Chapter 16

1.8K 57 18
                                    


_Entah mengapa akhir-akhir ini aku merasa takut untuk kehilangannya._

_Haiden_

           Satu minggu berlalu dan Meisya mendapatkan kamar dari ayah dan ibunya di Indonesia jika Mattew dan keluarganya datang untuk melamar tiga hari yang lalu dan mengharuskan Meisya terbang kembali ketanah airnya.

Pria itu benar-benar nekad dan tak pernah main-main dengan ucapannya bahkan Mattew membuktikan dengan cara melamarnya secara resmi pada orangnya tuanya.

Oh yaampun Meisya masih sangat muda untuk menikah, umurnya baru 28 tahun dan ia ingin hidup bebas tanpa ikatan dengan siapapun itu. "Buatkan aku segelas kopi." Pinta Meisya pada pramugarinya, fikirannya terlalu berantakan dan butuh ketenangan.

Meisya meminum kopinya seraya terus berfikir untuk mencari jalan keluarnya mengenai masalah ini. Tidak bisa dipungkiri jika Meisya sedikit khawatir tentang lamaran Mattew karena jika pria itu mengatakan sesuatu yang bisa mempengaruhi kedua orang tuanya maka habislah riwayatnya.

Besar kemungkinan ayah dan ibunya akan menyetujui lamaran Mattew dan Meisya akan sulit menolaknya. "Kita akan segera mendarat dibandara silahkan kencangkan sabuk pengaman." Pemberitahuan dari pilotnya membuat Meisya langsung menurut dan melakukan perintahnya demi keselamatannya.

"Hay mom dad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hay mom dad." Sapa Meisya lalu memeluk kedua orang tuanya saat masuk kedalam rumahnya.

"Langsung saja jangan memperlambat waktu, bagaimana menurutmu akan masalah itu? Dady dan momy sudah menyetujuinya." Raya bertanya pada sang putri dengan sangat antusias seperti ibu-ibu pada umumnya.

Benar dugaan Meisya keduanya sudah terpengaruh oleh rayuan Mattew beberapa hari yang lalu. "Aku... Emm tidak mau." Jawaban Meisya sangat diluar harapan ibunya yang sudah berharap sebaliknya.

"Kenapa?." Tanya Raya bingung.

Meisya menghela nafasnya sejenak. "Aku merasa masih muda dan belum siap untuk menikah mom." Gadis itu tertunduk lesu berharap kedua orang tuanya akan memihaknya kali ini.

"Lalu kau ingin hidup dengan pergaulan bebasmu begitu? Tidur dengan sembarang pria dan tak memikirkan perasaan kami?." Kali ini Remon yang bersuara dan sebelumnya pria itu tidak pernah berbicara seserius itu terlebih lagi mengenai hidupnya.

Melihat keterkejutan Meisya membuat Remon tersadar. "Meisya apa delapan tahun kebebasanmu itu kurang? Setidaknya fikirkan kami yang terus menua dan ingin melihatmu hidup bahagia." Pria itu melemah membuat Meisya tak tau harus berkata apa.

Memang benar selama ini ayah dan ibunya tak pernah sekalipun melarangnya untuk melakukan apapun asalkan tidak merugikan orang lain dan membahayakan diri sendiri hingga akhirnya ia menjadi egois dan tak memikirkan kedua orang tuanya yang menua.

"Akan aku fikirkan lagi." Ucap gadis itu lalu pamit untuk pergi kekamarnya dan merenung.

Sudah dipastikan jika beberapa barangnya tertata rapi dikamar,  oh yatuhan ayolah Meisya sedang dilanda kebingungan sekarang untuk memutuskan jalan hidupnya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MISI PENGGANTI ✂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang