Once Again - 18

1.9K 260 11
                                    

Sooya menghela nafas lega saat Jeyka tidak melakukan apapun. Ia sudah salah karena memikirkan hal buruk tentang adiknya.

"Aku pikir kau akan melakukan hal nekat. Syukurlah, aku sempat merasa khawatir," ujar Sooya.

Ia pikir Jeyka akan melakukan sesuatu yang buruk pada Lalisa. Ternyata pria itu hanya mengikuti Lalisa pergi.

Jeyka tersenyum tipis. Tidak mengatakan apapun. Sampai kedua matanya melihat Lalisa yang tertinggal rombongan orang yang sedang menyeberang.

"Jey, itu Lalisa," ujar Sooya menunjuk kearah Lalisa.

Setelah Lalisa berada ditengah jalan, Jeyka menancap gasnya dengan kecepatan tinggi.

"Jey, apa yang kau lakukan?!!! Akhhh!!"

Sooya berteriak kaget. Ia melihat kebelakang melihat tubuh Lalisa yang tergelatak. Jeyka kembali melakukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Jeyka! Apa yang kau lakukan?! Kau mencelakai Lalisa!!"

"Aku sudah bilang, kalau aku tidak bisa memilikinya, maka orang lain juga tidak bisa," ucap Jeyka.

🌺🌺🌺

Rosie memeluk tubuh Lalisa yang sudah dilumuri darah. Saat ini mereka berada ambulance.

"Sa, buka matamu. Kumohon. Jangan membuatku takut," ujar Rosie terisak menangis.

Rosie mengelap darah yang ada dibawah Lalisa menggunakan tangan nya.

"Ya Tuhan, aku sangat takut."

Tidak berapa lama, akhirnya mereka sampai dirumah sakit. Tubuh Lalisa dinaikkan ke atas brankar dan para petugas segera membawanya keruang UGD.

Rosie disuruh menunggu diluar ruangan. Ia menyenderkan tubuhnya di dinding dan merosot kebawah.

Dia meremas rambutnya dengan tangan yang terbaluri darah Lalisa. Ia benar-benar sangat takut. Harapan nya hanya satu, yaitu mukjizat dari Tuhan.

"Bodoh, kau bodoh! Kau tidak pantas menjadi sahabat nya. Kau tidak pantas. Seharusnya kau tidak membiarkan Lalisa menyebrang sendirian." Maki Rosie pada dirinya sendiri.

Beberapa dia memukul kepala nya karena kesal dengan dirinya.

Pintu ruangan terbuka dan seorang dokter keluar dari dalam. Rosie berjalan menghampiri nya.

"Dokter, Lalisa baik-baik saja, kan?"

Dokter itu menghela nafasnya. "Benturan yang dialami pasien sangat kuat. Kami hanya bisa menyelamatkan satu orang."

"Ma–maksud, Dokter?"

"Pilihan nya hanya satu. Ibu atau bayinya?"

Nafas Rosie tercekat. Ia mundur satu langkah. Tidak ada pilihan lain.

"Dokter, selamatkan ibunya," ucap Rosie. Karena yang terpenting saat ini adalah Lalisa.

Seorang suster menghampirinya dan memberikan nya sebuah dokumen untuk ditandatangani. Tubuh Rosie bergetar hebat saat itu juga.

Rosie kembali merosot kebawah, menatap kosong ke depan.

"Aku harus memberitahu, Vee."

ONCE AGAIN [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang