Aku menundukkan atau mungkin lebih tepatnya membenturkan kepalaku di meja perpustakaan, kepalaku pening. Sangat. Rasanya aku ingin mengumpat pada guru Song karena telah membuatku sekelompok dengan Jaemi dan Hera. Sungguh, benar-benar menyebalkan.
Setelah pembagian kelompok dan tugas seminggu yang lalu, kedua manusia berbeda gender tersebut tidak ada niat sedikitpun untuk mengerjakan tugas. Saat ditanya mereka hanya menjawab, "Kau saja yang buat. Aku sibuk."
Sial, mereka pikir mereka siapa? Direktur perusahaan? Sibuk katanya? Ck, aku bahkan baru saja melihat Jaemi sedang hangout di lapangan bersama kawan-kawannya serta Hera berkencan di kantin. Dasar.
"Apa soalnya sesulit itu sampai kau tidak sempat membaca pesanku?" Aku menoleh begitu mendengar suara yang amat familiar di telingaku.
Entah sejak kapan Namjoon sudah mengambil tempat di hadapanku.
"Sejak kapan kau di sini?" Tanyaku tak menghiraukan pertanyaannya barusan.
"Sejak kau mengumpat." Jawabannya. Pemuda yang sudah hampir satu tahun menjadi kekasihku itu lalu mengambil kertas yang berserakan di meja.
"Vektor?" Keningnya berkerut, "Bukankah tadi kau bilang mau mengerjakan tugas sejarah?"
"Tadinya," Jawabku dan alis Namjoon terangkat seolah meminta jawaban, "Mereka mengelak tak ingin mengerjakan tugas, jadinya aku mengerjakannya sendiri. Tapi setengah jalan aku bingung, jadinya aku mengerjakan fisika tapi lagi-lagi aku bingung dan ya.."
Aku dapat melihat Namjoon mengulum senyumnya, "Jangan menertawaiku." Aku menatapnya sebal.
Menggelikan memang, berniat mengerjakan essai sejarah tapi baru beberapa paragraf otakku berhenti merangkai kata lalu aku memutuskan mengerjakan soal fisika tapi lagi-lagi otakku berhenti bekerja.
Namjoon tidak menjawab dan meraih soal fisika lalu mulai membacanya, "Masa soal seperti ini kau tak bisa kerjakan?"
Aku mendengus kesal, "Iya aku tahu, aku ini bodoh tidak sepandai kau, tapi tak usah mengejekku." Aku meraih kertas dari tangan Namjoon kesal.
Dunia memang tidak adil, bagaimana bisa ada orang yang begitu terlihat mencolok perbedaannya seperti aku dan Namjoon?
Namjoon di lihat dari segi manapun selalu saja sempurna, mulai dari postur tubuh yang bisa membuat siapapun pria di sampingnya minder, senyum lesung pipit yang membuat semua yang memandang tenang hingga otaknya yang seencer air.
"Aku tidak meledekmu. Kenapa sensi sekali," Namjoon meraih kembali kertasku,
"Kita kerjakan sejarah dulu, baru nanti fisika."Namjoon meletakkan soal fisika dan beralih mengambil kertas berisi essai sejarah.
Walau mengatakan kata 'kita' pada kenyataannya Namjoon mengerjakannya sendirian, aku mencoba melarang Namjoon tapi ia tetap bersikeras mengerjakannya.
"Namjoon-ah, tidak perlu repot-repot. Aku bisa mengerjakannya sendiri, kau kerjakan tugasmu saja."
"Kelompokku sudah selesai dari kemarin," Jawabannya, kelompok Namjoon memang berisi anak-anak pintar macam Kyungsoo dan Hani, jadi tidak heran kalau kelompok mereka sudah selesai.
"Lagian aku tidak repot kok. Kemana Jaemi dan Hera?" Namjoon bertanya di sela ia mengerjakan tugasku.
"Ahh sudalah jangan membahas manusia manusia itu."
"Kenapa?"
"Mereka menyebalkan, aku tak ingin membahasnya, serius." Ucapku dan Namjoon hanya mengangguk.
Hampir setengah jam Namjoon mengerjakan essai sejarah seorang diri dan selama itu pula aku dapat menatap wajah kekasihku ini secara cuma-cuma.
Lucu.
Wajah Namjoon saat sedang serius sangat lucu, keningnya berkerut saat menemukan kata yang sukar ia pahami."Apa ada yang salah dengan wajahku?" Namjoon berujar tanpa menatap wajahku. Oh astaga, aku ketangkap basah memandanginya. Dasar bodoh.
"Ti-tidak ada." Jawabku dan ia menampilkan senyum kecil yang memiliki efek sangat besar bagiku.
"Lalu kenapa kau terus menatapku dari tadi?" Tanyanga dan aku terdiam. Aku harus jawab apa sekarang?
"Ah.. itu..itu.. Maaf." Percuma memberi alasan, toh sudah kepalang tanggung.
"Kenapa minta maaf?" Ia menatapku sembari merengangkan jemarinya
"Karena menatap wajahmu?" Aku bingung kenapa Namjoon mudah sekali tersenyum, ia sudah tersenyum dua kali dalam periode waktu yang singkat.
"Aku justru senang kau memperhatikanku. Itu berarti bukan hanya aku yang memperhatikanmu." Okay, aku tidak salah dengar'kan? Namjoon baru saja mengakui kalau ia suka memperhatikanku?
"Nah, kita kerjakan soal fisika sekarang." Ia memutar topik pembicaraan dan meraih soal fisika.
"Harusnya setelah di bagi kau mengalikannya dengan ini,"Namjoon berbicara tanpa menatapku
"...Nah seperti ini, kau mengerti?"
Aku mengelengkan kepalaku bingung, astaga kenapa fisika sesulit ini, sih?
Namjoon menghela nafas, frustasi sepertinya. Aku tidak menyalahkannya sih, ia sudah mengajariku sampai mulutnya berbusa tapi aku tidak kunjung paham. Maafkan aku Namjoon, otak kekasihmu ini memang lemot.
"Ini akan menyulitkan. Bagaimana nasib anak kita nanti." Aku menatapnya bingung. Aku tidak salah dengar'kan? Ia bilang anak kita? ANAK KITA?!
Seolah tak paham dengan ke kagetanku, Namjoon berujar hal lain yang membuatku tambah kaget.
"Gen seorang ibu akan menentukan kepandaian seorang anak. Dan melihat kemampuanmu ini, ahh..kurasa anak kita akan mengalami masa sulit di sekolahan."
===== THE END =====
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE BTS
FanfictionBerisi short imagine dengan main cast member BTS, beberapa chapter sudah pernah di publish di line@. WARNING (!)(!)(!) Beberapa menggunakan bahasa tidak baku! Semua yang ada dicerita hanya bentuk kehaluan semata penulis :) ©Dera Impressive Ranking: ...