Once Again - 23

2.1K 288 13
                                    

Brak! Pintu kamar ditutup keras dengan sengaja oleh Vee. Lalisa sampai berjengit kaget.

"Kau darimana saja?" Tanya Lalisa.

"Mencari mantan." Jawab Vee ketus. Ia membuka lemari dan mengambil pakaian nya dari dalam.

"Apa sudah ketemu?" Tanya Lalisa menahan senyumnya.

"Tidak."

"Kasihan sekali."

Vee mendelik tajam dan melengos masuk ke kamar mandi. Lalisa tertawa terbahak.

"Dia benar-benar aneh. Kenapa aku mendapat suami selucu ini?"

Sambil menunggu Vee keluar dari kamar mandi, Lalisa bermain game yang ada di ponselnya.

Beberapa menit kemudian, Vee keluar dengan rambut basah dan pakaian yang sudah terganti.

Vee berdiri didepan cermin sambil menatap Lalisa dari pantulan. Istrinya sibuk memainkan ponselnya.

Deringan ponsel Vee mengalihkan perhatian Lalisa. Vee menjawab panggilan itu.

"Sayang, aku rindu padamu. Kenapa tidak menelfon ku sejak kemarin?" Ucap Vee dengan nada manja nya.

"Apa yang kau katakan, Vee? Apa kau sudah gila?!"

"Aku gila karena mu, sayang. Kapan kau datang ke rumahku? Kita akan melepas rindu bersama-sama."

Lalisa menggeleng pelan mendengar pembicaraan Vee. Jujur saja, ia sedikit penasaran dengan siapa Vee berbicara. Namun ia berpura-pura tidak peduli. Ia pun melanjutkan bermain game nya.

"Vee, sadarlah!! Sebelum aku melempar mu dari atas pohon!"

"Kenapa bicaramu kasar sekali? Kau sudah tidak menyayangiku?" Vee melirik sedikit kearah Lalisa. Istrinya masih sibuk bermain game.

"Vee, sialan! Awas kau!"

"Jim, itu siapa?" Suara Rosie terdengar.

"Orang gila."

Panggilan pun diputuskan secara sepihak oleh Jimmy.

Vee menatap ponselnya sebentar. Ia kembali menoleh kearah Lalisa yang masih tidak beralih dari ponsel nya.
"Vee kau punya istri tidak? Punya. Tapi istriku lebih mencintai ponselnya daripada aku suaminya," ucap Vee berbicara sendiri dan sibuk kesana-kemari seolah ia benar-benar sibuk.

Lalisa menahan tawanya mendengar itu. Ia mematikan ponselnya dan menatap Vee yang masih sibuk berjalan kesana-kemari.

"Vee." Panggil Lalisa. Vee menoleh.

"Ada apa?" Kata Vee ketus.

"Kaki ku sakit, tolong pijit," ujar Lalisa memerintah.

Vee mendengus kasar. Walaupun begitu, ia tetap mendekat kearah Lalisa duduk disamping istrinya. Ia mulai memijit kaki Lalisa.

"Vee, kau punya istri tidak? Punya. Tapi dia selalu menyuruhku melakukan ini dan itu," ucap Vee lagi.

"Kau menyindir, ku?" Tanya Lalisa.

"Tidak."

"Lalu?"

"Aku menyindir angin!"

Lalisa mengangguk pelan. "Jadi angin adalah istrimu?"

"Iya."

Lalisa terkekeh pelan. "Lalisa, kau punya suami tidak? Punya. Dia adalah suami ter-imut dan terbaik di dunia," ucap Lalisa sambil mencubit gemas kedua pipi Vee.

Vee menatap Lalisa. "Kau sedang merayuku?"

"Tidak ada yang aku dapat, kalau aku merayu, mu."

Vee bangkit dari duduk nya dan melangkah mengambil selimut juga bantal nya. Kemudian membawa kedua benda itu keatas sofa.

"Kenapa tidur di sana? Tidak ingin tidur bersamaku?" Tanya Lalisa.

"Tidak. Nanti kau berbuat macam-macam padaku. Aku ini masih polos," ucap Vee mengundang gelak tawa istrinya.


🌺🌺🌺


Lalisa melirik Vee yang fokus menyetir. Wajah pria itu masih cemberut seperti kemarin.

Bahkan setelah mereka pulang dari rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan rutin Lalisa, Vee masih merajuk.

Padahal masalah nya sepele. Hanya perkara mantan. Apa Vee seserius itu, kalau menyangkut mantan Lalisa?

"Vee." Panggil Lalisa lembut.

Vee menoleh sebentar. "Uhm?"

"Kau marah padaku?"

"Tidak."

"Ya, kau marah."

"Aku tidak marah, Lalisa."

"Lalu, kenapa wajahnya cemberut terus?" Tanya Lalisa.

"Apa dia tidak mengerti, kalau aku cemburu?" Gumam Vee pelan.

"Berbicara dengan keras, aku tidak dengar," ucap Lalisa.

"Aku cemburu!" Ucap Vee dengan suara keras. Ia menepikan mobilnya dipinggir jalan.

V

ee memutar kesamping tubuhnya menghadap Lalisa. "Sebenarnya, wanita itu lebih tidak peka dibanding pria. Kalian para wanita hanya mau dimengerti tanpa mau mengerti," ucap Vee.

Lalisa menghela nafasnya dan mengalah. "Baiklah, baiklah. Aku minta maaf, ya? Mau kan memaafkan, ku?" Lalisa menarik tangan Vee dan menggenggamnya.

Vee menunduk mengigit bibir bawahnya. Diperlakukan seperti ini saja membuat nya meleleh seperti butter.

"Aku maafkan."

Lalisa tersenyum puas. Ia mengayunkan tangan nya mengode Vee untuk mendekat.

Vee menggeleng. "Aku tidak mau. Nanti kau memukulku, lagi," ucap Vee yang teringat tentang tamparan Lalisa padanya.

"Tidak. Mendekat lah."

Vee menyipitkan matanya namun tetap mendekat. Lalisa memajukan wajahnya dan, cup! Lalisa mencium kening Vee pelan.

Lalisa menjauhkan wajahnya menatap Vee yang terdiam. Seketika wajah pria itu memerah, dia memegang kening nya dan memekik kesenangan.

"Ya Tuhan, jantungku berdebar sangat kencang. Sa, bisa lakukan, lagi?" Ujar Vee.

"Tidak mau. Sekarang jalankan mobilnya, aku sudah lapar."

"Baiklah, nyonya Vee Arcturus."






🌺🌺🌺


DON'T PLAGIARISME!!

2021 Juni 25

ONCE AGAIN [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang