangkap perilaku anaknya yang gusar dari depan, “Tenanglah, sayang. Mama tahu kau khawatir dengan Taehyung tapi ia pasti baik-baik saja.” Aku mengangguk membalas senyum Mam.

Mama memang tahu bagaimana pertemananku dengan yang lainnya, justru ia sangat senang anak perempuannya mempunyai teman-teman sebaik mereka.

Aku mengirim pesan pada yang lainnya melalui grup chat kalau aku sudah sampai, Yoongi berkata kalau ia akan menemuiku di depan dan itu benar.

Pemuda itu berdiri di dekat pintu dengan pakaian berwarna senada denganku. Bila biasanya wajah pemuda itu selalu saja datar tak berekspresi, kali ini aku dapat melihat wajahnya penuh dengan ekspresi khawatir dan sedih.

Yoongi memang tidak seperti Taehyung atau Hoseok yang dapat mengekspresikan perasaan mereka dengan baik, Yoongi selalu menutupi perasaannya, kami bahkan memberikan ia julukan ‘Yoongi pembohong ulung dari Daegu’ karena kemampuannya dalam menutupi perasaan. Tapi kali ini julukan yang kami sematkan itu harus tanggal begitu aku melihat wajah khawatirnya.

IMAGINE BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang