Chapter 6

1.2K 33 1
                                    

_Masih adakah orang sebaik dia? Menolong seseorang tanpa memikirkan nyawanya sendiri yang bahkan hampir melayang_

_Nicholas_

        Beberapa dokter spesialis sedang sibuk menangani seorang pasien wanita dengan luka tembak dibahu dan lengan kirinya dan ada benturan dibagian kepala belakangnya cukup keras.

Pengambilan peluru, pembersihan, penjahitan dan pengobatan sedang dilakukan diruangan itu. Bukan hasilnya yang mereka takutkan tapi ancamannyalah yang hampir membuat jantungan.

"Dady kenapa lama sekali? Apa yang dilakukan para dokter itu didalam? Apa mereka menyakiti aunty?." William menyerbu ayahnya dengan pertanyaan beruntun sejak setengah jam yang lalu.

"Sstttt tenanglah son dia akan baik-baik saja, bukankah kau yang bilang jika dia orang yang kuat? Jadi tenanglah dan berdo'alah kepada tuhan."  Nasehat sang ayah yang langsung diangguki oleh William seraya berdo'a didalam hati dengan mata terpejam bersungguh-sungguh.

Melihat hal itu ayah William merasa aneh tidak biasanya anak itu akan menurut dengan begitu mudahnya saat dinasehati olehnya.

"Maaf tuan kami kekurangan darah dan memerlukan satu kantong lagi." Ucap salah seorang dokter yang keluar dari dalam ruangan gawat darurat itu.

"Bagaimana bisa rumah sakit sebesar ini kekurangan darah?." Geram pria itu membuat sang dokter ketakutan.

"Maaf tuan karena akhir-akhir ini kami sedang banyak menerima pasien yang membutuhkan transfusi darah." Dokter itu mencoba untuk membela diri.

"Akkhh baiklah, apa golongan darahnya?."

"AB tuan tapi dia bisa menerima golongan darah apapun." Ucap si dokter menjelaskan karena sangat butuh.

✂✂✂

Meisya mengerjapkan kedua matanya perlahan dan sesekali menyipit untuk menyesuaikan cahaya disekitarnya, kemudian hal pertama ya Meisya lihat adalah atap putih dengan bau rumah sakit yang menyengat.

Kemudian ia melihat kantong darah dan infus yang mengalir ketangannya, sedang tergantung ditempatnya dan Meisya kembali terpejam bersyukur karena dirinya masih hidup hingga sekarang.

Do'a ibunya memang yang terbaik, kepala Meisya berdenyut tapi itu tak seberapa seperti dulu saat umurnya 14 tahun ketika dia terbentur dinding saat dikejar oleh anjing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Do'a ibunya memang yang terbaik, kepala Meisya berdenyut tapi itu tak seberapa seperti dulu saat umurnya 14 tahun ketika dia terbentur dinding saat dikejar oleh anjing.

Saat sedang mengenang masa lalunya tiba-tiba sebuah suara imut terdengar dan ia baru ingat dengan William, seketika Meisya langsung membuka matanya dan bangun. Betapa bersyukurnya ia melihat William sedang berdiri disamping ranjangnya seraya menatapnya gembira.

MISI PENGGANTI ✂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang