Iya, tau. Suara gue jelek ( ⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥̀)

41 7 1
                                    

Tsukishima duduk, kita semua duduk. Para kakak kelas masih berdiri natap kami. Diem, gak ada yang ngomong.

“Walah jancok! Kalian cuma liatin kita berdiri disini? Gak ada sopannya ya kalian?!” seru kak Rin tiba-tiba, gue nelen ludah, kaget.

“Yo, santai Rin,” kata kak Kuroo. “Oke. Gue sebagai yang paling tua disini, bakal kasih saran yang baik,” Dia sok iye.

“Jadi sekarang, semuanya berdiri. Buat cowok, bawa 4 kursi kedepan, sisanya di bawa keluar. Yang cewek sapu lantai supaya gak kotor, yok cepat, lakuin sekarang,” kata kak Kuroo.

Gue diem. Hah? Jangan bilang ....

“Woy! Ngapain kalian bengong?! Gak terima, hah?!” Kak Rin ngegas, gue berhenti melamun. Anak cowok udah mulai angkat kursi sama meja keluar.

“Susun yang bagus biar rapi, yang cewek silahkan sapu lantainya,” kata kak Kuroo.

Sapu, mana sapu? Gue bingung. Ino langsung nyenggol gue, ngasih sapu. Gue natap dia, lo dapat dari mana?

Ino ngedikkin bahu, nunjuk lemari dibelakang. Ooh, gue ngangguk ngerti. Akhirnya kita bersih-bersih sambil ngobrol. Sementara kita bersih-bersih, kak Kuroo narik kak Mitobe keluar, entah kemana. Kak Rin cuma duduk di kursi yang udah di kasih sambil merhatiin kami.

Sekitar 5 menit kemudian, kelas itu bersih dari debu. Ruangnya kosong, menyisakan lemari penyimpanan plus loker di bagian belakang.

Gak lama, kak Kuroo sama kak Mitobe balik, sambil bawa terpal? Ga tau dah. Mereka berdua ngehampar terpalnya di lantai, setelah itu nepuk tangan.

“Ok, kalian boleh duduk. Baik kan, kita? Nyariin kalian alas buat duduk,” kata kak Kuroo songong.

“Duduk sekarang. Cowok sebelah kanan cewek sebelah kiri,” kata kak Rin. Kita langsung aja duduk di tempat yang disuruh.

Karena disini cuma 5 cewek, jadi kita gak ngambil banyak ruang. Kita cuma duduk dua baris. Hitoka Yachi sama Miyanoshita Eri di depan, Ino sama Gou di belakang mereka, gue sendirian di belakang Ino.

Anak cowok banyak, mereka duduk 5 baris. Di depan ada Akashi, Kise, Kuroko, Tsukshima sama Kageyama. Dibelakang mereka ada Hinata, Yamaguchi, Mashiro, Nagisa, sama Nanao. Dibelakang mereka lagi ada Ryuugazaki, Kagami, Lev, Misato, sama Kunimi. Misumi di belakang sendiri.

“Oke? Permasalahan selesai, kan? Sekarang kita mulai. Sebenarnya, sesuai sama yang Akaashi bilang di aula, kita gak ada agenda apa-apa. Jadi sebenarnya pergugus itu gak penting. Tapi buat memeriahkan, ditambah saran dari ketua osis, akhirnya dibikin begini,” jelas kak Kuroo.

Semuanya diam, mencerna.

“Ah, ga seru, sunyi banget. Game lah, game,” kata kak Rin.

“Nah!! Setuju gue! Ayo main game a—”

“WOY YANG NYURUH LO DUDUK SIAPA?!”

Gue kaget, yang lain juga. Kak Natsu masuk tiba-tiba ngegas, nunjuk Tsukishima.

“Udah, Nats. Kan lo udah keluar tadi, jadi gue sama Mitobe nyuruh dia duduk,” kata kak Kuroo.

Kak Natsu natap kak Kuroo tajam, “Emang gue suruh begitu? Gak peduli, yang jelas bukan gue yang suruh dia duduk, jadi dia gak boleh duduk,” kata kak Natsu kukuh. “Diri lo cepat!!” suruh kak Natsu. Tsukishima gak ngomong, ancang-ancang mau berdiri.

Gue kasihan. Kenapa harus semarah itu coba? Kan Tsukki gak ngelakuin hal yang sesalah itu sampe perlu di marahin gitu.

“Kak,” panggil gue. Gak, gue gak bisa biarin Tsukki gitu. Walau gue songong atau apapun, Tsukki udah gue anggep temen gue, gue gak pengen dia diperlakuin salah.

Crossover!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang